Home / Romansa / When I Me(e)t You / 111 Beri Dia Kesempatan

Share

111 Beri Dia Kesempatan

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-05-30 20:57:36

“Caraka, Randy keluargamu, nggak bisakah ini diselesaikan secara kekeluargaan?”

Lelaki berkemeja batik lengan panjang yang mencekal tangan Caraka itu tampak sangat kelelahan. Mungkin perjalanannya dari sebuah kota kecil di Jawa tengah yang membuatnya kelelahan, mungkin juga karena masalah yang akhir-akhir ini menimpa keluarganya yang membuat lelaki itu tampak kuyu.

Caraka mengenal lelaki yang bernama Laksono sebagai kakak laki-laki dari ibu Randy. Beberapa kali mereka bertemu, termasuk saat lelaki itu datang melayat ke Bogor waktu ayahnya meninggal dunia bertahun-tahun silam.

“Pakdhe,” Caraka menyalami lelaki itu kemudian mengajaknya untuk berbicara di kursi tunggu yang ada di teras kantor polisi, setelah Caraka meminta waktu sebentar kepada polisi yang akan mengantarnya bertemu dengan Randy.

“Pakdhe nyampe Jakarta kapan?” tanya Caraka memulai pembicaraan.

“Tadi pagi. Kamu apa kabar? Istrimu baik-baik aja?”

Caraka mengangguk singkat. Ia tadi mendengar jelas permintaan lelaki itu, kare
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   122 Jatuh Cinta Padanya Ternyata Segampang Itu

    “Rumah sekarang sepi ya, Dek.”Arka mendekati papanya yang termenung di samping kolam ikan, sepertinya sedang melewati fase baru di dalam hidupnya, yaitu merasa ditinggalkan anak-anaknya yang sudah membangun keluarga sendiri.“Papa telepon aja Mas Arga, suruh pulang sekarang. Rame pasti rumah, dengerin dia ngomel.”Hadi Wijaya terbahak mendengar usulan anak bungsunya itu. “Sembarangan. Orang lagi honeymoon masa diganggu. Sini, Dek. Udah lama nggak ngobrol berdua.” Ia lantas menepuk bantalan yang ada di sebelahnya. Kursi di teras samping yang dekat dengan kolam ikan itu adalah kursi rotan yang sudah ada sejak Arka masih kecil. Belakangan ini Hadi menambahkan bantalan sofa sebagai alas duduk karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di sana sejak anak-anaknya menikah.“Lagi mode melow ya, Pa?” goda Arka. Begitu melihat papanya mengerucutkan bibir, Arka langsung bersandar di bahu bidang papanya.Kalau ada satu hal yang bisa disyukuri dari ‘insiden’ yang dulu terjadi padanya, itu adalah p

  • When I Me(e)t You   121 Pernikahan Sang Mantan

    “Kamu udah hampir setengah jam di depan lemari, Ka,” tegur Caraka.Pagi-pagi, hampir seluruh anggota keluarga Avi telah pamit pulang. Arka langsung meminta kepada ART untuk membersihkan kamarnya, mengganti sprei, menyemprotkan pewangi, apa pun asal tidak ada jejak Tiara yang tertinggal di kamarnya.Hasilnya, saat siang, kamar Arka sudah siap pakai dan Arka mengangguk puas melihat hasil kerja ART-nya. Begitu masuk ke kamarnya, Arka langsung memperhatikan foto pernikahannya dengan Caraka yang tergantung di dinding. Untung saja, Tiara tidak cukup gila untuk merusak foto itu.Dan sekarang, ia terpekur di depan lemari, mencari baju mana yang bisa digunakannya untuk pergi ke acara resepsi Yudha yang akan diselenggarakan malam hari. “Aku nggak punya baju, Bang. Aku make apa?”“Atau nggak usah berangkat?”Arka menoleh kesal pada suaminya. Datang ke pesta pernikahan mantan tanpa rasa terluka, sudah ada di benaknya sejak ia menyentuh undangan dari Yudha.“Ya udah kalo gitu pake yang ada aja. It

  • When I Me(e)t You   120 They Go Low, We Go High

    “Kenapa? Pengen ya?” Caraka memang memperhatikan Arka yang menatap ke arah pelaminan sejak tadi. Aneh. Padahal setiap Caraka bertanya kepada Arka, apakah Arka ingin melaksanakan resepsi walaupun sudah terlambat bertahun-tahun, jawabannya tetap sama. Tidak. Lalu ini?“Aku udah nggak bisa minta tolong, minta macem-macem ke Mas Arga lagi, Bang. Mas Arga udah jadi punya Kak Leira.”“Ya nggak gitu konsepnya. Kalo kamu mikirnya gitu, berarti Oshi udah nggak boleh minta tolong ke Abang?”“Ya nggak gitu juga.”“Nah, kan. Mas Arga tetep kakakmu, Ka, sampe kapan pun. Lagian kamu mau minta tolong apa ke Mas Arga? Kan udah ada Abang.”“Ya kalo Abang lagi ngeselin.”Caraka menarik tangan Arka dan memainkan jari-jarinya di atas pangkuannya. “Bilang aja langsung ke Abang. Tegur Abang.”“Sekarang boleh berarti aku negur Abang?”Caraka mendekatkan diri kepada Arka, khawatir salah mendengar apa yang baru saja disampaikan Arka. Pasalnya mereka duduk di bagian VIP, sisi kiri dari panggung pengantin, yang

  • When I Me(e)t You   119 Sold Out

    “Kamu lagi cari kantor magang di Jakarta?”“Nggak harus Jakarta sebenarnya, Mas. Tapi kayaknya magang di Jakarta menantang juga.”Suara itu begitu lembut, apalagi memanggil suaminya dengan panggilan ‘Mas’, Arka sampai mual dibuatnya.“Kamu suka tantangan ya, Ra?” tanya Arka yang merangsek masuk ke dapur.Tiara tersenyum canggung. Sementara Caraka langsung menghampiri Arka dan menyadari raut wajah istrinya yang berbeda. “Kok bangun?”“Haus, sekalian nyari Abang.”“Oh, Abang lagi ngambil air juga, biasanya kan jam duaan kamu haus. Tadi Abang lupa nyiapin sebelum tidur.”Arka mengabaikan ucapan Caraka, ia ingin mengonfrontasi Tiara secara langsung. “Kamu lagi nyari tempat magang?”“Iya, Mbak.”“Kantornya Mas Arga aja, penuh tantangan. Ngamatin pergerakan saham yang naik turun menantang loh. Atau kantor Papa, perusahaannya lebih besar, pasti menantang banget,” tawar Arka lebih dulu. Kakak dan papanya tidak akan keberatan tentu saja.“Tapi—”“Sayang kantornya Bang Caraka nggak butuh anak m

  • When I Me(e)t You   118 He's So Damn Attractive, Sexy, Yummy ...

    “Udah siap semua? Nggak ada yang ketinggalan lagi?” Caraka masih mengedarkan pandangan ke sekeliling. Padahal rumahnya dan rumah mertuanya masih berada di Jakarta, tapi mengingat ia dan Arka akan menginap di rumah mertuanya untuk seminggu ke depan, begitu juga dengan si Bibi yang ikut mereka ke sana, rasanya akan merepotkan kalau ada barang yang tertinggal dan harus kembali ke rumah untuk mengambilnya.“Udah, Bang. Lagian juga cuma Jakarta Timur ke Jakarta Selatan, kita bukannya mau ke Bali. Kalau ada yang ketinggalan ya tinggal diambil.”“Ini Jakarta, Ka. Jakarta Timur ke Jakarta Selatan itu kalo di Jawa udah kayak dari Surabaya ke Malang.” Caraka memang asal bicara, ia juga belum pernah ke Surabaya apalagi ke Malang, tapi yaah kira-kira begitu kan traffic di Jakarta, membuat jarak 10km yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu 20 menit menjadi satu jam bahkan dua jam kalau sedang rush hour.“Ih biasanya juga Abang jemput aku dari rumah Papa pas pulang kantor, terus pulang ke sini bi

  • When I Me(e)t You   117 Melangkah dari Trauma

    Arga melangkah dengan perasaan khawatir ke dalam rumah adik dan adik iparnya. Jantungnya hampir saja meloncat dari rongganya—siang tadi—saat mendengar Caraka mengatakan kalau ‘orang itu’ berani menemui Arka di mall saat Arka sendirian.“Arka mana?” tanya Arga saat melihat Caraka menunggunya di ruang tamu.“Di kamar. Habis ini Arka pasti nanya semuanya, Mas.”Arga mengangguk. “Kupikir dia nggak akan tau seumur hidupnya. Aku takut dia kecewa, kalau tau betapa mengerikan keluarganya sendiri.”Caraka tidak bisa berkata apa-apa lagi, kejadian itu sudah terjadi bertahun-tahun lalu. Walau akhir-akhir ini, sejak Madya muncul lagi di hadapan Arka—terakhir di Kempinski—Caraka juga menyetujui apa yang dilakukan keluarga Bestari.Mungkin dia yang tertular menjadi kejam, atau dia terlalu sayang dan khawatir pada istrinya.“Tapi Arka bener-bener nggak apa-apa? Nggak perlu ke dokter? Periksa kandungannya? Atau ke Dokter Karin?”“Udah dari tadi aku nanya, dan dia nggak mau. Dia bilang baik-baik aja.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status