Share

Chapter 3 - Telfonnya

“Skandar!!”

“Skandar Alexander Hemingway!!! Bisa berhenti dari kerjaanmu dan dengarkan mom sekarang!!?”

Nyonya besar Hemingway itu berteriak pada anak laki – lakinya yang sedari tadi tidak mempedulikannya. Mrs. Hemingway begitu sangat kesal ketika melihat putranya itu lebih memperhatikan berkas perusahaan mereka dari pada dia yang ibu kandungnya sendiri. Awas saja jika putra nya itu menulis namanya sebagai orang yang melahirkannya, biar dia menulis kertas 1 rim sebagai nama ibu kandungnya.

“SKANDAR HEMINGWAY!!!!” Teriak perempuan itu dengan sangat keras.

“Apa mom? Sudah aku bilang, aku tidak mau!” Sahut anaknya itu, dan dia kembali memeriksa berkasnya kembali.

“Mau tidak mau kau harus mengundang mereka. Mereka kolega bisnis keluarga kita, Skandar Hemingway!” Narcissa hampir memelototkan matanya, sikap anaknya ini mengapa sangat mirip dengan dirinya. Kenapa tidak mirip dengan suaminya yang terkenal ramah itu saja. Wanita itu sudah menggigit bibirnya yang berlipstik merah itu.

“Jika Charisa saja mom bolehkan untuk tidak mengundang banyak orang, mengapa aturan itu tidak berlaku juga padaku?”

“Itu beda, Charisa masih muda Skandar, dia tidak bisa dipaksa – paksa.” Kata momnya seenaknya saja.

“Dan aku seorang saja yang hanya bisa dipaksa dalam masalah ini, hah? Begitu mom?” Tanya Skandar kesal.

“Kau masih bisa memaksanya Skandar, hemm setidaknya diranjang.” Mom dari putra sulung keluarga Hemingway itu menjawab perkataan anaknya dengan cengiran yang sangat dibenci oleh putranya. Apa – apaan ini!!

“Mom sudah sinting!”

Skandar menutup berkasnya dengan keras. Laki – laki itu langsung berdiri dari kursinya dan mendekati momnya yang berdiri di depan meja kerjanya. Pria Hemingway itu menatap sepuluh macam undangan pernikahan yang sengaja dibawa oleh momnya itu, kemudian menatap momnya yang masih bertahan dengan cengirannya.

Anak sulung keluarga Hemingway itu tahu, mengapa momnya bahagia sekarang. Karena ia tanpa sadar sudah mengambil satu dari banyaknya contoh undangan. Undangan yang ia pegang bewarna biru langit dengan banyak aksen bunga mawar putih di tepiannya. Skandar memang setelah pertemuan keluarganya dengan keluarga Davis kemarin lusa sudah mengatakan bahwa dirinya menyetujui perjodohan tersebut, dan mengiyakan tanggal yang ditetapkan oleh keluarganya, yakni satu minggu dari hari itu. Tetapi ingat, dia hanya mengiyakan saja, laki – laki itu tidak mau menghabiskan waktunya untuk mempersiapkan pesta pernikahan yang besar dan memusingkan.

Dia hanya berharap keluarganya hanya akan mengadakan pesta pernikahan yang sederhana, meskipun itu hanya bualan belaka. Karena apa? Momnya yang sangat pengangguran itu malah dengan senang hati untuk mempersiapkan semuanya. SEMUANYA!!! Bahkan hal kecil seperti baju malam pertama buat Charisa saja sudah dibelikan oleh momnya.

Momnya sangat berniat sekali,

Berniat sekali jadi calon ibu mertua!!!

Dan Berniat sekali menyiksa-Nya!!!

Jadi tidak heran, jika saat ia tidak menyiapkan undangan apapun untuk mengundang teman – temannya di hari pernikahannya, momnya yang menyebalkan itu sudah sepagi ini datang ke kantornya dengan membawa banyak sekali macam – macam undangan untuk Skandar pilih.

“Apa kau menyukai design undangan ini, dear? Mau ditambahi sesuatu?” Tanya momnya, menyadarkan Skandar.

“Sudah ini saja!” Jawab Skandar asal.

Lelaki itu meletakkan kembali undangan bewarna biru langit yang tebal itu, sepasang kelopak bunga mawar putih yang berada di tengah undangan tersebut terbuka, dan muncullah sebuah kartun sepasang pengantin yang sangat elegan dari dalamnya. Gaun pengantin wanita kartun tersebut menjuntai ke bawah. Cantik, begitulah gumam Skandar.

“Mom mau mengundang kolega bisnis mom besok? Memang ada yang datang? Tanggal berapa sekarang?” Sinis Skandar menatap momnya, laki – laki Hemingway itu ingin sekali menyadarkan momnya jika sekarang adalah waktu yang terlalu mepet dalam mengundang para tamu undangan. Dari hal itu, Skandar semakin berharap tidak ada yang datang ke pesta pernikahannya.

“Meragukan mom huh? Kau tidak tahu saja kekuatan mom bagaimana.” Ucap momnya dengan gaya menantang.

“Terserah mom, terserah!!” Sungut tuan muda Hemingway itu dengan raut muka kesal. “Aishh, teman – temanku pasti akan menertawaiku jadi pedofil sekarang.”

“Apa salahnya jadi pedofil, istri – istri sendiri juga nanti. Punya istri muda enak tahu!” Ujar momnya dengan sifat setannya yang biasa.

Skandar Hemingway berulang kali mengatur nafasnya mendengar ucapan momnya itu, dia bersyukur dirinya yang dibesarkan oleh wanita itu sampai saat ini tidak ketularan gilanya. Setidaknya baik Nancy dan dirinya lebih memilih dimiripkan seperti daddy mereka saja.

“Tolong, jaga perkataan mom nanti! Aku tidak akan membela mom dihadapan Charisa jika gadis itu menganggap ibu dari suaminya sudah sinting besok!” Ungkap Skandar penuh penekanan, pria itu sudah akan keluar dari ruangan kantornya, berniat meninggalkan momnya seorang diri di dalam ruangan kerjanya.

“Charisa tidak akan pernah punya sifat tak sopan seperti dirimu anak nakal!”

Mom dari Skandar itu kemudian memasukkan semua contoh undangannya ke dalam tas tangannya, kali ini brand Gucci yang dipakai oleh wanita itu. Kemudian saat undangan terakhir sudah ia masukkan ke dalam tasnya. Ia berbalik dan mengikuti putranya yang sudah sampai di pintu keluar, putranya itu terlihat sedang berpesan pada sekretaris berok minimnya itu. Mrs. Hemingway memutar bola matanya, gadis Jepang itu tidak dipecat – dipecat juga oleh anaknya rupanya.

“Mom mau aku antar pulang?” Tawar Skandar.

Tuan muda Hemingway itu sebenarnya sudah berharap untuk tidak mengantar mom-nya. Dalam situasi seperti sekarang, momnya bukanlah ibu – ibu yang akan semakin jadi pendiam jika berdekatan dengannya, tetapi malah lawan dari semua sikap normal seorang ibu lainnya. Momnya akan sangat cerewet, itulah kenapa untuk beberapa hari ke depan, dia akan jaga jarak dengan momnya dahulu.

“Aku lupa, mom datang kesini dengan supir bukan? Jadi tidak usah aku antar.” Tanya Skandar, berpura – pura ia menyesali sesuatu.

“Antar mom saja. Biar supir mom pulang duluan?”

“What!?” Skandar pasti salah dengar tadi, tuan muda Hemingway itu langsung berbalik menatap ibunya itu.

“Mom harus memastikanmu fitting baju pengantin di butik langganan mom. Charisa sudah kemarin. Hari ini giliran kau, Skandar!”

“Kapan mom bertemu gadis itu?” Sahut Skandar.

Raut muka pria itu seakan habis ditampar oleh momnya, mengapa disini momnya saja yang punya pintu akses kemana saja? Sedari pertemuan keluarga mereka beberapa hari yang lalu, Skandar tidak pernah bertemu kembali dengan calon istrinya itu. Telfonnya bahkan tidak diangkat oleh gadis Davis itu. Rumah tangga seperti apa nanti yang akan terjadi diantara mereka berdua jika awalnya saja sudah seperti ini. Besok jika ada yang tanya calon istrinya seperti apa? Apa dia harus meminta ibunya itu jadi juru bicaranya di hadapan banyak orang?

“Kemarin, mom suruh supir untuk menculiknya saat anak itu sepulang sekolah.” Jawab momnya dengan polosnya.

“Pantas! Pantas!” Skandar langsung menepuk keningnya. “Mom membuat gadis itu takut padaku!!”

--------(^_^)---------

Di Rumah Keluarga Davis

Canberra, Australia

Kamar bewarna ungu muda itu terdengar sedikit gaduh dari biasanya. Rumah keluarga Davis itu siang ini kedatangan teman sekolah adiknya. Amanda hanya tersenyum saja mendengar obrolan teman – teman dari adik iparnya itu. Perempuan di awal umur tiga puluh tahun itu langsung keluar dari kamar adik iparnya setelah sedikit mengobrol dan membawakan beberapa camilan dan juga minuman dingin untuk mereka. Amanda tahu, mungkin dengan ini tekanan untuk Charisa beberapa hari ke depan agar tidak terlihat jelas, agar gadis muda itu tidak terasa terbebani dengan semua ini.

“Ini cantik sekali, cantik sekali, Charisa!” Puji Anna.

“Jadi benar, kau akan menikah!?” Teriak seorang remaja laki – laki dengan sedikit dialek Osakanya yang kental, Suzuki Yuta.

Anak laki – laki itu masih menatap horror gaun panjang putih yang sedang dibelai – belai oleh Anna. Anna dan Yuta sedari tadi siang diberi tahu oleh Charisa jika dia akan menikah, langsung bersikeras mengikuti gadis Davis itu untuk pulang. Mereka harus mendapat wawancara eksklusif.

“Iya, kau kan sudah bertanya padaku ke kedua belas kali.” Charisa merengut kesal dengan pertanyaan berulang – ulang dari Yuta ini.

“Aku hanya tak mengira ada yang mau denganmu.” Ujar Yuta, laki – laki itu sedang duduk di kursi belajar milik Charisa.

Pemuda yang memiliki ayah berkewarganegaraan Jepang itu memang tak mengira jika masih ada pria normal diluar sana yang mau dengan temannya yang super pemalas itu, dan mengetahui Charisa akan menikah lebih dahulu darinya semakin membuatnya tak percaya. Mereka bahkan belum lulus dari sekolah.

Anna kemudian naik ke kasur Charisa, dan mendapati gadis muda itu tidur terlentang mengamati langit kamarnya dengan pandangan kosong. Gadis itu menoleh kepadanya, tatapannya bertemu dengan gaun putih panjang yang sedang dibawa oleh Anna, gaun penikahannya yang ia pilih kemarin saat diajak oleh ibu dari calon suaminya, seorang laki – laki dewasa bernama Skandar Alexander Hemingway.

“Gaun dan sepatu pernikahanmu cantik Charisa.” Ucap Anna kembali. “Kamu belum cerita kepadaku, bagaimana rupa calon suamimu?”

“Ceritakan, bagaimana paman itu?” Sekarang Yuta yang terdengar tertarik.

Charisa mengkerutkan alisnya menatap kedua temannya itu. Gadis muda itu terheran melihat respon mereka. Bukankah tadi di kelas, mereka berdua yang sudah heboh duluan untuk menyuruhnya membatalkan perjodohannya. Mengapa setelah pulang ke rumahnya, sedikit berbincang dengan kakak iparnya, dan melihat semua perlengkapan pernikahannya, sikap mereka jadi bertolak belakang.

Charisa bangun dari tidur terlentangnya, gadis itu duduk di atas kasurnya yang empuk. Yuta juga sudah ikut duduk di samping Anna, laki – laki itu belum mencopot kaus kakinya. Charisa sedikit mendengus, kemudian dia ingat, ia sendiri juga malas mencopot kaus kaki bukan?

“Namanya Skandar Alexander Hemingway.” Charisa mengawali ceritanya.

“Seperti pernah mendengar namanya, tetapi dimana ya?” Kata Yuta sambil mengingat – ingat. Anna memutar bola matanya, menyuruh Charisa untuk meneruskan ceritanya saja.

“Kata kakakku, umurnya dua puluh delapan tahun, tahun ini. Sepertinya, keluarganya juga menyuruhnya menikah, karena awalnya dia juga keberatan, meskipun diakhir, paman itu menerimanya.” Charisa seperti mengingat – ingat pertemuan mereka pada hari itu. Pertemuannya di rumah keluarga Hemingway.

“Masih muda berarti. Mengapa kamu memanggilnya paman, Charisa?” Anna yang bertanya sekarang.

“Aku harus memanggilnya apa kalau begitu?” Tanya Charisa dengan polos.

“Tentu Charisa memanggil pria itu paman, kita bertiga saja masih berumur tujuh belas tahun.” Yuta menengahi pertanyaan Anna yang menurutnya aneh itu.

“Bodoh!! Di negara kita, umumnya pria dewasa menikah di umur yang lebih dari tiga puluh tahun. Adik sepupu eommaku malah kemarin menikah di umur tiga puluh tiga.” Anna agak tidak terima kalau pertanyaannya dianggap tidak berdasar.

“Apa dia tampan, Charisa? Apa tuan muda itu baik?”

“Dasar.. tuan muda katanya!” Yuta mendesis pelan mendengar pertanyaan dari Anna.

“Paman itu memiliki tatapan yang tajam. Pintar, disiplin dan juga dingin. Dia sempat menolongku disana. Sampai sekarang aku tidak pernah mengira orang seperti itu yang akan dijodohkan denganku. Ayahku dulu bertemu dia dimana ya Anna?”

Charisa terus saja mengoceh sendiri dengan tatapan kosong melihat kain gordennya yang tertiup angin musim panas. Gadis itu tidak tahu jika kedua temannya saling pandang, bahkan Anna memberikan cengiran lebar kepadanya. Anna melihat Charisa mengambil ponselnya, menyentuhnya beberapa kali, dan menyerahkannya kepada Anna, Yuta ikut mengintip benda persegi panjang itu.

“Itu foto paman itu.” Kata Charisa pelan. Gadis itu memperlihatkan sebuah foto seorang laki – laki dewasa yang berdiri dengan sangat tampan saat memakai jas hitamnya. Foto itu adalah foto yang dikirimkan oleh calon ibu mertuanya kemarin, kata mom dari pria Hemingway itu kali saja Charisa rindu dengan calon suaminya.

“Bohong!” Umpat Anna kemudian.

“Kawini dia, Char! Kenapa kamu tidak bilang jika dia Skandar Alexander Hemingway, Pewaris Hemingway yang terkenal itu, hah!??”

“Kalian ke- kenapa?” Tanya Charisa agak ketakutan.

Gadis yang memiliki gigi kelinci itu menatap bingung pada raut kedua temannya. Mereka terkesan jauh dari kata melarang. Malah sangat mendorong, mendorongnya untuk jatuh ke dalam pelukan milik seorang laki – laki bernama Skandar Hemingway itu.

Brttt

Brttt

“Ya... Charisa, tuan muda Hemingway itu menelfonmu!” Teriak Yuta yang langsung melempar ponsel Charisa pada si pemilik ponsel. Charisa sangat kaget saat ponselnya sudah terbujur kaku di atas roknya.

“Dia menelfonku!?” Bisik gadis itu panik pada kedua temannya. “Ba- Bagaimana ini!!”

“Angkat telfonnya!” Kata Anna dengan bahasa isyarat, Charisa merasa tenggorokannya sakit sekarang.

“Halo!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status