Share

Ajakan Berpacaran

Author: pinkblush
last update Last Updated: 2025-03-15 23:03:18

Setelah malam yang panjang, suasana pagi di kantor Lumora Tech masih terasa berat. Kurang tidur dan tekanan tinggi mulai mempengaruhi anggota tim. Mauryn menyesap kopi dinginnya—entah sudah berapa cangkir yang dia minum sejak semalam—sambil menatap jadwal kerja yang semakin padat di layar laptopnya. Email-email berisi eskalasi terus berdatangan, dan tekanan dari pelanggan semakin meningkat.

Nadine datang dengan ekspresi lelah, matanya sedikit bengkak. "Saya barusan dapat email dari CloudWave," katanya pelan. "Mereka mempertimbangkan opsi lain kalau kita nggak bisa kasih kepastian minggu ini."

Jantung Mauryn berdegup lebih cepat. "Kita bahkan belum mulai uji coba sistemnya! Kalau mereka cabut, dampaknya akan gila-gilaan."

Di sudut ruangan, Daffa dan tim teknis sudah mulai mengeluh. Beberapa dari mereka terpaksa mengorbankan akhir pekan demi mengejar timeline yang tidak realistis.

"Ini nggak bisa diteruskan seperti ini, Bu Mauryn," kata Daffa dengan nada serius. "Tim kita udah mulai kel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Rela Menjatuhkan Harga Diri

    Suasana rapat kali ini terasa lebih panas dari rapat sebelumnya yang dilaksanakan tiga jam yang lalu, meskipun pendingin ruangan bekerja maksimal. Suasana tegang sejak rapat sebelumnya masih menggantung di udara. Tim Product Development, Tim Software Engineering, dan Tim Marketing kini duduk melingkar di ruang meeting yang lebih kecil. Tidak ada suara selain ketukan jari di keyboard dan desahan napas berat.Mauryn duduk dengan tangan terlipat di depan dada, mengamati dokumen proyeksi di layar besar. Di sampingnya, Nadine sibuk mengetik catatan diskusi, sementara Daffa terlihat frustasi, meremas botol minumnya."Bagaimana kalau kita coba pilot project? Kita bisa uji teknologi baru dalam skala kecil dulu, sambil tetap memastikan fitur utama yang diminta CloudWave bisa berjalan." Mauryn mencoba untuk memberikan solusi yang paling masuk akal saat ini.Daffa mengernyit. "Kamu maksud MVP dengan limited user?""Exactly," jawab Sophia. "Kalau kita bisa tunjukkan progres dan hasil awal dalam b

    Last Updated : 2025-03-16
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Setelah Titik Terendah, Aku akan Bangkit

    Mauryn menampar wajah Evan. Dia sudah tak tahan lagi mendengar kata-kata kejam yang terus-menerus menusuk hatinya."Maaf," ucapnya lirih setelah menyadari apa yang baru saja dia lakukan. "Evan ...."Evan tak menanggapinya. Tanpa sepatah kata pun, dia berbalik dan masuk ke dalam apartemennya, meninggalkan Mauryn yang berdiri di depan lobi dengan air mata mengalir deras.Mauryn melangkah gontai ke bangku di depan gedung apartemen dan duduk di sana. Sesak di dadanya terasa semakin berat dia menunduk, mencoba meredakan tangisnya, tetapi tak lama kemudian, dia merasakan kehadiran seseorang.Saat mendongak, dia melihat Felix berdiri di hadapannya. Mata pria itu menatapnya dengan iba, merasa kasihan pada Mauryn.Jika saja dahulu dia tidak menyerah, apakah jalan ceritanya akan berbeda? Setidaknya dia tahu bahwa dia tidak akan menyakiti Mauryn dan membuatnya hancur seperti ini, pikir Felix.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Felix segera duduk di samping wanita itu. Namun, Mauryn juga tidak

    Last Updated : 2025-03-17
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Hujan dan Rasa yang Tak Kunjung Reda

    Keesokan harinya, hujan deras mengguyur pagi yang tertutup oleh langit kelabu. Awan mendung menggantung berat, seolah mencerminkan perasaan yang berkecamuk di dalam hati Mauryn. Saat dia keluar dari mobilnya, langkahnya tertahan sesaat ketika melihat Freya di parkiran. Namun, wanita itu tetap berada di dalam mobilnya, dan Mauryn memilih untuk mengabaikannya.Tanpa memedulikan dinginnya udara pagi, dia membuka payung dan berjalan cepat menuju gedung kantor, membelah hujan yang tak memberi ampun. Namun, dari kejauhan, matanya menangkap sosok yang tak asing—Evan baru saja tiba.Hati Mauryn mencelos saat melihat laki-laki itu berjalan menuju mobil Freya. Dengan gerakan yang begitu familiar, Evan membuka payungnya dan melindungi wanita itu dari hujan. Satu pemandangan sederhana yang mampu menorehkan luka yang lebih dalam di hatinya.Perih. Itu yang Mauryn rasakan. Tadi malam, dia datang pada Evan dalam keadaan mabuk, berharap ada sisa rasa yang masih bisa dia genggam, memohon dan memelas b

    Last Updated : 2025-03-18
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Cinta Terlarang

    "Sekarang aku ngerti kenapa kamu kayak gitu. Oke, aku nggak akan memohon buat kembali sama kamu lagi. Silakan dapatkan semua perempuan yang mau kamu pacari. Aku nggak akan ganggu kamu lagi," ucap Mauryn, menatap Evan yang berdiri di depannya saat mereka sudah tiba di taman kantor. Nada suaramya terdengar datar, nyaris tanpa emosi.Evan menyilangkan tangan di dadanya, matanya menyipit menatap Mauryn. "Kamu ngajak aku ke sini cuma buat ngasih tau itu?" Dia menyeringai tipis. "Tapi ... belum lama sejak kita putus tapi kamu udah dekat-dekat sama CEO perusahaan ini? Kamu menempel sama dia kayak lem. Semoga dia nggak muak dan nggak merasa tertekan sama sikap kamu."Mauryn memutar bola matanya seolah mendengar lelucon basi. "Emangnya dia itu kamu? Dia sama sekali beda sama kamu. Dia nggak pernah merasa nggak nyaman dengan kehadiran aku. Dan mungkin kamu lupa, dia kan pernah naksir aku. Aku ini emang bego malah milih laki-laki nggak tau diri dibanding membersamai laki-laki mapan itu. Harusnya

    Last Updated : 2025-03-19
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Baju Baru untuk Mauryn

    Dua hari kemudian, tim kembali berkumpul untuk mengulas data dari hasil pilot project."Jadi, berita baiknya, sistem kita cukup stabil untuk dilanjutkan. Berita buruknya... kita menemukan beberapa celah keamanan yang bisa menjadi masalah besar," kata Daffa.Sophia meletakkan dokumen di meja. "We need to fix this before the report is sent to CloudWave."Mauryn mengerutkan kening. "Seberapa besar risikonya?"Daffa menunjuk ke layar. "Jika hacker cukup pintar, mereka bisa mengeksploitasi titik lemah ini dan mengakses data pengguna."Ruangan menjadi sunyi. Ancaman keamanan adalah masalah serius.Felix mengetuk jarinya ke meja. "Prioritaskan ini. Kita tidak bisa memberikan CloudWave alasan untuk menarik diri."Mauryn merasakan tekanan di dadanya meningkat. Waktu semakin menipis, dan tantangan semakin besar.Di luar, hujan mulai turun, menambah atmosfer tegang yang melingkupi tim.Mauryn pergi menuju pantry untuk membuat kopi. Secangkir kopi yang bertengger di tangannya entah kenapa membuat

    Last Updated : 2025-03-20
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Cuan dari Patah Hati

    Mauryn memandangi tanaman kecil di ambang jendela, tanaman yang pernah diberikan Evan kepadanya. Mauryn menghela napas, jari-jarinya menyentuh daun yang mulai layu. Satu bagian kecil dari dirinya masih merasa berat membuangnya, seakan membuang tanaman itu sama dengan benar-benar menghapus Evan dari hidupnya.Mauryn terus memandanginya, hingga beberapa saat kemudian Leona juga bergabung dengannya."Itu sekarat, dan kutukan lo bikin dia hidup lagi. Impressive, kan?" ucap Leona."Sangat tangguh." Mauryn mengambil botol air mineral yang barusan dia minum, lalu menyiraminya. "Oke, semoga kamu panjang umur. Kamu udah menghadapi banyak kebencian.""Bener-bener amazing." Leona masih terpesona dengan kondisi tanaman yang hampir mati, tetapi kemudian hidup lagi."Gue merasa bangga. Terlepas dari semua hinaan itu," ucap Mauryn.Kemudian, setelah cukup memandangi tanaman itu, di hari libur ini dia ingin lebih produktif, menjadikan libur sebagai ajang terapi mental. Dia melakukan banyak kegiatan s

    Last Updated : 2025-03-21
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Ketulusan dalam Sekejap

    "Ketulusan yang indah hanya bertahan sekejap. Setelah itu, ia bisa menjadi belenggu atau justru hilang begitu saja."***Seminggu berlalu dengan kecepatan yang gila. Tim teknis bekerja keras memperbaiki celah keamanan, sementara tim produk dan pemasaran memastikan CloudWave tetap terlibat dalam prosesnya. Ada gesekan di sana-sini, tetapi sesuatu mulai berubah—kepercayaan mulai tumbuh.Salah satu perubahan yang paling terasa adalah interaksi antara Felix dan Mauryn. Mereka tidak hanya berbicara dalam konteks pekerjaan lagi. Ada momen-momen singkat di mana mereka berbagi pandangan yang lebih dalam, saling memahami tanpa kata-kata.Malam itu, Mauryn kembali bekerja lembur di kantornya. Lampu-lampu di luar sudah mulai redup, menandakan sebagian besar orang sudah pulang. Ia menghela napas, meneguk kopi yang sudah dingin, lalu meraih dokumennya lagi.Felix mengetuk pintu kaca dan masuk tanpa menunggu jawaban. "Masih di sini?"Mauryn mendengus. "Saya bisa menanyakan hal yang sama ke Bapak."

    Last Updated : 2025-03-22
  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Air (Seni)

    Angin malam berhembus pelan, menyapu rambut Mauryn yang sedikit acak-acakan setelah keluar dari bar. Langkahnya sempoyongan, tiga botol bir yang dia habiskan mulai menunjukkan efeknya. Matanya berkilat-kilat, pipinya bersemu merah, dan bibirnya melengkung dalam senyum yang terlalu santai.Di belakangnya, Felix berjalan dengan tenang, matanya terus mengawasi setiap langkah wanita itu. Sesekali, laki-laki itu tersenyum melihat Mauryn yang kesulitan menyeimbangkan tubuhnya."Dia bilang bir itu minuman ringan? Aku tertipu lagi," gumam Felix, setengah pasrah.Mauryn yang awalnya berjalan dengan langkah konsisten, tiba-tiba berlari saat melihat sebuah bus yang sedang berhenti di sebuah halte yang tak jauh dari mereka. Tanpa berpikir panjang, Mauryn mengejar bus itu dan bersiap untuk naik."Bapak ngapain? Ayo cepat naik! Bapak nggak mau pulang?" serunya sanbil melambai heboh ke arah Felix.Felix membeku sejenak, lalu menatap bus yang mulai menut

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Skandal Percobaan Pemerkosaan

    Martha masih duduk sendirian di meja kerjanya. Pikirannya berkecamuk penuh campur aduk. Dengan perasaan sedikit ragu tetapi juga penuh tekad, dia membuka aplikasi khusus pegawai Lumora Tech yang terinstal di ponselnya. Lalu, kemudian ... mulai mengetikkan beberapa kalimat pada halaman survey kebahagiaan karyawan.Saya korban percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak Ian Wicaksono yang merupakan Kepala Manajer SDM dari Lumora Tech. Perkenalkan nama saya Martha Donna Harahap, Senior Product Manager dari Tim Product Development di Lumora Tech. Pada malam tanggal 30 Oktober, satu tahun yang lalu, saya menjadi korban percobaan pemerkosaan Pak Ian di hotel La Crystal. Pada saat itu, saya adalah seseorang yang ingin menang. Saya kira saya baik-baik saja, sampai akhirnya hal itu terjadi. Saya berniat untuk melaporkan dia atas kejadian itu, tapi rasa takut menguasai saya. Jadi, akhirnya saya memilih untuk lari. Saya bicara sekarang, setahun kemudian, karena saya menyadari Pak Ia

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Teka-Teki

    Mauryn berdiri di depan kaca kamar mandi lantai delapan, memandangi bayangannya sendiri yang terlihat jauh lebih tenang dari yang dia rasakan. Bibirnya mengulas senyum tipis, palsu tapi terlatih. Ini bukan tentang keberanian. Ini tentang kebenaran.Dia melirik jam tangan. Sudah hampir waktunya. Ian baru saja selesai memimpin rapat tim divisi lain. Berdasarkan informasi dari Evan, setelah ini biasanya pria itu kembali ke ruangannya selama satu jam sebelum lanjut ke pertemuan berikutnya. Dan itulah jendela waktunya.Namun kali ini, Mauryn tidak akan masuk ke ruangannya.Langkahnya membawanya ke pantry dekat ruang kerja tim engineering, tempat yang jarang dilewati saat jam-jam sibuk. Dia berdiri di dekat mesin kopi, pura-pura sibuk menyiapkan minuman ketika Ian melintas di koridor."Pak Ian," sapa Mauryn dengan suara pelan tapi cukup jelas.Ian menoleh dan tersenyum kecil. "Mauryn. Sedang istirahat sebentar?""Sedikit. Sebenarnya ..

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Menjebak Seseorang

    Saat baru saja tiba di kantor, Evan melihat Freya sedang berbicara di telepon dan terlihat sangat frustasi. Dari yang dia dengar, sepertinya wanita itu tengah bertengkar dengan sang ibu. Lantas, dia pun menghampirinya setelah Freya menutup teleponnya.Begitu Freya menutup telepon dan menghela napas panjang, Evan menghampirinya dengan senyum kecil."Astaga. Hidup emang berat buat orang dewasa. Iya, kan?" ucapnya pelan.Freya mendongak. "Kamu denger?" tanyanya canggung.Evan tertawa kecil. "Kabur aja dari rumah. Gimana? Ide bagus, kan?"Freya tergelak. "Apa? Aku bukan bocah. Gimana bisa aku kabur kayak gitu?""Kamu masih kecil. Masih belum 30 tahun, kan?"Tawa Freya pecah lagi. Evan ikut tersenyum melihatnya. "Akhirnya kamu ketawa. Aku ngomong kayak gitu biar kamu ketawa.""Betul, aku jadi ketawa berkat kamu," ucap Freya dengan senyum masih setengah getir.Suasana ringan itu buyar saat ponsel Evan berderi

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Menyaksikan Perselingkuhan, Lagi?

    "Kalian bekerja keras untuk mengatasi krisis saat data pelanggan kita diretas, tapi saya baru sempat berterima kasih sekarang. Saya mengundang kalian makan malam untuk menunjukkan rasa terima kasih dan menyelamati promosi Pak Evan. Saya tau krisis itu telah berdampak buruk bagi semua orang. Ini semua karena ketidakmampuan saya, jadi salahkan saya untuk semua kesulitan. Sementara itu, seseorang kesulitan, jadi saya harap kalian bisa menunjukkan dukungan penuh. Untuk merayakan kesuksesan, kita akan minum anggur dan makan seperti raja dan ratu hari ini." Felix membuka jamuan makan malam bersama tim gabungan malam ini.Semua orang mengangkat gelas anggur mereka."Lumora Tech.""Lumora Tech!"Mereka semua bersulang lalu meneguk anggur itu.Gelas-gelas beradu dalam derai tawa. Musik lembut mengalun dari sudut ruangan restoran rooftop itu, menyatu dengan obrolan yang riuh dari para karyawan Lumora Tech. Lampu-lampu gantung menyebarkan cahaya kekuningan yang hangat, menciptakan suasana akrab

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Transparansi dan Pemulihan

    Leona tertawa getir. "Selama ini lo semua kira gue memutuskan Kayden karena bosan? Karena gue capek? Bukan. Gue ... gue cinta dia, Ryn. Gue cinta dia lebih dari apapun. Tapi gue nggak bisa ngasih dia keturunan. Gue nggak bisa mengandung anak-anaknya. Gue mandul."Tenggorokan Mauryn tercekat. Dia memegangi mulutnya, tubuhnya mulai gemetar."Gue mutusin Kayden karena gue nggak mau mengikat dia dengan sesuatu yang rusak kayak gue," suara Leona pecah menjadi tangisan. "Gue pengen banget jadi seorang ibu, Ryn. Gue pengen banget punya bayi kecil yang bisa gue peluk tiap malam. Tapi gue nggak bisa. Tuhan nggak ngasih gue kesempatan itu."Leona menghapus air matanya kasar."Sedangkan lo ... lo dengan begitu gampangnya mau menyingkirkan kehidupan kecil itu. Seolah itu sampah. Seolah ... seolah lo nggak tau betapa berharganya dia. Dan lo liat Tessa. Udah berapa tahun dia nikah sama Arhan tapi belum juga dikasih anak, kan? Lo tau betapa sakitnya hati kita be

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Luka yang Tak Pernah Kau Lihat

    Felix berdiri di ruang rapat dengan ekspresi kaku dan rahang mengeras. Di tangannya, dia menggenggam hasil investigasi lengkap yang disusun oleh divisi keamanan siber dan CTO Sophia Zhang. Di sisi kanan meja, duduk Mauryn dengan tangan mengepal di pangkuan, berusaha menahan gemuruh yang bergema di dadanya. Hari ini, kebenaran akan diungkap."Sesuai hasil audit digital dan pemeriksaan forensik, tindakan penyusupan telah dikonfirmasi berasal dari perangkat pribadi milik Luna Sasmita," ucap Sophia dengan nada tajam namun terkendali. "Jejak komunikasi yang terekam menunjukkan keterlibatannya dalam percakapan terenkripsi dengan akun yang diketahui berafiliasi dengan SynaptIQ Technologies."Felix melirik Mauryn. Tatapan mereka bertemu—pendek, tapi cukup untuk menyampaikan betapa rumit dan menyakitkannya situasi ini.Luna kini berada dalam tahanan internal sementara menunggu proses hukum berjalan. Yang tertinggal hanyalah debu-debu curiga yang belum sepenuhnya mengendap di dalam tim Product

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Kehamilan yang Dirahasiakan

    Pintu apartemen terbuka pelan. Suara kunci diputar nyaris tak terdengar di tengah suara hujan yang masih menetes ringan di luar sana. Sepatu hak tinggi Mauryn menyentuh lantai kayu dengan langkah lesu. Tubuhnya lunglai. Kepala berdenyut. Perutnya terasa seperti dipelintir sejak siang. Dia hanya ingin meresap dalam diam, mengganti baju, lalu tenggelam dalam kasur.Namun yang menyambutnya justru bukan keheningan yang dia harapkan.Leona duduk di ujung sofa dengan tangan menyilang di dada, wajahnya kaku seperti batu karang. Tatapannya menusuk tajam, seperti bisa menembus seluruh kulit luar Mauryn dan melihat apa yang tersembunyi di dalam.Tessa berdiri di dekat jendela, tak kalah tenang tapi jelas-jelas menyimpan badai di balik tatapan matanya yang lembut."Baru pulang?" ucap Leona tanpa basa-basi, suaranya dingin, tajam, mengiris seperti belati.Mauryn berdiri mematung di ambang pintu, merasakan tengkuknya mulai dingin oleh hawa yang tiba-t

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Musuh dalam Selimut

    Mauryn dan orang-orang yang berada di tim gabungan, menyisir ulang akses dan log login. Satu nama muncul berulang—dengan pola waktu mencurigakan, lokasi yang sama, dan durasi login yang panjang dengan nama Luna Sasmita. Mauryn menahan napas. Luna. Pegawai baru yang hampir tak pernah bersuara di rapat. Yang masih terlihat canggung dan sering duduk paling pojok. Pegawai yang baru bekerja di Lumora Tech sejak masalah ini terjadi. Dan yang dulu ... bekerja sebagai SPG makanan beku di kantin basement kantor. "Dia masuk lewat jalur rekrutmen vendor," ucap Felix sambil menelusuri data HR. "Direkrut cepat karena katanya punya background teknik dari universitas luar negeri, tapi nggak pernah bisa diverifikasi penuh. Sulit bagi saya untuk menelusuri setiap karyawan baru, karena saya nggak langsung mewawancarai mereka." Mauryn merasa dadanya sesak. "Perangkat pribadinya?" tanya Sophia. "Udah di-clone tim forensic. Kami temukan pattern log mirip di ponselnya. Dan ... ada jejak komunikasi

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Pendarahan

    Mauryn membuka laptopnya dengan tangan sedikit bergetar. Dia nyaris tidak tidur semalam. Di otaknya, log aktivitas aneh dan alamat IP dari co-working space itu terus berputar seperti kaset rusak. Dia tahu kalau ini benar-benar ulah orang luar, maka ini bukan sekadar insiden. Ini sudah level sabotase.Felix belum terlihat sejak pagi. Tapi tak lama setelah jam kantor dimulai, sebuah notifikasi masuk ke ponselnya, pesan dari Sophia Zhang."Meet me at Lab 7, 10 AM. Bring everything."***Satu jam kemudian, Mauryn berjalan cepat menuju lantai bawah tanah tempat ruang Lab 7 berada. Ruangan ini jarang dipakai, kecuali untuk riset mendalam yang melibatkan sistem keamanan canggih atau pengujian teknologi baru. Dinding-dindingnya dilapisi bahan kedap suara, dan hanya bisa diakses dengan sidik jari.Saat dia masuk, Sophia sudah duduk di depan tiga layar besar. Di belakangnya, layar hologram memproyeksikan arsitektur sistem logging Lumora Tech, berpijar dalam bayangan biru."Duduk," kata Sophia t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status