Home / Romansa / When I Me(e)t You / 115 Takdir Ternyata Sebercanda Ini

Share

115 Takdir Ternyata Sebercanda Ini

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-05-31 22:20:22

Naya: Ka, longgar nggak?

Arka: Apaan? Baju gue?

Naya: Jadwal, Arka. JADWAL!

Arka terbahak melihat balasan pesan dari Naya. Bisa dibayangkannya raut wajah Naya yang kesal karena mendapati balasan pesannya yang tidak jelas.

Arka: Mau ngajak ke mana?

Naya: Makan yuk, udah lama nggak ketemu, sekalian ada yang mau gue kasihin ke lo

Arka: Apa?

Naya: Nanti lo juga tau

Arka: Ok, nanti gue ke café lo ya, tapi gue izin suami gue dulu

Naya: Please lah, makan di luar gitu

Naya: Tega banget dari senin sampe minggu lo nyuruh gue makan di café

Arka: Ih rempong, ya udah nanti kasih tau mau di mana

Naya: GI, Fish & Co?

Arka: GI ok, tapi jangan makan ikan ya, please

Arka bergidik saat mengetikkan pesan itu kepada Naya, karena belakangan ini perutnya bergejolak setiap mencium amis ikan, apalagi memakannya.

Naya: Ojju?

Arka: Deal

Setelah Naya tidak membalas lagi pesannya, Arka langsung menghubungi Caraka untuk meminta izin. Caraka yang memang sedang ada meeting tentu saja mengizinkan Arka selama Arka mau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   126 Perjanjian

    “Kalian udah makan malam, Rev, War?” tanya Eyang Bestari pada asisten pribadinya yang sudah mengabdi puluhan tahun.Malam itu, Eyang Bestari meminta Revaldi beserta Anwar—pengacara keluarga Bestari untuk datang ke kediamannya.Karena keduanya tahu kalau keluarga Bestari sedang berkumpul, demi memberikan mereka waktu bersama sebagai keluarga yang utuh, baik Revaldi maupun Anwar baru datang setelah jam makan malam.“Udah, Eyang.”Revaldi dan Anwar tadi sudah sempat bertegur sapa dengan semua anggota keluarga itu, termasuk Leira yang baru mereka temui dan Caraka yang sudah bertahun-tahun tidak mereka temui.“Pindah ke ruang keluarga kalo gitu.”Siapa pun bisa melihat raut wajah kelegaan terpancar dari Eyang Bestari. Senyum sama sekali tidak lepas dari wajah yang sudah menua itu, entah karena seluruh keluarganya berkumpul atau karena sebentar lagi dia akan melepaskan beban yang puluhan tahun dipikulnya.Selagi berjalan menuju ruang keluarga, Caraka tidak hentinya menggenggam tangan Arka.

  • When I Me(e)t You   125 Kediaman Eyang Bestari

    “Kenapa tegang banget sih, Bang?” bisik Arka dari kursi belakang mobil.Pagi itu mereka sekeluarga berangkat ke Solo untuk mengunjungi Eyang Bestari. Arga dan Leira yang pulang berbulan madu, sudah berada di sana sejak sehari sebelumnya.Caraka hanya menggeleng pelan. Andai Arka tahu, malam sebelumnya ia hampir tidak tidur karena membayangkan pertemuannya dengan Eyang Bestari setelah sekian lama. Apa ini artinya sudah saatnya ia memenuhi perjanjian dengan wanita lanjut usia pemegang kekuasaan terbesar di Keluarga Bestari itu? Tapi rasanya ia belum siap.“Iya, Abang tegang.”“Kenapa, Dek?” Justru Hadi yang langsung menoleh ke belakang saat menyadari sejak tadi Arka berbisik kepada Caraka.“Nggak, Pa.”Setelah mertuanya kembali menghadap depan, barulah Caraka balas berbisik kepada istrinya, “Abang nggak apa-apa. Cuma agak deg-degan mau ketemu Eyang.”“Kalo itu aku juga.”“Masa?”“Iya, Eyang itu agak-agak ajaib.”Caraka menarik hidung Arka, bisa-bisanya mengatakan hal itu sambil terkekeh

  • When I Me(e)t You   124 If Life is a Movie, You're the Best Part

    Arka membawa Caraka ke ruangan sakralnya, tempat paling privasi untuk Arka semasa proses terapinya.Hanya keluarganya dan Naya yang diizinkan masuk ke ruangan itu. ART pun dulu bahkan tidak diizinkan membersihkan ruangan itu. Baru setelah Arka bisa kembali bersosialisasi dengan dunia luar, ART diizinkan masuk untuk sekadar membersihkan ruangan tersebut.Kini bertambah satu orang yang diizinkan Arka memasukinya."Aku lupa terus mau ngajak Abang ke sini. Sekarang mumpung inget dan waktu kita longgar, aku mau ngajakin Abang ke duniaku dulu." Arka melepaskan tangannya yang tadi menggenggam tangan Caraka.Caraka mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan itu dipasangi lapisan kedap suara. Sebuah sofa dan sebuah meja menghiasi salah satu sisi ruangan. Ada sebuah single chair yang diletakkan dekat jendela dan satu rak buku di sisi dinding yang lain. Sebuah bean bag dan beberapa bantal beraneka bentuk ada di dekat rak buku.Simpel, tapi nyaman. Karena dulu kondisi mental Arka belum stabil,

  • When I Me(e)t You   123 Coba Lihat Dia Secara Obyektif

    “Dek, udah packing?” tanya mamanya saat melihat Arka baru mentas dari kolam renang. “Minta tolong Bibi aja biar nggak capek.""Kan masih lusa Ma berangkatnya." Arka menautkan bathrobe ke tubuhnya, kemudian duduk sebentar di sun lounger yang ada di samping kolam untuk menyesap jus semangka yang baru dibuatkan Bibi untuknya. "It's heaven," desah Arka sambil memejamkan mata.Mungkin ia perlu mempertimbangkan tawaran Caraka untuk pindah ke rumah yang dilengkapi kolam renang, tapi itu bisa ia pikirkan nanti, karena bagaimanapun juga rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah impian suaminya—yang saat itu belum tahu kalau Arka sesuka itu dengan kolam renang.Avi ikut duduk di sun lounger yang lain, memperhatikan anak bungsunya yang lebih berisi karena kehamilannya, meskipun perutnya belum membuncit, tapi pipi Arka mulai membulat. "Dipilah aja nanti, biar Bibi bisa beresin besok."Arka menggeleng-geleng. "Kata Abang, Abang kok yang bakal packing, Ma. Mama tenang aja," jawabnya sambil ters

  • When I Me(e)t You   122 Jatuh Cinta Padanya Ternyata Segampang Itu

    “Rumah sekarang sepi ya, Dek.”Arka mendekati papanya yang termenung di samping kolam ikan, sepertinya sedang melewati fase baru di dalam hidupnya, yaitu merasa ditinggalkan anak-anaknya yang sudah membangun keluarga sendiri.“Papa telepon aja Mas Arga, suruh pulang sekarang. Rame pasti rumah, dengerin dia ngomel.”Hadi Wijaya terbahak mendengar usulan anak bungsunya itu. “Sembarangan. Orang lagi honeymoon masa diganggu. Sini, Dek. Udah lama nggak ngobrol berdua.” Ia lantas menepuk bantalan yang ada di sebelahnya. Kursi di teras samping yang dekat dengan kolam ikan itu adalah kursi rotan yang sudah ada sejak Arka masih kecil. Belakangan ini Hadi menambahkan bantalan sofa sebagai alas duduk karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di sana sejak anak-anaknya menikah.“Lagi mode melow ya, Pa?” goda Arka. Begitu melihat papanya mengerucutkan bibir, Arka langsung bersandar di bahu bidang papanya.Kalau ada satu hal yang bisa disyukuri dari ‘insiden’ yang dulu terjadi padanya, itu adalah p

  • When I Me(e)t You   121 Pernikahan Sang Mantan

    “Kamu udah hampir setengah jam di depan lemari, Ka,” tegur Caraka.Pagi-pagi, hampir seluruh anggota keluarga Avi telah pamit pulang. Arka langsung meminta kepada ART untuk membersihkan kamarnya, mengganti sprei, menyemprotkan pewangi, apa pun asal tidak ada jejak Tiara yang tertinggal di kamarnya.Hasilnya, saat siang, kamar Arka sudah siap pakai dan Arka mengangguk puas melihat hasil kerja ART-nya. Begitu masuk ke kamarnya, Arka langsung memperhatikan foto pernikahannya dengan Caraka yang tergantung di dinding. Untung saja, Tiara tidak cukup gila untuk merusak foto itu.Dan sekarang, ia terpekur di depan lemari, mencari baju mana yang bisa digunakannya untuk pergi ke acara resepsi Yudha yang akan diselenggarakan malam hari. “Aku nggak punya baju, Bang. Aku make apa?”“Atau nggak usah berangkat?”Arka menoleh kesal pada suaminya. Datang ke pesta pernikahan mantan tanpa rasa terluka, sudah ada di benaknya sejak ia menyentuh undangan dari Yudha.“Ya udah kalo gitu pake yang ada aja. It

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status