Home / Rumah Tangga / Wedding Chaos / 04. Sebuah Kebodohan

Share

04. Sebuah Kebodohan

Author: Urbaby
last update Huling Na-update: 2024-02-07 12:10:41

"Belum balik?"

Salsabila mengetuk kubikel yang membuat si wanita yang tengah melamun itu seketika terkejut. Rinda, satu-satunya sahabat karibnya di perusahaan ini. Pertemanan mereka terjalin sejak Salsabila masih menjadi pegawai biasa di tempat ini. Dan pertemanan mereka tetap terjalin meskipun Salsabila telah menjadi seorang direktur.

"Belum balik, Rin?" tanya Salsabila mengulangi pertanyaanya.

"Eh … Ibu Direktur, sedang apa di sini? Tidak biasanya," jawab Rinda sambil terkekeh. Dia cukup heran apa yang membawa wanita super duper sibuk itu menyambangi kubikelnya.

"Hush … jangan panggil seperti itu, aku tidak suka," ucap Salsabila dengan garang. Ia memang tidak menyukai sematan nama itu. Apalagi kalau sahabatnya yang memanggilnya dengan nama itu. Geli!

Rinda kembali tertawa. "Ini baru mau balik, Salsa. Mau pulang bareng, ya? Tetapi maaf, Mas Putra lagi otw ke sini." Rinda kemudian menoleh melihat semua timnya yang sudah tidak ada di tempat. "Ehh, mereka pada ke mana? Sudah pada balik, ya?" tanyanya terheran-heran.

Salsabila sedikit kecewa mendengar perkataan Rinda yang sudah akan dijemput oleh tunangannya, Putra.

"Kebanyakan melamun kamu. Sampai tidak sadar ditinggal sendiri. Memangnya sedang mikirin apa?" tanya Salsabila. "Oh, baiklah kamu bisa pulang bareng dengannya. Lagian aku hanya datang untuk menemui kalian. Aku rindu."

"Bukan apa-apa, Salsa. Maaf ya, lain kali aku janji kita harus hang out bareng," ujar Rinda dengan nada penuh permohonan maaf, lalu merapikan meja kerjanya. Kemudian ia kembali berkata, "Perasaan tadi aku masih melihat Pipit sedang ngemil di kubikelnya."

"Baru saja pulang, dijemput suaminya," ujar Rara. Wanita itu merapikan rambut sebahunya dengan dua tangan. "Eh ada Ibu Salsa. Bagaimana nih kabar Ibu, setelah menjadi direktur?" Wanita yang bernama Rara itu menyahut, lalu menyapa Salsabila setelah baru menyadari kehadirannya. Wanita itu sepertinya baru dari toilet.

Oh, iya dahulu mereka semua satu tim. Jadi, mereka sudah akrab dan berteman baik. Oleh karena itu, mereka tidak sungkan-sungkan saling menyapa atau saling bercanda.

"Aku baik," jawab Salsabila sambil tersenyum. "Lo sendiri kenapa belum balik?" tanya Salsabila kembali.

"Nunggu suami, Salsa," ujarnya seraya melirik ke arah ruang pintu manajer divisi, tempat suaminya. "Tuh, dia baru keluar," ujarnya lagi saat melihat suaminya muncul dari balik pintu. "Aku duluan ya, guys," teriaknya sebelum melangkah menghampiri suaminya, yang disambut rangkulan pria itu di pinggangnya.

Salsabila mengembuskan napas perlahan. Jadi, memang seperti itu fungsi suami sebenarnya. Iya, kan? Seperti suami Pipit yang mengkhawatirkan istrinya pulang malam sendirian, dan suami Rara yang selalu siaga setiap waktu. Bahkan sekelas Rinda yang masih bertunangan, tetapi memiliki seorang pria yang cukup perhatian terhadapnya.

Pertanyaanya, bukan, "Apakah suami seperti mereka apa memang ada?" Melainkan, "Mengapa suami seperti Alan harus ada?"

Salsabila menjejak lantai basement—masih terus berpikir tentang hal-hal tidak penting, memasuki Yaris putihnya dan segera keluar dari area pengap itu. Hari ini ia meminta Dimas untuk pulang terlebih dahulu dan membiarkannya menyetir mobil sendiri, semua itu ia lakukan semata-mata karena dia berencana untuk berjalan-jalan sebentar bersama Rinda. Tetapi Salsabila salah, teman-temanya sudah punya kehidupan masing-masing dengan pasangannya.

Di luar, jalan sudah basah. Tenyata malam ini sedang hujan. Para pedagang kaki lima memasang tenda-tenda, dan para pejalan kaki berlarian ke arah halte atau kanopi lain untuk berteduh.

Salsabila tidak pernah membenci hujan. Ia bahkan bisa diam berjam-jam menatap jatuhan air hujan di samping jendela kamar dan tidak melakukan apa-apa. Namun, untuk saat ini, untuk pertama kalinya setelah tiga tahun menjalani sebuah pernikahan tanpa visi misi dia merasa begitu kesepian dan merasa sendiri. Untuk pertama kalinya, dia ingin cepat-cepat sampai di rumah. Tetapi semesta sama sekali tidak mendukungnya, hujan akan menghalangi semua rencananya.

Terbukti, jalanan macet. Membuat Salsabila tertahan di perjalanannya yang baru saja bergerak beberapa puluh meter. Ia berdecak, menghentikan laju mobil dan menunggu mobil di depannya kembali menjauh. Jakarta, jam pulang kantor, dan hujan adalah kombinasi sempurna.

Suara jatuhan hujan dan gerakan wiper di kaca mobil menemaninya, menyeka air yang menyerang kaca. Bias lampu-lampu dari kendaraan lain hadir di kaca mobilnya dan ia tidak melakukan apa-apa selain menunggu.

Seandainya ia tahu akan begini keadaanya. Ia tidak akan meminta Dimas untuk pulang lebih dahulu dan membiarkannya menyetir sendirian.

Mobilnya bisa bergerak di lima menit berikutnya, dengan sangat lamban. Suara klakson tidak sabar dari beberapa kendaraan mulai terdengar. Para pedagang kaki lima turun tangan ke jalan berubah menjadi pengatur laju kendaraan dadakan.

Setelah memberikan selembar uang dua ribuan pada pria jangkung berjas hujan plastik yang tengah mengatur laju kendaraan, mobilnya bisa melaju dengan lebih cepat. Tentunya setelah melewati rumah makan Seroja yang memang akan penuh di saat-saat seperti ini. Banyaknya mobil yang terparkir di area parkir rumah malan itu sampai memakan sebagian lahan trotoar dan memang cukup menghambat laju kendaraan.

Jika punya pilihan untuk itu, mungkin Salsabila juga akan melakukannya. Ia akan menunggu hujan reda dan jalanan macet yang entah berujung sampai di mana.

Namun, tempat tidur di rumah lebih nikmat untuk diabaikan. Ia lebih memilih merebah untuk mengistirahatkan otot-ototnya yang menegang karena kebanyakan duduk tegang di depan komputer. Ah, itu lebih menjanjikan.

Sesaat sebelum melewati keadaan itu, tatapannya terhenti pada sebuah Mercedes Benz E-Class yang merupakan salah satu kendaraan yang terparkir di depan restoran itu. Salsabila mengenal plat mobil itu, mobil yang selama ini berada di carport yang sama dengan mobil yang dipakainya ini.

Itu mobil Alan.

Sesaat sebelum memalingkan tatapannya kembali ke arah jalan, Salsabila menemukan sosok Alan berjalan mendekat ke arah mobilnya, bersama seorang wanita dengan anak berumur lima tahun berada dalam gendongan Alan.

Mereka layaknya seorang keluarga yang habis menikmati makan malam. Salsabila mencoba mengabaikan pemandangan itu, dia tidak kaget lagi. Dia sudah terlalu sering menyaksikan pemandangan itu, jadi katakanlah Salsabila sudah kebal dengan segala yang dilakukan oleh Alan.

Namun, tetap saja Salsabila tidak bisa mengabaikan pemandangan itu, pemandangan saat Alan tersenyum sambil menggendong bocah dan satu tangannya memegangi payung untuk wanita itu yang baru saja ingin memasuki mobil. Dengan cepat Salsabila mengalihkan pandangan, tangan kirinya menyalakan radio, memutar volumenya kencang. Ia tidak suka ketika suara hujan membuat malam harinya sangat menyedihkan.

Tidak ada waktu untuk memikirkan pernikahan yang sampai saat ini masih Salsabila pertahankan, padahal dia tahu kalau semua itu hanyalah kebodohan. Bodoh, karena bertahan padahal ia akan tahu siapa yang akan menjadi pemenangnya. Tentu saja wanita itu, wanita yang menjadi cinta sejati dari Alan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Wedding Chaos   148. Perhatian-Perhatian Kecil

    “Karena hanya kamu yang termasuk dari  semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa

  • Wedding Chaos   147. Kau yang Sempurna

    "Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti

  • Wedding Chaos   146. Kebisingan Terhebat

    Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka

  • Wedding Chaos   145. Kau Masih Milikku!

    “Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.

  • Wedding Chaos   144. Ayah Baru Untuk Si Kembar

    Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem

  • Wedding Chaos   143. Insiden Dada

    Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala

  • Wedding Chaos   142. Dasar Menyebalkan

    “Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun

  • Wedding Chaos   141. Pagi yang Kacau

    Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s

  • Wedding Chaos   140. Selamat Tinggal!

    Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status