Happy birthday Tante Nayla Samira Huri, semoga segera di halalin sama Papa Wisnu ❤️💋❤️ 1.234 like, 678 commentDeva : happy birthday calon emaknya Juna ❤️ dari aku fansnya Omdudot😁Robert : ngaca Dev, ngaca...sadar diri daripada lo di gampar Nada. Nggak kapok kapok deh Lo jadi pemuja papa gula.Salma : uwuu banget Lo jadi mantu babe, rajin posting foto mertua dan calon mertua. Gue follow Tante ah, mau tanya resep menaklukan paduhotnya Juna😂Juna : HBD Tan, kadonya aku hibahin Papa aku saja ya 😁Deva : duh Duh duh, manis amat Lo Junaidi jadi anak, mau punya dedek imut yang ngegemesin kaya gue gini nggak... Ting...Ting....Ting (kedipin mata)Juna : najis punya adek kaya Lo Dev. Bukan anugerah tapi musibah.Salma : menanti Om Wisnu komentar lama amat 😫Fabian : Dev, ayo pulang.... Jemuran belum di angkat keburu hujan.Robert : noh Lo Dev, di cariin sugar baby. Buruan pulang daripada Lo nggak dapat jatah entar malam.Deva : wah Bet, Lo bener bener nggak lupa jadwal gue ngadon ya, ta
Happy birthday Tante Nayla Samira Huri, semoga segera di halalin sama Papa Wisnu ❤️💋❤️ 1.234 like, 678 commentDeva : happy birthday calon emaknya Juna ❤️ dari aku fansnya Omdudot😁Robert : ngaca Dev, ngaca...sadar diri daripada lo di gampar Nada. Nggak kapok kapok deh Lo jadi pemuja papa gula.Salma : uwuu banget Lo jadi mantu babe, rajin posting foto mertua dan calon mertua. Gue follow Tante ah, mau tanya resep menaklukan paduhotnya Juna😂Juna : HBD Tan, kadonya aku hibahin Papa aku saja ya 😁Deva : duh Duh duh, manis amat Lo Junaidi jadi anak, mau punya dedek imut yang ngegemesin kaya gue gini nggak... Ting...Ting....Ting (kedipin mata)Juna : najis punya adek kaya Lo Dev. Bukan anugerah tapi musibah.Salma : menanti Om Wisnu komentar lama amat 😫Fabian : Dev, ayo pulang.... Jemuran belum di angkat keburu hujan.Robert : noh Lo Dev, di cariin sugar baby. Buruan pulang daripada Lo nggak dapat jatah entar malam.Deva : wah Bet, Lo bener bener nggak lupa jadwal gue ngadon ya, ta
"Pagi Tan," Sapa Nada sambil membuka pintu ruangan Samira dan mulai masuk ke dalam. Samira hanya tersenyum melihat Nada yang pagi ini sudah tampil rapi."Better?" Tanya Nada ketika sampai di samping ranjang Samira."Yes.""Tan, aku sama Juna mau pamit ya."Samira hanya menaikkan alisnya."Kok buru buru Nad?""Iya Tan, aku hari ini mau pulang. Eyang sudah telepon juga buat bantu nyiapin lamaran ke keluarga Tante.""Sekarang kamu mau ke bandara?""Iya Tan, tapi Juna lagi ngobrol sama Papa di luar sebentar."Beberapa saat Nada dan Samira terdiam hingga akhirnya Nada yang memecah keheningan tersebut."Tan, titip Papa ya?"Samira mengernyitkan kening mendengar kata kata Nada."Why?""Papa suka lupa makan dan jaga kesehatan kalo nungguin keluarga di rumah sakit."Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda Juna sedang berbicara dengan Papanya di luar ruangan Samira di rawat."Papa ada apa ngajakin aku bicara berdua?""Papa cuma mau minta tolong sama kamu untuk bantu Eyang urus semua keperlua
Setelah Samira mengatakan tentang keputusannya untuk tidak melakukan perjanjian pra nikah dengan Wisnuaji, Wisnuaji memilih untuk meninggalkan Samira seorang diri dan menuju ke halaman belakang rumah Samira. Ia membuka Handphonenya dan menelepon Juna. Tuttt..... Tutt..... Tut...... "Assalamualaikum Pa." "Waalaikum Salam." "Ada apa telepon Pa? Di sini sudah malam." "Iya tau, Papa mau tanya, gimana reaksi Eyang setelah pulang dari rumah keluarga Samira?" Juna menghela nafasnya, karena malas membahas tentang masalah tersebut. "Ya gitu lah. Eyang lebih memilih mengalah nggak kaya biasanya." Wisnuaji paham maksud putranya. "Terus kalian jadi ke Malang?" "Nggak jadi sudah unmood sama kelakuan calon mertua Papa." "Ya kamu sabar saja, nggak tiap hari ketemu. Papa tutup ya teleponnya." "Ya Pa." "Assalamualaikum." "Waalaikum Salam." Samira yang tidak sengaja mendengar telepon Wisnuaji kepada Juna walau ia tidak tau apa yang di katakan Juna di telepon segera naik ke kamarnya da
Ketika sedang menunggu Samira mengecek kondisinya pasca operasi di Rumah Sakit, Ningrum menelepon Wisnuaji."Assalamualaikum Bu," sapa Wisnuaji ramah."Waalaikum Salam Wis.""Ada apa Bu telepon?""Wis, mumpung kamu di sana sama Samira, ibu minta tolong kalian sekalian belanja buat isi seserahan ya.""Bukannya ibu bilang, mau ibu saja yang urus di bantu sama anak-anak?"Wisnuaji mendengar ibunya menghela nafas di ujung telepon."Halah Wis, mending kalian beli berdua. Ibu nggak tahan sama Juna dan Nada."Mau tidak mau Wisnuaji tertawa cekikikan."Memang mereka kenapa Bu?""Mereka ribet, bukannya bantuin yang ada justru jadi komentator. Kalo kamu tau gimana bawelnya Juna sama Nada pas pulang dari rumah Papanya Samira, pasti kamu males dengarnya Wis.""Ya sudah, ibu sabar saja, namanya juga ngadepin cucu. Nanti aku beli sama Samira di sini saja.""Yowes. Ibu tutup ya teleponnya. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Kini setelah Ningrum menutup teleponnya, Wisnuaji kembali duduk dan menung
Sesampainya di Soetta, Wisnuaji langsung menanyakan kepada Samira, apakah ia akan ikut pulang ke Jogja atau langsung ke Surabaya."Sam?""Hmm.""Kamu mau ikut aku pulang ke Jogja atau mau ke Surabaya?"Samira bingung menjawab pertanyaan Wisnuaji, karena jika ia menjawab ikut pulang ke Jogja tentu saja itu belum pantas karena dirinya belum resmi menikah dengan Wisnuaji, sedangkan jika ia pulang ke Surabaya, dirinya merasa tidak betah tinggal di rumah Papanya."Kayanya aku mau pulang ke apartemenku yang di Dharmawangsa saja Mas."Kini Wisnuaji mengernyitkan kening sambil menatap Samira. Entah kenapa di tatap Wisnuaji seperti ini selalu membuat Samira gugup dan grogi, itu di perparah sejak dirinya selesai melakukan Ooforektomi. Secepatnya Samira harus mengkonsultasikan kondisinya ke psikolog atau psikiater."Sam.""Ya?""Aku rasa itu bukan keputusan yang tepat.""Why?""Karena kamu dan Papa sedang ada masalah. Aku harap kalo kamu bisa pulang ke sana, kalian bisa membicarakan dari hati ke
Kini Wisnuaji sedang memandang Juna yang manyun karena harus menyetir dari Jogja hingga Surabaya. Walau sebenarnya Wisnuaji tidak tega melihatnya namun ia terpaksa harus mengajak Juna. Slamet sang supir sedang cuti seminggu karena ada acara keluarga di kampungnya, sedangkan dirinya baru saja pulang dari Toraja untuk menikmati indahnya alam serta kebudayaan yang ada di Indonesia bersama teman teman off-roadnya selama satu Minggu penuh. Sudah cukup lama ia menunda pertemuannya dengan Gunawan Huri. Bahkan Samira sudah beberapa kali kesal akan mangkirnya Wisnuaji dari jadwal bertemu keluarganya."Kamu kenapa manyun?""Gimana nggak manyun kalo di jadiin supir sama Papa, padahal Papa kan ada Slamet.""Slamet cuti, ada acara nikahan keponakannya di kampung."Juna hanya menghela nafas dan fokus memanuver mobilnya di tol Jawa. Kini mereka baru saja memasuki tol Madiun. Kali ini mereka menggunakan Jeep Rubicon gladiator 2021 milik Juna yang biasanya hanya Juna gunakan jika acara Travelling atau
Samira mengurai pelukan Wisnuaji karena ia mendengar suara handphone miliknya berdering. "Mas, aku angkat teleponnya dulu ya," kata Samira ketika ia berhasil melepaskan dirinya dari pelukan Wisnuaji. Wisnuaji hanya menganggukkan kepalanya. "Nada?" Desis Samira pelan. "Angkat saja Sam." Kini Samira menggeser layar ke sisi kanan dan ia angkat telepon dari calon anak menantunya. "Assalamualaikum." "Waalaikum Salam Tan." "Gimana Nad?" "Gini Tan, aku nyoba telepon Papa kok nggak di angkat-angkat ya? Papa lagi sama Tante nggak?" "Iya." "Tolong bilangin dong Tan, buat pulang besok." "Why?" "Soalnya Eyang ulang tahun ke 77 tahun Tan." Samira tampak berfikir sebelum akhirnya ia bisa menjawab Nada. "Nad, besok Papa pulang sama Tante ya." "Yang bener Tan?" Tanya Nada antusias. "Iya, beneran. Bagusnya di kado apa ya Nad?" "Hmm, Tante buruan sah jadi menantu kayanya sudah jadi kado istimewa buat Eyang," kata Nada santai yang membuat Samira tertawa. Wisnuaji yang memperhatikan it