Beranda / Rumah Tangga / Wedding Chaos / 02. Anniversari 3th

Share

02. Anniversari 3th

Penulis: Urbaby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 11:48:20

Setelah berhasil mem-blow rambut panjangnya yang sudah melewat bahu tanpa telat ke kantor, Salsabila keluar dari kamarnya. Make-up sudah rapi, walaupun ketika dia sudah sampai di kantor ia akan kembali memeriksanya. Blus sewarna avocado dan rok A-line hitam menjadi pilihannya hari ini untuk semakin menyempurnakan penampilannya.

Satu tangannya menjinjing tas, sementara tangan yang lain menenteng sepatu. Ia melirik ke arah pintu di sebelah kamarnya yang juga baru saja terbuka, menampakkan sesosok pria yang melangkah keluar dari sana, sudah rapi dengan kemeja putih serta jas dan tas kerja yang dijinjing di tangan kanan, lengkap dengan sepatunya yang hitam mengilat.

Alan, pria itu memang punya jadwal kegiatan pagi yang lebih teratur dibandingkan dengan Salsabila.

Keduanya sempat bertukar tatap sebelum Alan yang lebih dahulu mengalihkan pandangan lalu menuruni anak tangga, berlalu begitu saja, meninggalkan Salsabila yang kini tengah duduk di sofa ruang televisi sembari mengenakan sepatunya.

“Selamat pagi, Pak. Bapak mau sarapan apa pagi ini?”

Sayup-sayup Salsabila bisa mendengar suara keibuan yang berasal dari Bude Yun, pembantu rumah tangganya sedang menyapa Alan.

“Iya, selamat pagi,” balas Alan ramah. “Yang ada saja, Bude Yun,” lanjut Alan kembali.

“Pagi ini Bude membuat nasi goreng, Bapak mau?”

Suara Bude Yun kembali terdengar, dan sepertinya Alan sedang melakukan sarapan bisa didengar dari Bude Yun yang sedang sibuk mempersiapkan sesuatu untuk bisa Alan nikmati.

Merasa telah selesai dengan kegiatan mengenakan sepatunya, Salsabila menyusul kemudian mendatangi ruang makan. Di sana Alan tengah sibuk menikmati nasi goreng buatan dari Bude Yun.

“Selamat pagi,” sapa Salsabila berusaha seceria mungkin.

“Pagi, Ibu,” balas Bude Yun. “Mau sekalian ikut sarapan, Ibu?”

Salsabila mengangguk. Sekilas tatapannya terarah kepada Alan yang sama sekali tidak memedulikan keberadaannya, bahkan membalas sapaan selamat paginya pun tidak dipedulikan oleh pria itu. Ya, hubungan pernikahan mereka memang sedingin ini.

Tidak mau ambil pusing, Salsabila mengambil tempat tepat di samping Alan. Tatapannya sesekali terarah ke arah Alan yang kini sudah selesai dengan sarapannya dan telah beralih menatap serius layar i-Pad di tangan, dengan rambut belah samping yang rapi. Rahang tegasnya sesekali bergerak, dengan alis tebal yang agak mengerut, ia mendekatkan layar i-Pad-nya saat menemukan—mungkin—sesuatu yang serius menyangkut pekerjaannya.

Tidak lama kemudian pria itu menyimpan i-Pad-nya ke dalam tas kerja, lalu bangkit dari kursi, meminum segelas air putih yang disediakan oleh Bude Yun untuknya. Berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun.

Alan pergi.

Tanpa pamit pada Salsabila? Tentu saja. Seperti biasa.

Memangnya, sikap apa yang diharapkan dari sepasang suami istri yang sejak awal pernikahan sudah pisah kamar? Mencium kening di pagi hari sebelum pamit berangkat ke kantor? Menggelikan sekali. Mungkin itu hanya akan terjadi di alam mimpi saja, sangat mustahil terjadi di alam nyata.

Setelah Alan berlalu pergi, Salsabila menyusul kemudian. Bersiap untuk berangkat bekerja. Ya, seperti inilah rutinitas keseharian dari Salsabila dan Alan. Pernikahan hanyalah label, karena yang sebenarnya terjadi, dia sama-sama memiliki kesibukan, pagi bekerja dan malamnya mereka pulang untuk beristirahat. Tidak ada yang namanya perbincangan antar suami istri atau apa pun itu. Karena mereka tidak punya waktu untuk hal semenggelikan itu.

****

Salsabila tidak akan menyangka akan mendapat ucapan sebanyak ini. Rangkaian bunga berjejer mendekati pintu masuk. Di lobby kantor pun masih banyak yang berjejer, bunga-bunga dengan pot atau handbouquet juga menghiasi ruang kerjanya. Bau harum berbagai bunga masuk ke hidung membuat Salsabila sedikit pengar.

SELAMAT ULANG TAHUN PERNIKAHAN YANG KETIGA BAPAK ALAN PUTRA DIRGANTARA & IBU AYLA SALSABILA DIRGANTARA

HAPPY ANNYVERSARY 3th BAPAK ALAN & IBU SALSABILA

Itu hanya sebagian yang sempat Salsabila baca, karena semua tulisan papan rangkaian bunga maupun kartu ucapan itu isinya nyaris sama, sebuah ucapan selamat ulang tahun pernikahan antara dirinya dan Alan.

Tiga tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Siapa sangka Salsabila mampu bertahan dalam gelanggang pernikahan ini. Bahkan, Salsabila pun seakan tidak mempercayai dirinya sendiri bisa bertahan selama itu.

Menikah dengan salah seorang keturunan Dirgantara memang sulit untuk tidak mendapat atensi semacam ini. Seluruh rekanan dan media tahu kapan ulang tahun pernikahan antara seorang Alan dan Salsabila, dan mereka juga mengingat tanggal-tanggal lainnya. Alih-alih merasa terganggu, Salsabila sudah membiasakan diri menerima perhatian itu. Berat? Tentu saja. Rasa tidak pantas ia mendapat perhatian seperti itu dan sedikit ada perasaan bersalah. Alan bahkan tidak mengingatnya sama sekali, tetapi kenapa orang lain harus lebih mengetahui tanggal penting itu. Terbukti dengan kejadian tadi pagi, pria itu sama sekali tidak mengungkit itu menandakan kalau pria itu memang tidak mengingat kalau umur pernikahan mereka sudah bertambah lagi.

“Bu, selamat, ya,” ujar seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

Salsabila yang sedang menilik bunga-bunga di atas nakas samping ruangan berbalik dan tersenyum kepada asisten pribadinya itu.

“Terima kasih. Hari ini kita meeting jam berapa?”

Lebih mudah menanyakan jadwal pekerjaan yang mengantri ketimbang menjawab ucapan selamat itu. Salsabila berjalan ke balik meja kerjanya dan mulai menyalakan laptop. Nina, sekretaris pribadinya itu mulai menyebutkan beberapa meeting yang perlu Salsabila hadiri selaku direktur di perusahaan industri sepatu ini. Salsabila menduduki posisi itu semenjak dua tahun lalu setelah satu tahun sebelumnya menjadi manajer divisi busdev.

Di awal pernikahan, Salsabila masih bisa bekerja menjadi staff biasa di perusahaan ini. Namun, semenjak menikahi seorang Alan Putra Dirgantara, menjadi orang biasa saja adalah pantangan. Bunda Rena sejak saat itu meminta Salsabila untuk menduduki posisi sebagai manajer divisi busdev. Lalu lambat laung, naik pangkat menjadi seorang direktur. Mungkin mereka merasa malu karena anak pemilik kerajaan bisnis memiliki seorang istri yang hanya bekerja menjadi bawahan. Dan dengan berat hati, Salsabila menurut saja.

Meeting berjalan dengan baik. Laporan neraca keuangan perusahaan ini sehat dan kami sedang mempersiapkan linebrand baru. Semenjak duduk di posisi direktur, Salsabila sudah pernah mengalami dua kali kegagalan rencana. Untung saja kerugiannya masih bisa ditutupi dengan pendapatan lainnya. Kali ini linebrand baru yang sedang ia rencanakan tidak boleh gagal. Meskipun Salsabila tahu, gagal pun tidak ada yang berani menegurnya. Tetapi bukankah ada kata, harus tahu diri? Itu yang selama ini Salsabila ingat, sehingga ia tidak mau banyak bertingkah.

“Ibu tidak mau bookingdinner romantis sama bapak?” tanya Nina saat keduanya sudah kembali ke ruangan.

“Tidak usah, Ni. Saya mau di rumah saja. Lagi pula mas Alan juga lebih suka di rumah.”

Perayaan anniversary seperti bayangan Nina atau khayalak umum, tidaklah pernah terjadi di pernikahan mereka. Hari jadi itu sama seperti hari-hari biasa lainnya. Pergi ke kantor, pulang ke rumah dan tenggelam dalam dunia masing-masing. Apa yang mereka pikirkan soal Alan dan Salsabila? Lovey-dovey? Ck. Jauh! Kalau ditanya sejak kapan hal itu berlangsung. Jawabannya adalah semenjak hari pertama keduanya sah sebagai suami istri. Sejak hari pertama mereka disahkan oleh agama dan negara sebagai suami istri, semenjak itu pulalah Alan membentangkan jarak di antara dirinya dan Salsabila.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wedding Chaos   148. Perhatian-Perhatian Kecil

    “Karena hanya kamu yang termasuk dari  semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa

  • Wedding Chaos   147. Kau yang Sempurna

    "Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti

  • Wedding Chaos   146. Kebisingan Terhebat

    Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka

  • Wedding Chaos   145. Kau Masih Milikku!

    “Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.

  • Wedding Chaos   144. Ayah Baru Untuk Si Kembar

    Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem

  • Wedding Chaos   143. Insiden Dada

    Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status