Content warning! Anna, seorang mahasiswi jurusan seni yang berprestasi memiliki sisi gelap sadistik yang orang lain tidak akan mengira dia memilikinya. Dia menyukai melukis sosok manusia yang tengah berpose seksi baik pria maupun wanita. Dia memburu pria-pria tampan untuk dijadikan objek lukisannya. Bermain main dengan mereka dan membuangnya ketika bosan. Sampai kemudian dia bertemu dengan Jason, seorang milyarder yang mensponsori acara pameran seni yang dia ikuti. Jason yang memancarkan aura playboy membuat Anna dengan berani memintanya untuk menjadi model lukisannya. Tak disangka, pria itu ternyata berkarakter lugu dan kikuk mengenai dunia percintaan. Dia juga masih memegang prinsip-prinsip hubungan cinta yang kuno dan kolot. Itu semakin membuat dia menginginkannya. Anna ingin mengajarkannya tentang cinta dan nafsu. Bisakah dia? Pada akhirnya, siapa yang mendominasi siapa?
View MoreHujan malam itu menambah dinginnya kota Napoli, membuat sebagian penduduknya tengah bergelung dibawah selimut, mencari kehangatan dan terlelap dalam mimpi. Menunggu matahari terbit yang jika sesuai jadwal akan berlangsung tiga jam kemudian.
Perempuan penghuni rumah bercat abu-abu di jalan Via del Sole seri Mettere nomor 97 tak terkecuali. Dia mengetatkan selimutnya hingga ke atas dadanya. Bedanya, dia tidak mencoba kembali melanjutkan tidurnya dan memilih terjaga lebih awal dari jadwal bangunnya yang biasa. Dia menghidupkan lampu tidurnya, menghasilkan cahaya remang-remang yang membuatnya bisa melihat suasana kamarnya dalam pendar keemasan yang dihasilkan dari bohlam lampu.
Kamarnya terlihat berantakan. Pakaiannya tersebar di lantai, teronggok bersama pakaian pria. Selimutnya kusut akibat dari kegiatan panas yang ia lakukan tadi malam. Dia menoleh kesamping dan menatap pria yang terbaring miring menghadapnya, tangannya terulur keatas tubuhnya.
Perempuan itu menyibakkan selimutnya dan terduduk dipinggir ranjang. Dia mengambil ponsel di nakasnya, membuka galerinya dan meneliti setiap foto yang dia ambil. Tidak menghiraukan bahwa dia dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.
Terdengar suara gerakan dari belakang dan dia menoleh untuk melihat pasangannya malam ini tengah mengubah posisi tidur. Dia kembali menatap layar ponselnya. Tidak lama kemudian, dia meletakkannya kembali dan berdiri. Memunguti pakaiannya, dan berjalan keluar dari kamarnya yang sejak awal tidak terkunci, masih dalam keadaan telanjang.
Dari sinar bulan yang menyoroti rumahnya lewat jendela yang ia biarkan terbuka, dia bisa melihat ruang tamunya kacau dengan berbagai bungkusan kemasan makanan dan kaleng bir murah yang ia beli di minimarket terdekat.
Karpet merahnya telah digeser ke sudut ruangan. Dimana terdapat dua orang berbeda jenis yang saling bergelung satu sama lain. Sekali lihat sudah tahu bahwa tadi malam adalah malam yang panas untuk dua orang tersebut yang tidak memiliki pakaian menempel di tubuh masing-masing.
Dia menghiraukan keberadaan dua orang di lantai sudut rumahnya. Memilih melanjutkan perjalanannya, menyusuri koridor rumahnya dalam rangka menuju mesin cuci yang berada didepan kamar mandi.
Dia memasukkan pakaian kotornya ke mesin cuci, menutupnya, dan akan berjalan ke dapur untuk mengambil minum tetapi berhenti ketika kakinya tersandung kaki orang lain. Itu membangunkan pemilik kaki yang merupakan seorang pria yang tertidur di ceruk ruang kosong disamping mesin cuci. Pria itu mengerang.
"Jam berapa ini?" Tanyanya, suaranya serak khas orang baru bangun tidur. Matanya mengerjap berkali-kali sebelum menatap orang yang dia ajak bicara.
"Jam lima."
"Anna?" Ia memastikan. Mengerang sekali lagi saat mengetahui ini terlalu pagi untuk bangun.
Perempuan itu tertawa geli menatapnya. "Selama ini kau tidur disini?" Ejeknya. "Dimana Eleanor?" Tanyanya.
"Pulang."
Pria itu akhirnya bisa berdiri tegak setelah berjuang dari efek pusing alkohol. Menepuk nepuk dan meluruskan celana boxernya. Dia satu-satunya yang masih memakai pakaian ditubuh. Dia mencium Anna tepat dibibir dengan singkat. Kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Anna, nama perempuan itu sekaligus pemilik rumah ini melanjutkan diri ke dapur. Tidak terpengaruh atas ciuman Leo Connor terhadapnya.
Dia meletakkan segelas air minum di atas meja belajarnya. Duduk di kursinya, dan menghidupkan komputernya. Dia telah mengenakan pakaian kali ini, meski hanya sebatas sweater ungu dan hotpants hitam yang tidak cocok untuk dinginnya dini hari.
Dia mencolokkan ponselnya ke komputer untuk menyalin foto-foto terbarunya. Melihat lihat hasil potretnya di tampilan layar yang lebih lebar.
"Bukan yang ini." Ia bergumam. Netra hijaunya menatap serius ke dalam gambar. Dia meng-klik lagi untuk beralih ke foto yang lain.
"Gotcha."
Dia menatap foto didepannya. Foto yang mungkin akan membuat sebagian orang merasa malu melihatnya. Foto ini memperlihatkan dua orang yang tengah beradegan intim dengan gaya doggystyle yang terkenal. Pelakunya adalah kedua orang yang sedang bergelung di atas karpet rumahnya. Isabella Wyatt dan Julian Carter.
Anna menyimpannya. Dia akan mengubah foto ini menjadi potret lukisan seri erotisnya. Ya, dia seorang seniman. Lebih tepatnya mahasiswi seni rupa yang memiliki hobi yang akan membuat publik menjudgenya jika mengetahui sisinya yang ini. Dia suka, bukan, dia sangat suka melukis dua insan yang tengah bercinta, melukis ekspresi mereka ketika sedang berada di puncak kenikmatan. Anna menyebutnya sebagai seni paling murni.
Dia menyembunyikan hobinya ini dari kehidupan sehari-harinya. Dikeseharian, dia lebih dikenal sebagai Annatasia Aleksi, mahasiswi seni rupa tahun kedua yang sangat berbakat dalam melukis sehingga salah satu lukisannya akan dipamerkan dalam pameran yang diadakan di galeri lukis paling terkenal di kota Napoli. Hari ini merupakan jadwal pamerannya.
Anna sadar jika hobinya terlihat aneh bagi sebagian orang sehingga dia lebih memilih untuk menutupnya rapat. Mereka yang tahu hanyalah teman-teman lingkaran dalamnya. Karena keterpisahan itu, dia membuat Annatasia dan Anna menjadi dua seniman yang berbeda. Annatasia adalah artist yang akan membuatmu terlena dengan lukisan indahnya, sedangkan Anna adalah sisi lain dari dirinya yang memakai objek manusia langsung sebagai model lukisan nuditynya.
"Posisi yang bagus."
Anna menoleh ke belakang dan mendapati Leo tengah berdiri dibelakangnya, menatap layar komputer dengan binar apresiasi tinggi.
Leo menoleh menatapnya. "Kita bisa melakukan gaya itu kapan-kapan."
Pria itu langsung meloncat kearah kasur bekas sisinya tidur. Membuat decit kecil dan gumaman dari pria disebelahnya. Leo mengacuhkan keberadaan pria yang tidur di kasur Anna. Dia membuka ponselnya dan asyik dengan konten didalamnya.
Anna kembali fokus ke arah foto-foto yang lain. Dia menyimpan setiap filenya menurut tanggal. Ketika dia bilang hanya melukis dari objek langsung yang dia potret, itu berarti tidak hanya Julia dan Isabella yang ia punyai foto dewasanya. Leo Connor, temannya yang juga mahasiswa seni tahun kedua sepertinya, telah menjadi modelnya dengan foto terbanyak. Termasuk adegan seksnya dengannya. Ya, Anna sering berhubungan dengan model-model prianya. Dengan Leo, dia tidak menawarkan hubungan pacaran atau sebagainya. Faktanya, dia tidak pernah menawarkan hubungan pacaran dengan pria-pria yang dia tiduri. Sebagai gantinya, Leo bebas berhubungan dengan perempuan lain. Itu adalah situasi hubungan terbuka yang merupakan peraturan dasar dalam kelompok pertemanannya yang terdiri dari dia sendiri, Leo, dan Isabella yang juga merupakan mahasiswa seni seangkatannya, kemudian Evan, pria yang ia tiduri tadi malam merupakan kakak kelasnya, lalu Julian, dosen muda yang mengajar mata kuliah sejarah seni rupa di universitas tempat mereka berkuliah.
Anna meregangkan tangannya ke atas dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Mengambil gelas air minumnya dan meminumnya dalam sekali teguk. Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah dua jam dia menatap layar komputernya, mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
Matanya melirik jam digital di layar dekstopnya. Ada pameran yang harus ia hadiri pagi ini. Kali ini dia tidak datang sebagai pengunjung, melainkan sebagai seniman. Karyanya akan ditampilkan bersama puluhan karya lain dari para pelukis ternama. Dia satu-satunya artist yang berstatus masih mahasiswa tahun ke dua dalam pameran karya kali ini.
Dia menghela nafas dan menoleh kearah ranjangnya. Leo telah tertidur kembali, Evan seperti biasa tampak mati dalam tidurnya, dan ia yakin Isabel dan Julian juga masih berada di alam mimpi.
Ia melirik speaker stereonya. Senyumnya tidak pernah meninggalkan wajahnya saat ia dengan sengaja menyetel musik berisik dalam volume tinggi.
"Fuck! Anna!"
Ia tertawa mendengar teriakan sumpah serapan Isabel di ruang depan.
Pacaran tidak ada dalam kamusnya. Memangnya apa bagusnya hubungan yang mengikat itu jika ada hubungan lain yang lebih fleksibel? Pacaran atau kegiatan mengikat lain dalam jangka waktu lama bukanlah hal yang dia minati. Anna cepat bosan, dan jika dia masuk ke dalam hubungan pacaran, dia tidak bisa leluasa mencari kesenangan dengan pria lain. Meskipun dia di cap wanita brengsek, dia tidak ingin berselingkuh. Maksudnya, dari hubungannya yang sudah-sudah, ia tidak bisa dikatakan pacaran karena memang dia tidak. Itu hanya hubungan terbuka singkat yang berakhir dalam hitungan hari. Dia mengerang frustasi dan mengacak-acak rambutnya. Sudah dua jam dia duduk di kursi belajarnya dan dia tidak melakukan apa-apa selain menatap kosong layar monitor dalam proses berpikirnya. Secara teoritis, Anna tidak pernah pacaran. Pacaran berarti tanggung jawab, dan Anna tidak mau melakukan hal itu. Jika dia menerima tawaran Jason, maka laki-laki itu akan menjadi pacar pertamanya. Tapi sekali
Kelas selesai ketika jam menunjukkan pukul empat sore. Isabel dan Leo mengambil langkah cepat keluar kelas dan meninggalkan Anna dan Evan yang lebih santai dalam menghabiskan sore hari ini."Carla tidak pernah curiga. Dia gadis manis." Kata Evan.Anna mengangguk-angguk mendengar cerita Evan mengenai pacarnya. Dia tidak terkesan dengan pria ini. Evan bisa menjadi lebih berbahaya dari yang terlihat. Dia terkesan seperti pria baik-baik namun dibalik semua fasad itu, Evan tidak ada ubahnya seperti mereka."Kenapa? Aku akan melakukannya jika dia-""Anna,"Panggilan itu menginterupsi mereka berdua yang langsung beralih melihat ke arah si pemanggil. Evan menatap bingung saat melihat pemilik Dane Holding, Jason Dane, berjalan mendekat dengan tatapan tertuju pada Anna. Dia segera melirik wanita disampingnya."Kau mengenalnya?" Dia bertanya.Anna tidak menjawab. Dia hanya merapikan blouse biru laut yang ia pakai, -sesuatu yang ia la
Pikiran Anna sedang tidak difokuskan ke tempat dia berada sekarang ini, melainkan ia sekarang tengah sibuk menerka-nerka kemungkinan mengapa Jason Dane menelponnya setelah lima hari menghilang yang membuatnya yakin pria itu tidak akan menghubunginya lagi. Anna baru sadar pada dini hari bahwa ada telpon masuk disekitar waktu ketika dia sedang 'bersama' dengan Nile. Yang lebih mengejutkan lagi, nama peneleponnya adalah Jason Dane. Haruskah dia menelpon balik? Setelah memikirkan hal itu, dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Jason mungkin salah pencet nomor. Alasan rasional apa lagi selain opsi ini? Jason jelas-jelas seorang perawan suci tak tersentuh. Virgin Boy, sesuai julukan Isabel. Dia tidak mungkin menelponnya dengan sengaja. Ia terkesiap ketika lengan atasnya disenggol oleh Isabel yang duduk disampingnya. "Bumi untuk Anna." Sindir gadis itu. Kesal ketika Anna tidak menjawab pertanyaannya. "Apa? Kau tanya apa tadi?" Seperti
Klub berisik seperti biasa. Mereka pada akhirnya pergi ke Spazio yang merupakan salah satu klub terbaik di kota. Letaknya juga jauh dari area universitas sehingga kecil kemungkinan dia menemukan mahasiswa satu almamaternya disini selain grup nya tentu saja.Anna duduk di kursi bar paling sudut, wanita itu mencoba untuk tidak terlihat karena ingin menikmati Daiquiri malam ini terlebih dahulu. Dia duduk menyilangkan kakinya, gelas tersemat di tangan kirinya. Sambil menyesap perlahan, matanya tertuju ke area dance floor yang penuh dengan orang yang saling berjoget ria. Teman-temannya berada diantara kerumunan itu. Yang mengejutkan, Julian ikut kali ini, yang membuat Isabel semakin bersemangat."Mojito, tolong."Anna melirik sekilas seorang pria pirang berpakaian rapi yang datang entah dari mana sebelum mengambil kursi disampingnya dan membuat pesanan. Anna kembali memusatkan tatapannya pada pemandangan didepannya. Dia hanya memberi perhatian singkat kepada orang di
"Katakan lagi apa? Hahahaha....!"Suara tawa menghiasi meja paling ujung di kantin fakultas seni. Pelakunya tak lain adalah Isabel. Wanita berambut ikal coklat itu tertawa tak terkontrol hingga memegangi perutnya saking tak tertahankannya mendengar cerita Anna yang sekarang tengah menatapnya dengan pandangan sinis."Tertawalah sampai mati." Gerutu sang pelukis cantik itu.Anna Aleksi masih tidak percaya pertemuannya dengan Jason Dane akan berakhir dengan... Kekacauan. Lupakan untuk menjadikannya modelnya. Pria itu jelas-jelas menipu dengan penampilannya. Siapa yang tahu, dengan wajah dan tubuh seperti itu, Jason Dane ternyata masih virgin.Dia harus menerima kenyataan. Jason tidak mengontaknya lagi setelah peristiwa malam itu dan Anna yakin laki-laki itu pasti telah menghapus nomornya. Sehingga dia mau tidak mau harus melupakan Adonisnya karena Adonisnya ternyata mirip dengan Narcissus yang menurutnya menyedihkan."Dia seorang perawan katamu?
"APA?!" Jason secara otomatis mengambil langkah ke belakang satu langkah untuk menjauhkan diri dari Anna. Tangannya disilangkan ke dada, tampak defensif melindungi tubuhnya. Eskpresi menggoda Anna tergelincir dan berubah menjadi kebingungan dalam waktu singkat. Apa? Kenapa? Pikir Anna saat melihat reaksi Jason yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan terjadi. Apa apaan ini?! Pikirnya lagi. Dia kesal suasana romantisnya yang dibangun harus hancur dalam sekejap karena respon Jason. "T-tunggu Anna," Jason merentangkan tangan kirinya ke depan. Mencegah Anna yang ingin berjalan mendekat kearahnya. "Kurasa kita salah paham akan hal ini." Lanjutnya masih dalam kegugupan. Jantung Jason masih berdebar debar dengan keras. "Kamu kesini untuk tidur denganku kan?" Anna memastikan. Rencana melihat lukisan di rumahnya hanyalah kegiatan sampingan lain. Anna sudah paham dengan taktik ini dimana orang seolah-olah berkata ingin pergi ke rumah tem
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments