Home / Romansa / When I Me(e)t You / 126 Perjanjian

Share

126 Perjanjian

Author: Ans18
last update Huling Na-update: 2025-06-03 22:48:49

“Kalian udah makan malam, Rev, War?” tanya Eyang Bestari pada asisten pribadinya yang sudah mengabdi puluhan tahun.

Malam itu, Eyang Bestari meminta Revaldi beserta Anwar—pengacara keluarga Bestari untuk datang ke kediamannya.

Karena keduanya tahu kalau keluarga Bestari sedang berkumpul, demi memberikan mereka waktu bersama sebagai keluarga yang utuh, baik Revaldi maupun Anwar baru datang setelah jam makan malam.

“Udah, Eyang.”

Revaldi dan Anwar tadi sudah sempat bertegur sapa dengan semua anggota keluarga itu, termasuk Leira yang baru mereka temui dan Caraka yang sudah bertahun-tahun tidak mereka temui.

“Pindah ke ruang keluarga kalo gitu.”

Siapa pun bisa melihat raut wajah kelegaan terpancar dari Eyang Bestari. Senyum sama sekali tidak lepas dari wajah yang sudah menua itu, entah karena seluruh keluarganya berkumpul atau karena sebentar lagi dia akan melepaskan beban yang puluhan tahun dipikulnya.

Selagi berjalan menuju ruang keluarga, Caraka tidak hentinya menggenggam tangan Arka.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • When I Me(e)t You   129 Tangan yang Tepat

    Eyang Bestari menarik napas dalam-dalam, mengabaikan tatapan penuh tanya dari menantu dan cucu-cucunya.“Dulu, bapaknya Eyang, atay buyut kalian mulai merintis bisnis berdua, sama buyutnya Caraka, Pak Banar Abimana. Mereka merintis usaha dari bawah, berdua. Sudah ada beberapa bisnis yang berkembang waktu mereka masing-masing akhirnya menikah.“Pabrik furniture yang kalian lihat kemaren salah satunya, walau dulu belum sebesar sekarang. Ada pabrik plastik juga dan beberapa bisnis lainnya. Eyang kenal dengan Pak Banar, beliau sering main ke rumah dengan istrinya setelah mereka menikah.“Waktu itu Eyang masih kecil saat tiba-tiba kondisi keluarga kita berubah. Sebelumnya kita hidup berkecukupan walau tidak bisa dibilang terlalu kaya karena semua bisnis itu masih usaha rintisan. Tapi dalam waktu sekejap, keluarga kita jadi kaya raya, Eyang pindah ke rumah yang lebih luas, Bapak beli tanah di mana-mana.”Dewi Ayu Bestari yang masih kecil benar-benar tidak tahu-menahu tentang perubahan besar

  • When I Me(e)t You   128 Kalau Nanti Aku Ditinggalkan ...

    "Kalian apa-apaan sih? Nggak malu dilihat istri masing-masing? Nggak malu jadi tontonan?" tegur Hadi setelah mengumpulkan mereka di ruang keluarga.Belum tampak Eyang Bestari, karena normalnya di pagi hari seperti itu Eyang diantar salah satu ART mereka untuk berjalan-jalan di sekitar rumah.Begitu juga Avi yang pergi ke pasar dengan dua orang ART untuk berbelanja."Malu dilihat orang kalau keluarga sampe berantem kayak gitu. Kenapa kalian tadi? Hah?"Arga menunduk, pun begitu dengan Caraka yang masih menahan sakit di ulu hatinya."Kalian bersih-bersih dulu, habis sarapan pagi, ada yang mau disampein Eyang."Tanpa ada yang tahu, semalam Hadi Wijaya langsung menemui ibunya untuk berbicara empat mata. Ibunya itu membesarkan dan menjaga bisnis keluarga puluhan tahun sampai akhirnya menyerahkan bisnisnya kepada Hadi. Dengan kemampuan dan pengalaman ibunya itu, Hadi tahu kalau ibunya tidak akan sembrono dalam bertindak, termasuk keputusan untuk menyerahkan setengah harta mereka kepada Cara

  • When I Me(e)t You   127 Keraguan Arka

    “Abang nggak berusaha membuatku jatuh cinta sama Abang, berusaha mempertahankan pernikahan ini, demi perjanjian itu kan, Bang? Apa aku harus nunggu beberapa bulan lagi, sampai genap satu tahun dari pertama kali kita ketemu, untuk tau perasaan Abang yang sebenernya?”“Kamu ragu sama Abang, Ka?”Bukannya menjawab, Arka mengerjap bingung. Otaknya sepertinya bermasalah. Bagaimana mungkin ia bisa meragukan suaminya sendiri setelah apa yang mereka lalui beberapa bulan terakhir, dan setelah … ada calon anak mereka di perutnya.“Maaf, Bang.”Harusnya Caraka bisa meledak marah karena perasaannya diragukan. Tapi siapa pun yang membaca isi perjanjian antara Eyang Bestari dan dirinya, pasti kemungkinan besar akan meragukan dirinya, atau lebih parahnya mencurigai ia sedang bersandiwara demi satu tahun ‘masa percobaan’ pernikahannya.“Nggak perlu minta maaf, Sayang. Abang yang minta maaf karena nggak cerita ini dari awal.”Arka mulai terisak, padahal selama hamil ia jauh lebih kuat daripada sebelum

  • When I Me(e)t You   126 Perjanjian

    “Kalian udah makan malam, Rev, War?” tanya Eyang Bestari pada asisten pribadinya yang sudah mengabdi puluhan tahun.Malam itu, Eyang Bestari meminta Revaldi beserta Anwar—pengacara keluarga Bestari untuk datang ke kediamannya.Karena keduanya tahu kalau keluarga Bestari sedang berkumpul, demi memberikan mereka waktu bersama sebagai keluarga yang utuh, baik Revaldi maupun Anwar baru datang setelah jam makan malam.“Udah, Eyang.”Revaldi dan Anwar tadi sudah sempat bertegur sapa dengan semua anggota keluarga itu, termasuk Leira yang baru mereka temui dan Caraka yang sudah bertahun-tahun tidak mereka temui.“Pindah ke ruang keluarga kalo gitu.”Siapa pun bisa melihat raut wajah kelegaan terpancar dari Eyang Bestari. Senyum sama sekali tidak lepas dari wajah yang sudah menua itu, entah karena seluruh keluarganya berkumpul atau karena sebentar lagi dia akan melepaskan beban yang puluhan tahun dipikulnya.Selagi berjalan menuju ruang keluarga, Caraka tidak hentinya menggenggam tangan Arka.

  • When I Me(e)t You   125 Kediaman Eyang Bestari

    “Kenapa tegang banget sih, Bang?” bisik Arka dari kursi belakang mobil.Pagi itu mereka sekeluarga berangkat ke Solo untuk mengunjungi Eyang Bestari. Arga dan Leira yang pulang berbulan madu, sudah berada di sana sejak sehari sebelumnya.Caraka hanya menggeleng pelan. Andai Arka tahu, malam sebelumnya ia hampir tidak tidur karena membayangkan pertemuannya dengan Eyang Bestari setelah sekian lama. Apa ini artinya sudah saatnya ia memenuhi perjanjian dengan wanita lanjut usia pemegang kekuasaan terbesar di Keluarga Bestari itu? Tapi rasanya ia belum siap.“Iya, Abang tegang.”“Kenapa, Dek?” Justru Hadi yang langsung menoleh ke belakang saat menyadari sejak tadi Arka berbisik kepada Caraka.“Nggak, Pa.”Setelah mertuanya kembali menghadap depan, barulah Caraka balas berbisik kepada istrinya, “Abang nggak apa-apa. Cuma agak deg-degan mau ketemu Eyang.”“Kalo itu aku juga.”“Masa?”“Iya, Eyang itu agak-agak ajaib.”Caraka menarik hidung Arka, bisa-bisanya mengatakan hal itu sambil terkekeh

  • When I Me(e)t You   124 If Life is a Movie, You're the Best Part

    Arka membawa Caraka ke ruangan sakralnya, tempat paling privasi untuk Arka semasa proses terapinya.Hanya keluarganya dan Naya yang diizinkan masuk ke ruangan itu. ART pun dulu bahkan tidak diizinkan membersihkan ruangan itu. Baru setelah Arka bisa kembali bersosialisasi dengan dunia luar, ART diizinkan masuk untuk sekadar membersihkan ruangan tersebut.Kini bertambah satu orang yang diizinkan Arka memasukinya."Aku lupa terus mau ngajak Abang ke sini. Sekarang mumpung inget dan waktu kita longgar, aku mau ngajakin Abang ke duniaku dulu." Arka melepaskan tangannya yang tadi menggenggam tangan Caraka.Caraka mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan itu dipasangi lapisan kedap suara. Sebuah sofa dan sebuah meja menghiasi salah satu sisi ruangan. Ada sebuah single chair yang diletakkan dekat jendela dan satu rak buku di sisi dinding yang lain. Sebuah bean bag dan beberapa bantal beraneka bentuk ada di dekat rak buku.Simpel, tapi nyaman. Karena dulu kondisi mental Arka belum stabil,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status