Home / Romansa / What A Bad Thing / Pura-pura Tuli

Share

Pura-pura Tuli

Author: SayurKubis
last update Last Updated: 2021-07-02 00:21:57

Azura meremas tangannya dengan perasaan gelisah dan tidak tenang. Dia tidak pernah bermaksud menyebarkan rumor palsu mengenai pasangan hidup dan status hubungan Hansa yang ternyata hanya kesalahpahaman semata.

Oliver adalah adik Hansa, meski wajahnya tidak mirip sama sekali dengan Hansa. Tapi gadis yang sekarang duduk di kursi depan tepat di samping Hansa yang saat ini mengemudi tersebut, terus tersenyum senang melihat dirinya.

Azura duduk di tengah-tengah anak-anak Hansa yang entah mengapa sejak perkenalan mereka secara resmi beberapa menit lalu di apartemen. Ketiga balita kembar itu menjadi sangat lengket dengannya.

Tampaknya ketiga balita itu kini menganggap Azura adalah induk baru mereka, menggantikan Oliver yang katanya akan sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang wedding organizer di bulan ini. Itu sebabnya Hansa mencari pengganti adiknya yang bisa mengurus anak-anaknya mulai sekarang.

Anak-anak Hansa mempunyai wajah yang lucu dan juga menggemaskan. Balita berumur tiga tahunan itu semuanya sudah cukup fasih berbicara dengan orang yang baru mereka kenal.

Kembar tiga dengan wajah yang sangat mirip itu agak langka. Lalu, yang menjadi pertanyaan Azura sekarang adalah siapa ibu dari ketiga balita yang menempel di masing-masing lengannya. Azura enggan untuk bertanya asal-usul bayi-bayi lucu itu, walau pada kenyataannya Oliver adalah adik Hansa dan bukan istrinya, ingat itu.

Itu artinya, dosen mudanya kemungkinan memiliki hubungan terlarang dengan wanita lain dan tanpa sengaja mempunyai anak di luar nikah.

Kemudian, wanita yang masuk dalam hubungan terlarang itu meminta pertanggung jawaban dengan menyerahkan ketiga bayi mereka pada Hansa yang notabene adalah ayah dari anak-anak itu.

Ah, Azura mengerti sekarang. Nyatanya, meskipun wajahmu terlihat seperti malaikat yang tidak pernah mengerjakan dosa. Manusia tetaplah manusia, semua orang pasti menyembunyikan cacat pada lembar kehidupannya.

Sibuk memikirkan hubungan Hansa, Azura tidak menyadari jika sedari tadi para balita yang duduk di samping kanan dan kirinya sudah tertidur lelap dalam perjalanan.

“Wah, mereka belum dua puluh empat jam berkenalan dengan Azura. Tapi lihat anak-anakmu, Kak. Mereka sepertinya sangat menyukai dan nyaman dengan pengasuh baru mereka, aish … anak-anakku yang manis,” tunjuk Oliver ke arah kaca depan mereka pada Hansa.

Hansa tersenyum tipis melihat anak-anaknya tertidur lelap dengan Azura yang menjaga ketiganya agar tidak jatuh. “Azura, apa semua baik-baik saja di belakang?” tanya Hansa yang mendapat anggukan dari Azura.

“Mn, semuanya aman terkendali. Anak-anak sedang tidur sekarang, kalau boleh tahu. Kita akan pergi ke mana?”

Oliver yang mendengar pertanyaan dari Azura mulai melirik kakaknya dan menyeringai. “Iya benar mau ke mana kau ajak kami?” timpal Oliver yang mendesak Hansa untuk menjawab pertanyaan yang sama.

“Golden Gate Park,” jawab Hansa yang akhirnya membuat Oliver memiringkan kepalanya.

“Keren! Kenapa kau tidak memberitahuku tujuan kita sejak di apartemen tadi. Kau tahu, kalau dari awal aku sudah tahu kalau kita akan pergi ke Golden Gate Park. Aku pasti mengajak Ibu untuk ikut bersama kita,” ucap Oliver yang sangat menyayangkan kepergian mereka kali ini tanpa mengajak ibu mereka.

Hansa mengigit pipi bagian dalamnya. “Jangan membicarakan dia sekarang,” desis Hansa yang membuat Oliver tersenyum miring.

“Apa kau takut ibu akan melihat anaknya tiba-tiba mempunyai tiga bayi kembar tanpa sepengetahuan dirinya?” ungkap Oliver yang membuat Hansa mengerem mobil mendadak, sehingga Azura kaget bukan main.

Untungnya ketiga balita kembar tidak terbangun dari tidur mereka dan tidak jatuh karena tindakan ceroboh Hansa.

Azura sedari tadi hanya diam mendengar percakapan yang agak rawan antara Hansa dan Oliver, kedua kakak beradik itu terlibat dalam pembicaraan yang membuat Hansa kesal. Sebagai orang baru di lingkungan kehidupan dosennya itu, Azura memilih untuk menutup mulut dan telinganya dengan berpura-pura tidak mendengar sama sekali.

Namun, seberapa keras Azura berpura-pura jadi makhluk tuli untuk sementara waktu. Dia masih tetap bisa mendengar percakapan serta adu mulut antara kakak dan adik itu yang sepertinya akan lama berakhir dan itu akan membuat para balita kecil terbangun dari mimpi mereka.

“Kau selalu menyimpan rahasia besar sendirian, aku pikir keluarga kita harus tahu tentang anak-anakmu itu!”

“Oliver berhenti mengungkit hal itu lagi, kau sudah berjanji untuk tidak mengangkat masalah ini.” Hansa menatap adiknya dengan tatapan mata lelah.

Azura bisa melihat ada beban terlihat di manik mata Hansa dan dia sangat penasaran, dosennya itu seperti menyimpan sebuah rahasia mengenai identitas ketiga anaknya. Sedangkan Oliver duduk dengan punggung yang bersandar di tempat duduknya dengan keras lalu mendengkus sebal.

“Cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar pada akhirnya,” tutur Oliver dan menatap jalanan dari balik kaca.

“Kita lihat saja nanti.”

Suara beberapa mobil yang terhalang akibat Hansa mengerem mobil secara tiba-tiba tanpa mereka sadari telah menyebabkan kemacetan di jalan.

Sampai pada akhirnya suara klakson mobil yang nyaring nyaris membuat telinga tuli tersebut menyadarkan Hansa untuk segera melaju mobil mereka ke tempat tujuan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan penuh dengan aura permusuhan sengit antara Oliver dan Hansa, setidaknya Azura sudah bisa bernapas lega sekarang.

Mereka akhirnya sampai di Golden Gate Park. Tempat wisata yang sangat populer di San Fransisco, dulu sekali Azura berharap jika keluarga angkatnya akan mengajaknya untuk ikut liburan berkeliling ke Golden Gate Park. Akan tetapi, harapan tetaplah harapan, sebagai anak angkat yang tidak jelas asal-usulnya itu. Azura kecil sama sekali tidak pernah ikut dalam perjalanan keluarga Edith.

Nyonya Arisha—Istri dari Ayah angkat Azura sebenarnya sangat membenci keberadaan Azura dalam rumah tangga mereka, tidak ada kasih sayang dari Arisha untuk Azura.

Mengingat masa lalu tiba-tiba saja membuat hati Azura berdenyut sakit. Sampai tangan mungil menggenggam erat jari-jari Azura, barulah dirinya sadar jika ia seharusnya tidak perlu memikirkan masa lalu lagi.

Senyuman balita dengan deretan gigi yang masih belum lengkap itu menyadarkan Azura dari lamunannya.

“Acula, kenapa?” tanya balita kecil dengan suara cadel tersebut pada Azura.

Azura segera berjongkok sambil mencubit pelan pipi balita mungil di hadapannya. Balita yang bernama Ilkay itu tertawa geli. “Ula cedih ya?” Azura yang kembali mendengar celotehan imut anak Hansa itu tertawa.

“Siapa yang sedih hm? Azura tidak sedih,” kata Azura mengembungkan pipinya dan menoleh ke kanan dan kiri mereka.

“Ngomong-ngomong di mana saudaramu yang lain Ilkay?” Azura berdiri dari duduknya dengan panik.

“Ihsan dan Ilhan bersama Mommy dan Daddy.”

Mengetahui hal itu membuat Azura mengelus dadanya pelan, astaga dia hampir saja terkena serangan panik karena berpikir dirinya telah kehilangan dua balita lainnya.

“Lalu, kenapa Ilkay tidak ikut bersama Mommy dan Daddy?”

Ilkay balita kecil itu memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulutnya dan menggelengkan kepala. “Ilkay mau sama Acula,” ungkapnya mendapatkan tatapan mata berbinar penuh haru di mata Azura.

“Oh, Ilkay kamu benar-benar malaikat kecil yang polos,” puji Azura yang dengan cepat menggendong Ilkay dengan kaki kecil balita itu melingkari pinggang rampingnya.

Namun, belum sampai lima belas menit keduanya berjalan bersama di taman wisata itu. Azura sudah kepayahan mengasuh Ilkay, berpikir jika balita itu adalah malaikat kecil yang polos ternyata adalah kesalahan yang amat besar.

“Dia iblis kecil yang nakal!” seru Azura frustrasi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • What A Bad Thing   [TAMAT] Lima Hari Tidak Ada Kabar

    Awalnya Azura sama sekali berpikir jika Hansa memang ingin memberikan istirahat penuh untuknya yang sudah bekerja keras dalam mengurus tiga anak dosennya itu. Sehingga Azura merasa bahwa Hansa memiliki rasa perhatian terhadap dirinya karena Azura pada dasarnya perlu mempersiapkan proyek tugas kelompoknya untuk ujian akhir beberapa minggu ke depan. Meskipun begitu, dua hari tidak bekerja dirasa sudah cukup bagi Azura menganggur dan dia sudah memiliki energi penuh kembali agar bisa mengurus anak-anak Hansa. Lagi pula, Azura sudah sangat merindukan Ilhan, Ilkay dan Ihsan. Akan tetapi, ini sudah lewat dua hari bahkan lebih parahnya sudah lima hari Azura tidak mendapat kabar berupa sebuah pesan dari Hansa dan juga Oliver bahwa dia bisa bekerja kembali. Bukannya Azura tidak berusaha menghubungi keduanya, baik Hansa dan Oliver sama-sama tidak menjawab panggilan Azura dan kedua nomor itu selalu dalam mode sibuk “Kenapa kau terlihat murung seperti itu? Apakah mereka masih tidak menjawab pang

  • What A Bad Thing   Alasan Menjadi Anak Angkat

    "Nyonya, anda bilang kita akan mengikuti Tuan Muda Hansa. Tapi, kenapa sekarang anda meminta saya untuk mengantar pulang ke rumah?" tanya Nike ketika asisten dari Nyonya Helga tersebut sambil menyetir dan memperhatikan jalan.Nyonya Helga bersandar di kursi penumpang, "Aku berubah pikiran, lebih baik pulang saja. Energiku sudah habis untuk mengikuti Hansa. Besok saja kita cari tahu siapa yang Hansa temui," jawab Nyonya Helga yang sepertinya sudah mengantuk."Baiklah Nyonya."Hansa yang sedang menyetir dengan santai melirik Luisa yang saat ini melamun menatap pemandangan jalanan dari balik jendela."Hm Luisa? Kau baik-baik saja?" tanya Hansa kepada Luisa yang segera menoleh ketika ditanya.

  • What A Bad Thing   Menjemput Luisa

    “Hansa, siapa yang menelpon itu nak?” tanya Nyonya Helga pada Hansa yang sekarang berjalan menuju kamarnya mengambil jaket.Oliver mengernyit, “siapa yang membuatmu terburu-buru seperti ini? Apakah ada hal yang penting.”Hansa menyimpan kunci mobilnya di saku celananya dan berkata, “aku akan kembali setengah jam lagi, kalian bertiga silakan lanjutkan makan. Aku menyusul nanti,” ucap Hansa yang berjalan keluar dari apartemen.“Aku rasa kau harus cepat pulang atau makanan ini akan dingin… atau yang lebih parah ini semua akan habis,” ujar Oliver yang mana tulang keringnya ditendang pelan oleh ibunya dari bawah meja makan.“Ouwh! Mama!”&nb

  • What A Bad Thing   Sebuah Permintaan

    Quirin baru saja kembali ke rumahnya, tempat di mana suasana dingin dan sepi terus menghantui rumah tersebut sejak anak keduanya Hansa dan juga anak tirinya Oliver kini lebih memilih tinggal secara terpisah dari rumah utama.Walaupun begitu Ansel anak sulungnya masih setia tinggal di rumah besar yang sepi tersebut. Atmosfer ini sangat berbeda dengan belasan tahun silam, di mana rumah yang dia bangun untuk istri dan juga dua anak-anaknya yang berharga itu sangat hangat dan penuh dengan canda tawa dari kedua anaknya.Akan tetapi, itu semua hanyalah masa lalu yang tidak bisa dilihat lagi sekarang. Quirin Ehren telah menikah lagi dengan seorang wanita beranak satu yakni Helga. Ketika dia mengatakan dirinya hendak menikahi wanita itu, Hansa yang dulu masih remaja menentang keputusannya. Remaja yang baru berumur tiga belas tahun itu tidak

  • What A Bad Thing   Makan Malam

    “Azura? Azura! Apakah kau sudah pulang?” Gauri mengetuk pintu kamar kos Azura karena dia beberapa waktu lalu mendengar suara dari kamar sebelahnya.Azura yang tadinya berada di balik pintu menegakkan kembali kepalanya dan mengusap wajahnya. “Ya! Aku sudah pulang, tunggu sebentar,” jawab Azura yang buru-buru beranjak dari duduknya dan segera membuka pintu.Gauri tersenyum ketika pintu terbuka, sangat jarang sekali Azura pulang cepat seperti sekarang ini. Sampai ketika Gauri melihat perubahan ekspresi yang tidak biasanya dari Azura, gadis itu mengernyit. “Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat kusut Azura,” kata Gauri membuat Azura mengangkat kedua bahunya dan mengizinkan Gauri masuk.“Ini adalah hari yang berat bagiku, tapi tenang saja. A

  • What A Bad Thing   Cemas

    "Aku pulang!" Azura kembali ke kos miliknya yang sudah lama sangat dia rindukan.Tidak ada jawaban atau suasana hangat yang menyambutnya saat dia pulang ke rumah. Namun, Azura sudah terbiasa hidup sendirian sekarang. Hari ini nampaknya adalah hari yang sangat berat baginya.Banyak hal yang sudah terjadi dalam kurung waktu kurang dari dua puluh empat jam.Dari bertemu dengan Ibu tiri Hansa dan juga bertemu kembali dengan ayah angkatnya. Benar-benar tidak terduga, sebenarnya Azura tidak terlalu memikirkan bagaimana nasib Hansa ketika pria itu bertemu ibunya, hanya saja sekarang pikiran Azura dipenuhi dengan keluarga angkatnya itu.Dia sangat takut dan juga cemas jika pertemuannya dengan ayah angkatnya akan menimbulkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status