Beranda / Rumah Tangga / Wedding Chaos / 01. Aku Mencintai Wanita Lain

Share

Wedding Chaos
Wedding Chaos
Penulis: Urbaby

01. Aku Mencintai Wanita Lain

Penulis: Urbaby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 11:46:46

"Aku mencintai wanita lain. Meski kita menikah, kita tidak akan menjadi suami istri pada umumnya."

Kalimat itu seperti petir yang menggema di siang bolong. Menghancurkan harapan yang dimiliki oleh perempuan bernama Ayla Salsabila itu.

“Kalaupun kita benar-benar menikah, jangan harap aku akan memperlakukanmu seperti istri pada umumnya.”

Sekali lagi suara pria itu mengalung, mengingatkan Salsabila bahwa perjodohan yang telah dirancang para tetua sudah ditolak mentah-mentah oleh pria bernama Alan Putra Dirgantara.

Ya, namanya Alan. Lengkapnya Alan Putra Dirgantara. Siapa pun yang mendengar namanya pasti tahu siapa dia dan asal usul keluarganya.

Dia adalah salah satu jelmaan pria-pria yang digandrungi oleh banyak wanita. Tampan, berkharisma, berwibawa, penuh misterius dan tentu saja sukses. Semua yang didambakan oleh para wanita ada pada pria yang kini tengah duduk di depannya itu.

“Dan kenapa kau baru mengatakannya sekarang?”

Tidak ada ekspresi berarti yang Salsabila tunjukkan saat menjawab segala ucapan yang dilontarkan oleh Alan. Nada suaranya datar, begitupun dengan raut wajah yang ditunjukkan.

“Karena aku tidak ingin membawamu semakin jauh dalam hubungan tidak jelas ini,” jawab Alan kembali, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Mendengar hal tersebut, amarah langsung mengambil alih perasaan Salsabila. “Dan kau pikir aku belum terlalu jauh masuk ke dalam hubungan ini, huh? Kenapa kau tidak menolaknya sejak awal dan malah menerima perjodohan ini seakan-akan kau tidak memiliki wanita lain.”

Ya, dua minggu yang lalu orang tua Alan dan wali Salsabila telah merancang pertemuan untuk membicarakan perjodohan antara dirinya dan Alan. Semuanya berjalan lancar, Alan sama sekali tidak menunjukkan penolakan, sedangkan Salsabila sendiri tidak punya kuasa untuk menolak.

Dan sekarang tiba-tiba pria itu mengutarakan bahwa ia memiliki wanita lain dan meminta Salsabila untuk membatalkan pernikahan? Apa pria itu sudah tidak waras?

Alan tergugu di tempatnya mendengar kalimat panjang sarat akan kemarahan yang dilontarkan oleh Salsabila. Kalau boleh jujur, Alan baru mengutarakan sekarang karena ia tidak ingin melukai lebih dalam perasaan Salsabila jika ia tahu kebenaran itu setelah pernikahan terjadi.

“Oleh karena itu aku memberitahumu kebenarannya. Aku mencintai wanita lain dan jika kau tidak suka silakan batalkan pernikahan ini!”

Salsabila menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau gila! Pernikahan 1 minggu lagi, undangan sudah disebar dan kita baru saja melakukan fitting gaun pernikahan. Dan kau pikir apa yang akan mereka katakan jika tiba-tiba aku mundur dari pernikahan ini?”

“Segala kerugian biar aku yang menanggung semuanya. Kau hanya perlu mengatakan bahwa pernikahan ini batal, kau bisa mencari alasan yang tepat untuk itu.”

“Ini tidak se-klise dalam pikiranmu, Alan!” suara Salsabila meninggi. “Orang-orang begitu antusias dengan pernikahan ini, dan jika tiba-tiba aku membatalkannya mereka pasti bersedih. Tidak ... aku tidak ingin melakukan itu.”

Alan tahu, akhir-akhir ini orang tuanya begitu bahagia, terlebih lagi ibunya. Mereka begitu antusias menyambut pernikahannya yang sudah lama dinantikan. Hanya saja, Alan tidak bisa membohongi hatinya terus menerus, dia tidak bisa berpura-pura lagi mencintai perempuan di hadapannya, karena sudah ada wanita lain pemilik hatinya.

“Tetapi—“

“Batalkan sendiri!” potong Salsabila dengan cepat. “Jika kau ingin pernikahan ini batal, bicara sendiri sama orang tuamu. Jangan mengorbankan aku!” putus Salsabila dengan nada final.

“Kau gila! Ibuku akan jantungan jika aku mundur dari pernikahan ini. Aku tidak mau menyakitinya dan membuatnya bersedih, jadi jangan harap aku yang melakukannya sendiri.”

Dasar pecundang!

“Dan kau kira bunda Fani juga tidak sedih jika tiba-tiba aku membatalkan pernikahan ini? Meskipun dia hanya waliku di panti asuhan, tetapi dia sudah seperti ibu kandung bagiku. Jadi sama sepertimu yang tidak ingin membuat ibumu bersedih, akupun seperti itu, melihat bunda Fani menangis adalah satu-satunya hal yang tidak akan aku lakukan.”

Hening. Seketika keheningan menyelimuti mereka. Hanya suara deru napas keduanya yang seakan berlomba. Aura ketegangan menyelimuti mereka satu sama lain.

“Jadi apa maumu sekarang?” tanya Alan setelah terdiam beberapa saat.

Salsabila menghela napas, tampak mencoba menenangkan perasaannya. Kalau boleh jujur, dia marah sekali. Marah pada takdir yang harus mempertemukannya dengan lelaki jahat di depannya ini.

Salsabila merasa dibohongi habis-habisan, dia sudah memiliki harapan lebih pada perjodohan ini. Akan tetapi setelah sedikit lagi, dia malah dijatuhkan dengan kenyataan yang Alan lontarkan.

“Pernikahan ini harus tetap terlaksana. Lagi pula, aku juga tidak mencintaimu dan kau bisa bebas mencintai wanita lain. Katakan aku bodoh, hanya saja ini demi kebahagian para orang tua.”

Bodoh! Bodoh sekali!

Hanya saja, Salsabila bisa apa? Memaksa pria itu untuk balik mencintainya dan menjalani pernikahan sesungguhnya adalah sesuatu yang mustahil. Sedangkan mundur dari pernikahan ini dan melihat para orang tua kecewa dan bersedih adalah hal terakhir yang akan dilakukan.

Alan menatap lamat ke arah Salsabila. Sesungguhnya ia tidak menyangka jawaban itu yang akan didengar, sebelumnya ia berpikir Salsabila akan langsung lari terbirit-birit jika mengetahui kebenaran itu. Tetapi ternyata perempuan itu memiliki hati yang kuat dan memilih menjalani pernikahan yang tanpa visi misi ini.

“Baiklah, ini maumu. Tetapi sekali lagi aku tegaskan, pernikahan ini tidak nyata dan kau hanya akan menjadi istri pajangan dalam hidupku!”

Setelah melontarkan kalimat menyakitkan itu, Alan langsung berlalu pergi dari hadapannya. Tanpa pamit.

Salsabila hanya bisa menatap nanar ke arah punggung lebar milik Alan yang semakin menjauhinya. Setetes air mata yang sejak tadi berusaha di tahannya kini luruh-lah sudah membasahi pipinya, disusul dengan tetes-tetes berikutnya.

Ya, Salsabila tengah menangis.

Tidak ada yang bisa Salsabila lakukan. Lagi pula, Salsabila yakin apa pun upaya yang ia lakukan, Alan tidak akan pernah melihatnya sebagai istrinya. Karena pria itu memang hanya setuju untuk menikah karena keinginan orang tuanya, khususnya Ibu Rena. Atas keinginan ibunya itu, Alan setuju untuk menikah. Tidak ada ketertautan hati apalagi cinta di antara mereka.

Dan mulai sekarang, sepertinya Salsabila harus bersiap menjadi istri yang tak dianggap. Alan sudah mengatakannya sebelumnya, bahwa ada wanita lain yang dicintainya dan kalaupun mereka menikah Salsabila hanya akan menjadi istri pajangan.

****

Sepanjang perjalanan pulang, Alan masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Salsabila. Dia tidak menyangka bahwa perempuan itu masih setuju untuk menikah dengannya bahkan setelah mengetahui bahwa dirinya mencintai wanita lain.

“Dia benar-benar perempuan yang tidak bisa ditebak,” gerutunya dalam keheningan.

Hingga terdengar suara ponselnya yang berbunyi, satu tangannya merogoh saku celananya untuk mencari keberadaan ponsel tersebut.

Dan bibir Alan langsung merekah saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dialah wanita yang sangat dicintainya.

Tanpa membuang waktu lebih lama, Alan langsung menerima panggilan tersebut.

“Halo.”

“Cepat ke rumah sakit, Mas. Anak kita sakit.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wedding Chaos   148. Perhatian-Perhatian Kecil

    “Karena hanya kamu yang termasuk dari  semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa

  • Wedding Chaos   147. Kau yang Sempurna

    "Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti

  • Wedding Chaos   146. Kebisingan Terhebat

    Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka

  • Wedding Chaos   145. Kau Masih Milikku!

    “Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.

  • Wedding Chaos   144. Ayah Baru Untuk Si Kembar

    Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem

  • Wedding Chaos   143. Insiden Dada

    Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status