Share

02. Adone

Penulis: Etna.S
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-07 23:11:06

Anna mematikan musiknya setelah melihat kedua pria yang tidur di kasurnya terbangun. Leo menatapnya dengan kesal dan tampak ingin mencekiknya. Sedangkan Evan, laki-laki itu hanya menatapnya geli dan tampak baik-baik saja dengan pilihan lagu buruknya untuk mengawali hari.

"Langkah bagus Anna." Leo mencibir. Tidak bisakah dia tidur dengan nyaman? Punggungnya pegal karena tidur dalam posisi bersandar yang dia tidak tahu kenapa dia melakukannya. Kemudian setelah dia bisa tidur dengan nyaman di ranjang empuk milik Anna, dia dibangunkan terlalu cepat oleh lagu sialan itu.

"Ada apa denganmu?!" 

Isabel, wanita bersurai coklat dan memiliki postur seperti model memasuki kamar hanya dengan pakaian dalamnya yang berwarna merah. Ia menatap ke arah pelaku dengan kekesalan tingkat tinggi.

Anna menyengir kuda, puas bahwa dia berhasil membuat mereka bangun tidur. Ini sebuah prestasi, terlebih untuk bisa membangunkan Evan.

"Isabel, apa kau melihat celana dalamku?" Sesosok pria mengikuti masuk ke kamar dengan mengenakan kaos tetapi telanjang pada bagian bawah.

Leo meringis. "Ya Tuhan. Tutupi itu!" Erangnya. Matanya telah ternoda melihat Julian junior. Hari masih pagi dan dia sudah mendapatkan sial dua kali.

"Aku melemparnya keluar semalam." Balas Isabel sambil memutar bola matanya. 

Anna geleng-geleng kepala mendengar jawaban Isabel. Perempuan itu bisa lebih gila melebihi dirinya di waktu-waktu tertentu.

"Ada celana dalam baru di laci depan, yang kedua dari bawah." Ia memberitahu.

Julian mengucapkan terimakasih singkat sebelum pergi menjemput celana dalamnya.

"Sekarang jelaskan padaku, bitch." Isabel masih menuntut.

"Tentu saja sudah jelas. Aku akan pergi ke pameran hari ini dan langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengusir kalian semua dari rumah." Jelas Anna. Dia menatap wajah ketiganya.

"Oke." Evan bersuara untuk pertama kali.

Pria yang memiliki potongan rambut curtains yang saat ini terlihat berantakan Itu segera turun dari ranjangnya, memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya dengan santai didepan mereka semua.

Dia yang tertua ketiga di kelompok mereka jika Eleanor dihitung masuk. Dia berasal dari Milan dan tinggal disana sampai dia masuk ke Universitas Naples Federico II di kota ini. Evan juga yang paling berpikiran dewasa bahkan melebihi Julian. Dia pendiam dan sehari-harinya memakai kacamata. Dia juga memiliki pacar yang tinggal di Milan.

Anna tidak peduli dengan pacar Evan. Mereka murni berhubungan seks karena semacam kebutuhan dan Evan telah meniduri banyak wanita lain selain dirinya jadi Anna tidak merasa bersalah tidur dengan laki-laki itu.

"Usil seperti biasa." Leo bangun dan meregangkan tubuhnya, lalu melenggang pergi keluar kamar.

Dia Leo Connor. Pria yang tidak bisa hidup tanpa wanita. Dia telah dikenal sebagai playboy di lingkungan universitas dan dia hampir seperti Anna versi pria. Perbedaannya, Leo tidak punya keinginan untuk melukis orang bersenggama. Meski terkenal bermain wanita, Leo bisa dengan mudah mendapatkan pacar untuk satu atau dua malam, rekor terlamanya adalah berpacaran dalam waktu seminggu dengan seorang model tak terkenal yang dia sudah lupa namanya. Dia punya ketampanan dan sedikit imut. Juga, sifatnya yang ekstrovert dan sedikit tengil membuatnya pandai merayu sehingga mudah untuk membuat wanita tertarik kepadanya.

Tinggalah Isabel yang menghembuskan nafas keras-keras sehingga anak rambut yang terjulur didepan wajahnya bergerak.  "Baiklah, aku menoleransi untuk yang satu ini." Katanya dengan enggan. 

Tanpa menunggu balasan, dia mengikuti yang lainnya keluar kamar. 

Isabella Wyatt adalah perempuan yang tidak percaya cinta seperti Anna. Tetapi akhir-akhir ini dia tidak mencari pria lain dan menjadi lebih dekat dengan Julian. Mereka mencoba untuk menciptakan hubungan komitmen pacaran yang berarti dia tidak akan sembarangan lagi meniduri pria lain. Itu menjadi lebih mudah karena Julian sangat hebat dalam seksnya dan dia memiliki penis besar untuk bisa memuaskannya. 

Anna ikut keluar untuk mengawasi mereka membereskan kekacauan di ruang tamunya. Ini sudah menjadi peraturan setiap mereka memilih rumahnya sebagai tempat pesta. Dia menyenderkan tubuhnya ke dinding, menyilangkan tangan dan melihat Leo memunguti botol kaleng bir yang tersebar dengan ogah-ogahan.

"Aku tidak bisa datang. Ada kelas pagi." Evan datang dari belakang sambil membawa sebotol air mineral dingin di tangannya. 

"Aku juga." 

Isabella menyahut. Dia tengah menaikkan ristleting pakaiannya dengan susah payah. Akhirnya menyerah, dan Julian tanpa harus diperintah membantu memasangkannya.

Anna melihat adegan itu dan langsung tahu hanya masalah waktu bagi mereka berdua untuk bosan satu sama lain dan kembali ke kebiasaan masing-masing. Dia hanya ingin mereka tetap berteman setelah hubungan itu gagal.

"-dan aku tidak mungkin menghabiskan waktu melihat lukisan-lukisan gloomy." Pungkas Leo.

Dia beraliran kontemporer dan fauvisme yang tidak tertarik akan genre lukisan yang akan dipamerkan hari ini. Aliran klasik naturalisme selalu tidak punya tempat di hidupnya.

Anna mengendikkan bahu dan tidak peduli. Tidak ada rasa kecewa mengetahui teman-temannya tidak datang dan melihat lukisannya. Sejujurnya, mereka telah melihat lukisannya lebih dulu. 

Dia melambai ketika mereka berjalan keluar ruangan. Evan dan Julian membawa kantung kresek sampah makanan. Dia mendengar suara langkah kaki mereka menuruni anak tangga rumahnya menuju lantai pertama yang ia gunakan untuk tempat parkir mobil dan ruang studionya. 

Dia lalu mendekat kearah jendela dan melihat bahwa mobil Julian telah melaju ke jalan raya dan melihat sosok Evan yang berjalan kaki karena kontrakannya dekat dengan rumahnya. Dia menutup jendelanya dan menarik tirai.

Butuh waktu satu jam untuk bersiap-siap. Anna menatap tampilannya di kaca. Rambut hitamnya telah ia sisir dan di gelung ketat. Dia menyemprotkan hairspray untuk sentuhan akhir. Untuk hari ini, Anna merias wajahnya dengan menggunakan set make up lengkapnya yang jarang ia pakai sehari-hari. Dia mengoleskan lipstik merah favoritnya, lalu membubuhkan eyeshadow pucat untuk menonjolkan mata hijaunya. Dia ingin terlihat sempurna untuk hari ini.

Dia meluruskan blazer hitamnya. Dia memakai pakaian formal hari ini. Rok span hitamnya sedikit pendek dari tinggi biasanya tetapi masih dapat dikatakan wajar. Dia memasangkan tas selempangnya dan memakai highheels hitamnya. Sebagai langkah terakhir, dia menyemprotkan parfum Acqua di Parma yang memiliki aroma musk dan sisilia citrus yang menenangkan.

Jarak dari rumahnya ke galeri Quadreria dei Girolamini bisa ditempuh dengan setengah jam berkendara lewat mobil ferrari merahnya yang memiliki bak terbuka.

Anna mengemudi dengan santai. Menikmati udara pagi kotanya yang indah dan melewati bangunan bangunan arsitektur unik yang cukup biasa di Napoli dalam perjalanannya.

Dia mencari lahan parkir yang kosong, setelah menjauh sekitar dua puluh meter dari tempat galeri itu berdiri, dia akhirnya menemukan satu. Dia mematikan mesin mobilnya. Dari tempatnya, dia bisa melihat galeri itu telah ramai pengunjung. Tidak mengejutkan, galeri Quadreria dei Girolamini adalah galeri paling terkenal di kotanya. Selain menampilkan karya-karya pelukis terkenal, galeri itu juga menerima lukisan dari pelukis lokal jika lukisannya memang layak dipajang. Itu membuat para seniman tanpa nama sepertinya berlomba-lomba untuk menampilkan karyanya disana sebagai batu loncatan karirnya. Anna membuka pintu dan berjalan keluar.

Orang-orang menatapnya lebih dari sekali pandang. Para anak muda yang berstatus mahasiswa mengenal perempuan ini. Annatasia Aleksi dari jurusan seni yang terkenal karena prestasi dan kecantikannya. Seorang playgirl yang selalu menolak komitmen yang ditawarkan oleh pasangannya. Tetapi, meskipun mereka telah tahu Anna hanya bermain-main dan tidak pernah serius dalam hubungan, sebagian mahasiswa tetap bermimpi untuk menjadi pasangannya suatu hari nanti.

Anna tersenyum dan balas menyapa kepada orang-orang yang menyapanya, rata-rata dari sesama mahasiswa seni yang datang mengunjungi pameran. Dia tiba di pintu masuk, dan mendengar namanya dipanggil.

Anna mendekat kearah perempuan berambut pirang keriting yang melambaikan tangannya bersemangat kearahnya.

"Hai, Genevra." Sapanya. Genevra adalah kakak tingkatnya yang lukisannya juga akan dipamerkan hari ini. Dia orang yang energik dan penuh semangat.

"Hai Anna." Balas Genevra dengan riang. "Mr. Damiano menyuruhku untuk menunggumu disini dan menemui dia bersama-sama setelah kamu datang." Ia menjelaskan.

Anna mengangguk mengerti. Robert Damiano adalah dosen filsafat seni sekaligus dosen wali mereka yang selalu mencari talent diantara murid-muridnya dan mengarahkannya dengan berbagai lomba dan pameran. Robert pernah bilang dia adalah murid favoritnya. 

Dia ingin bertanya dimana dosen itu sekarang tetapi dia tidak sengaja menoleh kearah pintu masuk pameran dan melihat Adonis.

Tentu saja itu bukan nama asli pria itu. Dia memakai kata Adonis untuk mendeskripsikan sosok pria tampan. Rhea tidak tahu siapa pria tampan itu yang sekarang telah memasuki galeri tetapi dia sangat cocok untuk memakai panggilan nama yang ia buat.

Dia sangat tampan. Meski hanya melihat sekilas, Anna bisa melihat bahwa pria itu memiliki wajah kecantikan dalam rasio sempurna. Jawline yang menarik, hidung mancung, dan dia memiliki rambut brunette yang dipangkas rapi dalam potongan undercut. Terakhir, dia memakai pakaian formal yang menambah keanggunannya.

Anna menatap jejaknya. Dia mendapatkan calon pontensial modelnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • What Is Love   15. Avviare

    Pacaran tidak ada dalam kamusnya. Memangnya apa bagusnya hubungan yang mengikat itu jika ada hubungan lain yang lebih fleksibel? Pacaran atau kegiatan mengikat lain dalam jangka waktu lama bukanlah hal yang dia minati. Anna cepat bosan, dan jika dia masuk ke dalam hubungan pacaran, dia tidak bisa leluasa mencari kesenangan dengan pria lain. Meskipun dia di cap wanita brengsek, dia tidak ingin berselingkuh. Maksudnya, dari hubungannya yang sudah-sudah, ia tidak bisa dikatakan pacaran karena memang dia tidak. Itu hanya hubungan terbuka singkat yang berakhir dalam hitungan hari. Dia mengerang frustasi dan mengacak-acak rambutnya. Sudah dua jam dia duduk di kursi belajarnya dan dia tidak melakukan apa-apa selain menatap kosong layar monitor dalam proses berpikirnya. Secara teoritis, Anna tidak pernah pacaran. Pacaran berarti tanggung jawab, dan Anna tidak mau melakukan hal itu. Jika dia menerima tawaran Jason, maka laki-laki itu akan menjadi pacar pertamanya. Tapi sekali

  • What Is Love   14. Corteggiamento

    Kelas selesai ketika jam menunjukkan pukul empat sore. Isabel dan Leo mengambil langkah cepat keluar kelas dan meninggalkan Anna dan Evan yang lebih santai dalam menghabiskan sore hari ini."Carla tidak pernah curiga. Dia gadis manis." Kata Evan.Anna mengangguk-angguk mendengar cerita Evan mengenai pacarnya. Dia tidak terkesan dengan pria ini. Evan bisa menjadi lebih berbahaya dari yang terlihat. Dia terkesan seperti pria baik-baik namun dibalik semua fasad itu, Evan tidak ada ubahnya seperti mereka."Kenapa? Aku akan melakukannya jika dia-""Anna,"Panggilan itu menginterupsi mereka berdua yang langsung beralih melihat ke arah si pemanggil. Evan menatap bingung saat melihat pemilik Dane Holding, Jason Dane, berjalan mendekat dengan tatapan tertuju pada Anna. Dia segera melirik wanita disampingnya."Kau mengenalnya?" Dia bertanya.Anna tidak menjawab. Dia hanya merapikan blouse biru laut yang ia pakai, -sesuatu yang ia la

  • What Is Love   13. Inatteso

    Pikiran Anna sedang tidak difokuskan ke tempat dia berada sekarang ini, melainkan ia sekarang tengah sibuk menerka-nerka kemungkinan mengapa Jason Dane menelponnya setelah lima hari menghilang yang membuatnya yakin pria itu tidak akan menghubunginya lagi. Anna baru sadar pada dini hari bahwa ada telpon masuk disekitar waktu ketika dia sedang 'bersama' dengan Nile. Yang lebih mengejutkan lagi, nama peneleponnya adalah Jason Dane. Haruskah dia menelpon balik? Setelah memikirkan hal itu, dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Jason mungkin salah pencet nomor. Alasan rasional apa lagi selain opsi ini? Jason jelas-jelas seorang perawan suci tak tersentuh. Virgin Boy, sesuai julukan Isabel. Dia tidak mungkin menelponnya dengan sengaja. Ia terkesiap ketika lengan atasnya disenggol oleh Isabel yang duduk disampingnya. "Bumi untuk Anna." Sindir gadis itu. Kesal ketika Anna tidak menjawab pertanyaannya. "Apa? Kau tanya apa tadi?" Seperti

  • What Is Love   12. Chiamata

    Klub berisik seperti biasa. Mereka pada akhirnya pergi ke Spazio yang merupakan salah satu klub terbaik di kota. Letaknya juga jauh dari area universitas sehingga kecil kemungkinan dia menemukan mahasiswa satu almamaternya disini selain grup nya tentu saja.Anna duduk di kursi bar paling sudut, wanita itu mencoba untuk tidak terlihat karena ingin menikmati Daiquiri malam ini terlebih dahulu. Dia duduk menyilangkan kakinya, gelas tersemat di tangan kirinya. Sambil menyesap perlahan, matanya tertuju ke area dance floor yang penuh dengan orang yang saling berjoget ria. Teman-temannya berada diantara kerumunan itu. Yang mengejutkan, Julian ikut kali ini, yang membuat Isabel semakin bersemangat."Mojito, tolong."Anna melirik sekilas seorang pria pirang berpakaian rapi yang datang entah dari mana sebelum mengambil kursi disampingnya dan membuat pesanan. Anna kembali memusatkan tatapannya pada pemandangan didepannya. Dia hanya memberi perhatian singkat kepada orang di

  • What Is Love   11. Curioso

    "Katakan lagi apa? Hahahaha....!"Suara tawa menghiasi meja paling ujung di kantin fakultas seni. Pelakunya tak lain adalah Isabel. Wanita berambut ikal coklat itu tertawa tak terkontrol hingga memegangi perutnya saking tak tertahankannya mendengar cerita Anna yang sekarang tengah menatapnya dengan pandangan sinis."Tertawalah sampai mati." Gerutu sang pelukis cantik itu.Anna Aleksi masih tidak percaya pertemuannya dengan Jason Dane akan berakhir dengan... Kekacauan. Lupakan untuk menjadikannya modelnya. Pria itu jelas-jelas menipu dengan penampilannya. Siapa yang tahu, dengan wajah dan tubuh seperti itu, Jason Dane ternyata masih virgin.Dia harus menerima kenyataan. Jason tidak mengontaknya lagi setelah peristiwa malam itu dan Anna yakin laki-laki itu pasti telah menghapus nomornya. Sehingga dia mau tidak mau harus melupakan Adonisnya karena Adonisnya ternyata mirip dengan Narcissus yang menurutnya menyedihkan."Dia seorang perawan katamu?

  • What Is Love   10. Confusione

    "APA?!" Jason secara otomatis mengambil langkah ke belakang satu langkah untuk menjauhkan diri dari Anna. Tangannya disilangkan ke dada, tampak defensif melindungi tubuhnya. Eskpresi menggoda Anna tergelincir dan berubah menjadi kebingungan dalam waktu singkat. Apa? Kenapa? Pikir Anna saat melihat reaksi Jason yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan terjadi. Apa apaan ini?! Pikirnya lagi. Dia kesal suasana romantisnya yang dibangun harus hancur dalam sekejap karena respon Jason. "T-tunggu Anna," Jason merentangkan tangan kirinya ke depan. Mencegah Anna yang ingin berjalan mendekat kearahnya. "Kurasa kita salah paham akan hal ini." Lanjutnya masih dalam kegugupan. Jantung Jason masih berdebar debar dengan keras. "Kamu kesini untuk tidur denganku kan?" Anna memastikan. Rencana melihat lukisan di rumahnya hanyalah kegiatan sampingan lain. Anna sudah paham dengan taktik ini dimana orang seolah-olah berkata ingin pergi ke rumah tem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status