Beranda / Rumah Tangga / Wedding Chaos / 05. Wanita Perusak Hubungan

Share

05. Wanita Perusak Hubungan

Penulis: Urbaby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 12:13:35

Meira. Kekasih dari mas Alan itu bernama Meira. Salsabila cukup membenci menyebut nama itu. Tetapi mau bagaimana lagi, wanita itu kembali hadir yang mau tidak mau membuka kembali lembar kenangan menyakitkan itu.

Salsabila tahu kalau mas Alan dan Meira sudah menjalin hubungan jauh sebelum mereka melangsungkan pernikahan. Salsabila juga tahu kalau dahulu mereka pasangan saling mencintai tetapi terkendala di restu orang tua. Salsabila tidak tahu kenapa bunda Rena tidak merestui keduanya dan malah dirinya yang di jodohkan dengan mas Alan.

Namun, lambat laung Salsabila pun juga mengetahui kalau Meira lah yang lebih dahulu di jodohkan. Orang tuanya punya banyak utang, sehingga memilih menggadaikan dan menikahkan anaknya dengan anak rentenir itu. Pernikahan mereka tidak bahagia, suaminya suka main tangan dan dengan bantuan dari mas Alan mereka akhirnya bercerai. Tetapi, ada anak di antara mereka. Ya, anak yang saya lihat kemarin itu adalah anak dari mantan suaminya bukanlah anak dari mas Alan. Kenapa Salsabila bisa mengetahuinya? Karena diam-diam dahulu dia menyelidikinya, dan ia pun percaya kalau anak itu bukanlah anak mas Alan.

Dahulu, Salsabila cukup bahagia mendengar kabar itu. Karena itu menandakan mereka tidak saling terikat. Tetapi semakin ke sini, mas Alan malah semakin mendedikasikan diri sebagai ayah dari anak itu. Hal itulah yang membuat Salsabila semakin kecewa kepada mas Alan. Sungguh, Salsabila membenci Meira yang harus hadir di dalam hubungannya dengan Alan. Ataukah, justru dirinyalah yang patut di benci, karena telah menjadi orang ketiga di antara mereka? Entahlah.

Karena tanpa sengaja melihat kembali wanita itu bersama suaminya, nama Meira kembali mengingatkannya pada masa lalu. Pada saat di mana ia untuk pertama kalinya mengetahui bahwa pria yang menikahinya melalui perjodohan telah memiliki wanita lain di luar sana.

Awal-awal pernikahan keduanya, mereka masih tinggal di sebuah apartemen mewah milik seorang Alan. Salsabila yang saat itu masih berperan menjadi istri yang patuh, pengertian dan ingin dilirik oleh suaminya, tentu saja melakukan segala hal untuk itu. Termasuk menyediakan makanan untuk suaminya, bahkan turun tangan sendiri untuk membersihkan apartemen tersebut.

Seperti saat ini, Salsabila yang baru saja menyelesaikan masakannya siangnya itu begitu penasaran untuk mengecek kamar tidur pribadi Alan. Jadi setelah merasa masakannya sudah layak dihidangkan, ia matikan kompor dan meraih mangkuk kosong dari kabinet atas, menuang sup secukupnya sebelum meletakkan mangkuk tersebut di permukaan meja makan. Ada sebuah piring ceper berisikan tumis udang asam manis yang dibuatnya sebelum memasak sup tadi.

“Semoga kamu mau makan kali ini, Mas.” Salsabila bergumam penuh harapan meski kemungkinannya sangat kecil, ia tahu betul bahwa selama ini keberadaannya diabaikan dan masakannya pun tak pernah disentuh oleh pria itu.

Saat ia sedang menuju ke kamarnya sendiri, langkahnya terhenti saat hendak masuk ke dalam kamarnya. Ia menoleh tatap pintu kamar Alan yang tertutup rapat. Selama Salsabila membersihkan apartemen, ia bahkan tak menyentuh kenop pintu kamar Alan, ia juga tak tahu apa isinya di dalam sana dan bagaimana bentuknya.

“Kira-kira bersih apa kotor, ya?” Salsabila bermonolog dalam kesunyian, lalu ia memberanikan diri mendekat meski keraguan seolah menarik sepasang kakinya agar mundur saja.

Salsabila menghela napas panjang saat tangannya terangkat menyentuh kenop pintu, rupanya bisa dibuka dengan mudah tanpa dikunci sama sekali. Sepertinya pria itu percaya bahwa Salsabila tidak akan menginjakkan kaki ke ranah pribadi pria itu. Sesaat ia terhenti sejenak, keraguan kembali mengentaknya.

“Maaf, Mas. Aku masuk, aku cuma mau beresin kamar kamu saja. Permisi, ya!” Salsabila meminta izin untuk dirinya saja, ia lalu membuka lebih lebar pintu kamar Alan, perlahan menarik kakinya agar masuk—menginjak selasar di sana. Salsabila menekan tombol lampu pada tembok di dekat pintu, sekarang ia bisa melihat isi kamar Alan lebih jelas, memperhatikannya seraya melangkah pelan.

Ada sebuah meja berisikan beberapa tumpuk map, lampu untuk belajar dan sebuah laptop di sana, posisinya persis di samping jendela—mungkin suaminya itu sering memanfaatkan cahaya yang masuk untuk kerjakan pekerjaan kantornya di sana. Sebuah kursi berada di depannya, beberapa helai pakaian tersampir di bahu kursi, membuat Salsabila mendekat dan meraihnya.

“Ini kotor atau bersih?” Sebuah jeans panjang serta dua buah kaus, Salsabila membaui aromanya sejenak, terlalu manis aromanya untuk dikatakan jika pakaian itu sudah disentuh keringat Alan. Salsabila kembali meletakkannya di sana, ia kembali memperhatikan sekitar, sebelum bola matanya terhenti pada sebuah pigura foto di permukaan laci sisi ranjang besar milik pria itu.

Salsabila kembali mendekat, ia hempaskan bokongnya di tepi ranjang sebelum meraih benda yang semakin membuat fokus matanya tak ingin beralih. Sorot mata Salsabila meredup untuk detik-detik berikutnya, ia seketika diserang sisi melankolis kali ini.

Pigura dalam genggamannya memperlihatkan sepasang manusia—yang lebih pantas disebut pasangan kekasih, sebab pose kedanya tampak begitu mesra dan tidak bisa membohongi penglihatan siapa pun itu. Foto tersebut diambil dengan latar belakang sebuah gereja katedral yang begitu terkenal di Barcelona, bahkan telah masuk warisan dunia UNESCO meski proses pembangunannya belum selesai, sebut saja La Sagrada Familia. Tampak seorang perempuan dengan tinggi setara bahu Alan berdiri di sebelahnya seraya memeluk erat pinggang laki-laki itu dan tersenyum lebar menatap ke arah kamera, tangan kanan Alan tampak merangkul si perempuan, dengan senyum yang juga tak kalah lebarnya di arahkan pada kamera.

“Barcelona?” gumam Salsabila.

Salahkah jika ia kesal sekarang? Boleh tidak ia menerka-nerka tentang siapa perempuan dalam foto itu? Salsabila harusnya sadar bahwa pria yang dinikahinya itu dengan proses sebuah perjodohan tentu saja tidak mungkin kalau tidak memiliki seorang kekasih di luar sana. Alan adalah pria yang sempurna, siapa pun perempuanakan bertekuk lutut dengan segala kekayaan dan pesonanya. Hanya saja, entah kenapa ia begitu sedih dan ketakutan menyadari bahwa pria yang dinikahinya itu masih terpenjara dalam kenangan masa lalunya, dan sama sekali tak berniat untuk beranjak dari sana.

Dan yang paling Salsabila sesali sekarang adalah ia banyak tidak tahu perihal kehidupan suaminya sendiri. Benar-benar tak mengerti apa pun tentang sosok bernama Alan Putra Dirgantara.

Salsabila letakkan kembali pigura itu di tempat semula, ia menyadari kalau benda itu pasti sangat berharga—sebab Alan meletakkannya di tempat strategis, ia bahkan bisa melihatnya setiap waktu. Lalu, Alan bahkan tak menyingkirkannya meski ia telah memiliki dirinya—seorang istri. Salsabila tak akan tahu suaminya punya wanita lain jika ia tak nekat memasuki kamar pria itu. Miris dan pelik.

‘Aku memang bodoh, Mas. Karena tidak tahu apa-apa tentang kamu, dan masa lalumu. Dan kenapa juga kita harus terikat sama satu hal sesakral ini?’

Tanpa sadar kedua tangan Salsabila meremas permukaan seprai. Boleh jika ia terluka? Masing-masing akan memiliki rahasia kecilnya. Alan dengan miliknya, pun Salsabila sebaliknya, meski Salsabila sendiri tak pernah memiliki foto kenangan dengan seseorang di masa lalu. Ini bukan pertandingan, dan Salsabila tak ingin berlomba-lomba dalam hal konyol memamerkan apa pun di masa lalu—terutama jika hal itu akan menyakiti pasangannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wedding Chaos   148. Perhatian-Perhatian Kecil

    “Karena hanya kamu yang termasuk dari  semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa

  • Wedding Chaos   147. Kau yang Sempurna

    "Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti

  • Wedding Chaos   146. Kebisingan Terhebat

    Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka

  • Wedding Chaos   145. Kau Masih Milikku!

    “Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.

  • Wedding Chaos   144. Ayah Baru Untuk Si Kembar

    Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem

  • Wedding Chaos   143. Insiden Dada

    Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala

  • Wedding Chaos   142. Dasar Menyebalkan

    “Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun

  • Wedding Chaos   141. Pagi yang Kacau

    Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s

  • Wedding Chaos   140. Selamat Tinggal!

    Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status