/ Romansa / When I Me(e)t You / 19 Genggaman Tangan Pertama

공유

19 Genggaman Tangan Pertama

작가: Ans18
last update 최신 업데이트: 2025-04-26 21:31:56

Arka menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di dalam kamar 'rumahnya bersama Caraka'. Ia meminta izin untuk tidak mengajar hari itu karena ia pikir kekesalannya pada Caraka akan bertahan lama dan membuatnya bad mood sepanjang hari. Lagipula dia baru saja mengakhiri hubungan dengan Yudha yang sudah terjalin bertahun-tahun, wajar kan kalau ia masih ingin menyendiri.

'Sepi,' batin Arka. Di rumah orang tuanya selalu ada mamanya dan ART yang sibuk wara-wiri di dalam rumah. Kini ia sendiri. Caraka pergi bekerja meskipun kesiangan karena sepanjang pagi digunakan lelaki itu untuk merayu Arka agar mau pulang ke rumah.

Satu pesan dari Caraka membuat Arka berdecak pelan.

Caraka: Arka, bisa tolongin Abang?

Arkadewi: Apa?

Caraka: Ada berkas penting Abang yang ketinggalan di atas meja kerja di kamar Abang

Caraka: Bisa tolongin Abang buat kirim berkasnya pake kurir ke tempat kerja Abang?

Arkadewi: Alamat?

Arka melangkahkan kakinya menuju kamar Caraka yang berada di depan kamarnya. Kamar lelaki itu
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

관련 챕터

  • When I Me(e)t You   20 Sedang Jinak

    Sudah beberapa menit Arka duduk di sofa, tapi ia masih terbengong. Apa jabatan Caraka? Rasa penasaran yang sudah membuncah itu terpaksa ditahan Arka karena Caraka sedang ke toilet."Arka."'Nah ini dia orangnya.'"Kenapa ngelihatin Abang kayak gitu?""Duduk sini dong, Bang. Bentar aja, sebelum Abang mulai kerja lagi."Senyum Caraka mengembang. Jarang-jarang Arka jinak. "Abang pesenin minum sama cemilan buat kamu dulu ya.""Memangnya restoran, bisa pesen?"Caraka hanya terkekeh dan mengabaikan ucapan Arka. Ia lantas menghubungi OB di kantornya untuk membawakan segelas jus melon dan cemilan apa pun."Bang." Arka menunggu hingga Caraka benar-benar duduk di sampingnya, baru meneruskan ucapannya. "Abang di sini jabatannya apa? Jujur, Bang. Jangan bohongin aku lagi.""Siapa yang bohongin kamu? Orang kamu yang selalu ambil kesimpulan lebih dulu kok," kilah Caraka."Abis Abang iya-iya aja kalo aku lagi nebak kerjaan Abang. Trus juga Abang sering pergi ke kantor pake kaos sama kemeja cargo doa

    최신 업데이트 : 2025-04-26
  • When I Me(e)t You   21 Buang-Buang Waktu

    "Aku nggak mau pake cincin, Bang," rengek Arka di dekat sebuah toko perhiasan."Udah tinggal lima langkah lagi kita masuk toko loh, Ka."'Ternyata mode jinaknya nggak bertahan lama.' Caraka menatap Arka dengan kesal. "Kenapa nggak bilang dari tadi pas masih di jalan?"Arka tampak berpikir untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya. Tapi ia terlalu bingung.Tadi, saat Caraka lagi-lagi menggenggam tangannya, Arka seperti tersihir.Bodoh memang.Yudha juga selalu menggenggam tangannya ketika mereka berkencan, tapi genggaman Caraka terasa berbeda. Karena itu, Arka hanya diam saat Caraka mulai melajukan mobilnya.Namun, setelah tiba di parkiran sebuah mall, otak Arka tiba-tiba bisa bekerja dengan normal lagi.Cincin kawin tentunya akan terlalu mencolok kan? Bagaimana kalau teman-temannya tahu dan bertanya, apa yang harus dijawab Arka? Sementara pernikahannya dengan Caraka memang belum diresmikan secara hukum dan secara umum."Aku baru kepikiran, Bang. Gimana kalo temen-temenku tau, giman

    최신 업데이트 : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   22 I’ll Try to Fix It

    "Kenapa Yud?""Ini Mas Arga, Dek.""Mau ketemu di mana?" Entah alasan apa yang membuat Arka berpura-pura menerima telepon dari Yudha.Rahang Caraka mengeras mendengar Arka seperti mengatur janji temu dengan seseorang yang dipanggilnya 'Yud', yang ia tebak adalah Yudha, mantan pacar Arka."Siapa yang mau ketemu sih?" Arga menggeram kesal. Menjauhkan ponselnya dari telinga dan meneliti sekali lagi, jangan-jangan ia salah menekan nomor telepon."Bisa, kamu nggak ngerasa kamu lagi buang-buang waktu buat ketemu aku?""Dih, Adek mas lagi gesrek."Setelah itu, Arga menutup sambungan telepon dan berganti menghubungi Caraka.Beberapa detik setelah arka menutup telepon, ganti ponsel Caraka yang berdering. Tanpa curiga, Caraka mengangkat telepon dari kakak iparnya."Si Arka kenapa itu?" tanya Arga begitu teleponnya diangkat Caraka."Kenapa gimana?" tanya Caraka sambil melirik ke arah Arka."Barusan, ditanya apa jawabnya apa."Caraka mengulum senyumnya. Jadi panggilan telepon yang masuk ke Arka s

    최신 업데이트 : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   23 Lima Tahun Lalu (Perasaan Caraka)

    -London, lima tahun lalu-Arga menyeret kopernya melintasi lorong menuju apartemen Caraka yang berada di ujung koridor.Setelah mengetuk pintu beberapa kali, seseorang membukakan pintu untuknya. Bukan Caraka, melainkan seorang wanita. Wanita itu mengenakan dress putih longgar sepanjang lutut dan tersenyum dengan ramah.Sebenarnya Arga tidak terlalu kaget. Memang karena alasan ini ia sampai harus menempuh perjalanan hampir delapan belas jam, melintasi benua, demi meluruskan kabar yang didengar dari eyangnya."Mas Arga?" Suara Caraka dari dalam apartemen membuat dua orang di depan pintu yang belum sempat bertegur sapa itu menatap Caraka bersamaan.Jantung Caraka menggila saat melihat sosok yang ada di balik pintu. Dengan tergesa ia mendekat. "Masuk dulu, Mas.""Saya nggak ganggu kalian?" tanya Arga dingin.Caraka menggeleng, berniat membantu Arga membawakan kopernya namun ditepis begitu saja oleh Arga."Saya rasa kita perlu bicara. Berdua." Arga bahkan belum duduk di ruang tamu aparteme

    최신 업데이트 : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   24 Komitmen dan Tanggung Jawab

    -London, lima tahun lalu-Caraka melepas cengkeramannya di leher Arga. Ia sadar apa yang dikatakan Arga adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapinya. Melibatkan diri dengan keluarga Bestari adalah anugerah sekaligus musibah.Keduanya kini bersimpuh di lantai hotel, Caraka bersandar pada kaki sofa sementara Arga bersandar pada kaki ranjang. Pergulatan mereka memang hanya berlangsung sebentar tapi sudah berhasil membuat keduanya kehabisan tenaga.Arga terkekeh melihat keadaannya dan Caraka yang berantakan. Kalau Arka tahu ia sadu jotos (lagi) dengan orang lain, adiknya itu pasti akan mengomelinya dua hari dua malam. Dia tidak akan peduli siapa yang salah, yang Arka pedulikan hanya keadaan kakaknya yang sering mendaratkan pukulan ke orang lain."Eyang tau kamu di sini deket sama cewek. Kamu nggak sebodoh itu kan? Nggak mungkin kamu nggak tau kalo Eyang nyuruh orang buat ngawasin kamu. Kamu beruntung, aku bisa meyakinkan Eyang biar aku aja yang ngurus kamu. Karena kamu nggak bakal tau a

    최신 업데이트 : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   25 Gelisah

    "Ma, Pa." Arka yang baru menampakkan dirinya di ruang tamu segera mendekat dan mencium pipi kedua orang tuanya. "Kok ke sini nggak bilang-bilang?""Jadi sekarang kalo Papa mau ketemu anak Papa mesti buat janji dulu?"Arka mendekat ke papanya dan merebahkan kepalanya di bahu papanya. "Nggak gitu, Pa. Kalo rumah lagi kotor, gimana? Yang ada Nyonyah marah-marah ke aku," ledek Arka sambil melirik mamanya.Avi balas melirik Arka dengan sengit, kemudian beranjak ke dapur, mengawasi ART yang dibawanya dari rumah untuk membantu menyiapkan makan malam di rumah itu."Mata kamu bengkak, Dek?" telisik lelaki paruh baya yang telah makan asam garam kehidupan itu. Memprediksi anaknya baru saja menangis bukanlah hal yang sulit untuknya. Apalagi sifat Arka sebelas dua belas dengan istrinya, sensitif, mudah tersentuh sekaligus terluka hatinya.Caraka yang duduk di single seater sofa tak jauh dari mereka hanya menundukkan kepala, tidak berani menatap mertuanya."Kalian berantem?"Arka belum sempat menja

    최신 업데이트 : 2025-04-28
  • When I Me(e)t You   26 Sejauh Apa?

    "Abang mau ngapain?" Melihat Caraka yang benar-benar menatapnya tanpa berkedip, tak ayal membuat Arka ketar-ketir, takut kalau Caraka tiba-tiba ‘menyerangnya’, lalu ia hanya bisa pasrah, mengingat sosok Caraka yang jauh lebih besar darinya dan mampu membuatnya membeku, seperti sekarang."Loh emang sekarang Abang ngapain?"Arka mengerucutkan bibirnya, kesal karena mendapat godaan balik dari Caraka."Tangan Abang jangan ke mana-mana.""Emang tangan Abang ke mana? Kan nggak ke mana-mana." Caraka semakin berada di atas angin karena Arka mulai gelisah dan mengeluarkan semua yang ada di pikirannya."Rambutku udah rapi, nggak usah pura-pura ngerapiin rambutku buat modus megang pipiku.""Ya udah. Abang nggak modus lagi.""Hah?" Arka semakin bingung karena kini nyata-nyata Caraka membelai pipinya, bukan seperti sebelumnya yang hanya menyentuhnya dengan ringan."Arka, in case kamu belum bener-bener maafin Abang, sekali lagi Abang minta maaf ya. Abang akui Abang masih harus banyak belajar buat n

    최신 업데이트 : 2025-04-28
  • When I Me(e)t You   27 Ketegangan Pagi Hari

    Arka terbangun saat menyadari situasi di dalam kamar yang kini tidak sepenuhnya gelap seperti tadi malam.Astaga!Jantung Arka tiba-tiba menggila saat menyadari ia menempel pada dada bidang Caraka selama tidur—setelah ia menangis sesenggukan sampai kelelahan.'Gimana ini? Tangannya Abang kenapa ada di pinggangku? Ini gimana caranya aku bangun tanpa bangunin dia?' Arka bermonolog dalam hati. Bingung setengah mati menetralkan debaran jantungnya sekaligus memikirkan cara menjauh dari Caraka tanpa membangunkannya."Udah bangun?" Caraka bertanya namun matanya masih memejam, kemudian menarik tangannya dari pinggang Arka dan mengubah posisinya menjadi terlentang.Dengan posisi Caraka yang baru ini, Arka tidak menyia-nyiakan kesempatan dan bergegas bangun.Caraka baru membuka mata setelah mendengar suara pintu kamar mandi yang menutup. Tangannya meraba dadanya, merasakan debaran jantungnya yang masih tidak terkendali."Easy boy! It's just morning hormones." Caraka memilih bangkit dari posisin

    최신 업데이트 : 2025-04-28

최신 챕터

  • When I Me(e)t You   42 Hanya Bertanya

    Sebuah rumah makan dengan konsep masakan sunda yang telah menjadi langganan mereka, dipilih Yudha untuk makan siang mereka berdua. Yudha menatap Arka, hampir tidak berkedip karena rasa rindunya pada gadis itu.Arka sedikit salah tingkah mendapati Yudha yang terus menatapnya, Hingga makanan tersaji di atas meja pun, Yudha seperti tidak ingin mengalihkan perhatiannya."Mau ngomong apa, Yud?""Gimana hari ini? Murid-muridmu pada nurut? Nggak ada yang bikin kamu harus lari-lari?"Arka terdiam. Yudha memang selalu menanyakan hal itu setiap harinya. Katanya, ia suka mendengar Arka bercerita antusias tentang murid-muridnya. Dulu, Arka suka mendapat perhatian seperti ini dari Yudha. Tapi tidak kali ini, hatinya bisa goyah karena perhatian-perhatian kecil dari Yudha."Ya gitulah, namanya juga anak-anak. Yud, aku nggak bisa lama-lama, aku mesti cepet pulang, jadi kalo kamu mau ngomong sesuatu yang penting, mending buruan deh. Kamu tau kan aku kalo laper, makanku cepet."Yudha terkekeh, tapi sep

  • When I Me(e)t You   41 Kemarahan

    "Bang. Kok Abang diem aja dari tadi?” tanya Arka yang bingung melihat Caraka mendiamkannya sejak mereka pulang dari kediaman ibunya.Caraka tidak menjawab pertanyaan Arka. Ia langsung masuk ke kamar yang berada di lantai bawah dan merebahkan dirinya.“Abang nggak mandi? Biar kuambilin baju di atas.”“Nggak usah.”“Ya udah, aku mandi dulu di atas ya.”Dengan kebingungannya, Arka naik ke lantai dua. Apa ia salah bicara sampai Caraka marah?Caraka sudah terlelap dengan posisi menghadap dinding saat Arka masuk ke kamar bawah. Arka merebahkan diri di sisi kasur yang kosong, kemudian mematikan lampu tidur di atas nakas.‘Apa aku ada salah? Atau akhirnya dia sadar kalo aku nggak pantes?’ Arka masih terus bertarung dengan pikirannya hingga tertidur.Karena beberapa hari belakangan Arka selalu terbangun tengah malam, sepertinya hal itu menjadi sebuah kebiasaan baru baginya.Anehnya, malam itu ia tidak ingin menangisi kenangannya bersama Yudha. Seharian itu juga ia hanya mengingat Yudha ketika

  • When I Me(e)t You   40 Kebencian

    Suara pintu dibanting dari kamar sebelah memang berhasil membuat mereka merenggangkan jarak.Caraka juga tampak kesal dengan kelakuan adiknya, tapi sedetik kemudian fokus Caraka kembali ke hadapannya—ke seorang gadis yang mengerjap bingung dan seperti baru saja tersesat."Ka, kenapa?"Meskipun mereka sudah merenggangkan jarak, tapi tetap saja kasur berukuran 120x200 itu memaksa tubuh mereka berjarak lebih dekat dari biasanya."Marah?" tanya Caraka lagi."Aku dorong Abang nggak?""Nggak.""Ya udah, nggak usah nanya lagi dong, Bang." Arka baru ingin menutup wajahnya dengan kedua tangan karena rasa malunya, tapi tangan Caraka lebih dulu membawanya ke dalam pelukan."Keluar yuk, Bang.""Sekarang?""Nggak. Besok lusa.""Ok, besok lusa.""Abang, malu ih sama Ibu, masa ke sini malah tidur, bukannya nemenin Ibu.""Gimana, santai kan Ibu?""Ya santai, orang udah kenal. Tapi kok bisa sih Bang, Ibu jadi story teller di sekolahku?""Waktu itu Ibu cerita ke Abang sama ke Mas Arga, katanya pengen k

  • When I Me(e)t You   39 Tiga Detik

    Tiga detik, atau bahkan kurang, Arka bahkan tidak sempat mengerjap saking kagetnya.Arka terdiam, mencoba mengatur ritme jantungnya agar kembali normal."Abang nggak suka dicuekin," ucap Caraka. Tangannya terulur mengusap bibir Arka yang membuat Arka berjengit kaget."Aku nggak suka diserang, Bang." Arka mengerucutkan bibirnya karena kesal."Tadi itu kamu anggep diserang?""Iya!"Caraka tersenyum kecut, kemudian kembali bersandar pada susunan bantal dan guling, mencoba memejamkan mata, mengingat kembali tiga detik yang membuat jantungnya menggila."Ih, Abang kok nggak bertanggung jawab sih. Bisa-bisanya langsung tidur abis nyium anak orang."Caraka malah terbahak mendengar Arka merajuk. Ia pikir Arka akan mengamuk, jenis mengamuk yang benar-benar seperti orang marah, tapi rupanya, Arka hanya merajuk."Ya terus gimana, di kamar sesempit ini, kasur ukuran single, naluri Abang sebagai cowok mencuat Arka. Nanti kalo Abang melek terus 'nyerang' kamu lagi gimana?""Nggak bisa, Bang. Kita ha

  • When I Me(e)t You   38 Something Happened in His Room

    "Loh, Bu—"Wanita itu tersenyum semakin lebar. "Bu Arka kaget ya?"Arka masih mengerjap bingung, bahkan ketika Caraka mengambil punggung tangan ibunya dan mencium kedua pipi ibunya."Kenalin, Ka. Ibunya Abang."Arka akhirnya tersadar dari lamunannya, bergegas melakukan hal yang sama dengan yang tadi dilakukan Caraka."Ayo masuk, kata Raka, kalian udah makan siang di rumah, jadi Ibu cuma nyiapin makanan kecil aja, tapi nanti makan malam di sini ya. Langsung ke dapur aja yuk, biar nggak kayak tamu." Wanita itu melangkah masuk lebih dulu. Ia biasa memanggil Caraka dengan Raka saja, mungkin nanti ia akan kebingungan untuk memanggil Raka dengan Arka yang namanya mirip.Arka menarik tangan Caraka. "Bu Ayu ... ibunya Abang?"Caraka mengangguk, kemudian meraih tangan Arka lagi untuk digenggam dan membawanya menuju dapur yang berbatasan langsung dengan taman kecil di samping rumah."Kaget ya, Bu Arka?"Arka mengangguk. "Bu Ayu jangan panggil saya 'Bu Arka' lagi, Bu."Wanita itu masih tersenyum

  • When I Me(e)t You   37 Rumah Mertua

    Arka mengerjapkan matanya, ia tidak bisa tidur sejak sesi pillow talk-nya dengan Caraka, sementara lelaki itu kini telah terlelap."Abang pernah ngerasainnya. Jatuh cinta sama seseorang, tapi kemudian Abang mengubur perasaan Abang." Kalimat itu masih berputar-putar di otak Arka. Arka tahu itu hanya masa lalu Caraka, tapi ... rasanya tetap saja tidak nyaman.Kini Arka sadar, mungkin itu yang dirasakan Caraka. Mengetahui kalau ia pernah mencintai laki-laki lain dan laki-laki itu masih mencoba mendekatinya, pasti membuat Caraka juga merasa tidak nyaman."Belum tidur, Ka?"Arka menoleh terkejut saat mendengar suara Caraka."Karena nggak Abang peluk? Sini."Arka tidak habis pikir, dari mana Caraka bisa mengira ia tidak bisa tidur karena tidak memeluknya. Mereka juga baru dua malam tidur satu kasur. "Dih. Nggak gitu yaaa."Caraka terkekeh, kemudian beringsut mendekat. Ranjang di kamar yang berada di lantai bawah itu memang paling lebar di antara ranjang yang lain. Sebenarnya kamar itu adala

  • When I Me(e)t You   36 Jatuh Cinta dalam Sekejap

    "Arka, udahan dong marahnya.""Kesel tau, Bang. Apa sih enaknya berantem? Ujung-ujungnya badan sakit semua kan? Coba, besok gimana Abang kerja kalo jalan aja pincang gitu," gerutu Arka sambil mencuci piring bekas makan malam mereka, sementara Caraka memilih duduk di dekat meja makan sambil mengamati Arka.Caraka bisa saja menceritakan semua yang terjadi, termasuk Yudha yang mengajaknya bertemu di martial art center dan bagaimana Yudha menyerangnya lebih dulu, tapi ia memilih bungkam. Itu urusannya dengan Yudha, Arka tidak perlu tahu.Meskipun sejak tadi Arka tidak berhenti mengomelinya, tapi nyatanya Caraka suka mendengar celotehan Arka yang tampak menggemaskan dengan versi yang berbeda dari biasanya."Kamu kalo muridmu berantem, ngomel panjang lebar gini juga, Ka?""Muridku nggak sampe adu jotos ya, Bang. Paling mentok dorong-dorongan.""Iya, tapi kamu omelin juga?""Ya ... nggak sih, dikasih tau aja baik-baik.""Trus kenapa Abang diomelin dari tadi?"Arka mengeringkan tangannya kemu

  • When I Me(e)t You   35 Between Us

    Caraka melajukan mobilnya setelah mendapat nomor telepon Yudha, mantan pacar Arka yang masih berani menemui Arka saat ia tidak bisa berada di sisi istrinya itu. Di tengah perjalanan ia menghubungi nomor ponsel yang diberikan Arka."Halo, dengan siapa?" jawab suara di seberang telepon yang membuat Caraka berdecak tanpa sadar."Saya Caraka, suaminya Arka."Ganti suara di seberang telepon yang terdengar mencibir."Bisa kita ketemu? Saya rasa ada yang perlu kita bicarakan.""Saya nggak ada urusan sama kamu.""Iya, awalnya memang tidak ada. Tapi setelah hari ini kamu menemui Arka dan membuat dia ketakutan di saat saya nggak ada, maka saya jadi punya urusan sama kamu.""Fine, Kemang Fight Gym, jam lima sore."Sambungan telepon itu terputus begitu saja setelah Yudha mengatakan di mana ia akan menemui Caraka."Sialan! Nyata-nyata nantang." Padahal Caraka berniat untuk bicara baik-baik, tapi kalau lawan bicaranya mengajak 'bicara' dengan cara lain, ia tidak akan menolak. Sudah lama juga otot-o

  • When I Me(e)t You   34 Galaknya Arka

    Arka sedang melamun di depan televisi saat pintu utama rumah itu terbuka. Dengan model rumah open space, Arka langsung bisa melihat siapa yang baru saja membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.Jantung Arka seketika mencelos melihat Caraka tengah dipapah kakaknya masuk ke dalam rumah.Arga mengarahkan Caraka ke sofa depan televisi yang tadi diduduki Arka."Abang kenapa, Mas?" tanya Arka bingung. Meskipun ia penasaran sampai rasanya ingin langsung memberondong Caraka atau kakaknya dengan berbagai macam pertanyaan, tapi Arka juga tahu kalau yang harus dipriorotaskan adalah mengobati luka Caraka.Ini bukan pertama kalinya Arka melihat orang babak belur, kakaknya adalah jagonya kalau urusan baku hantam dan babak belur. Dengan segera ia mengambil kotak obat yang berada di lantai atas. Ia masih ingat di mana terakhir kali Caraka meletakkan kotak obat itu ketika Caraka mengobati tangannya yang terkena minyak panas.Arga menjatuhkan diri di kursi, menghela napas lelah karena mengurus Caraka ya

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status