Semenjak tempat persembunyiannya ketahuan, kehidupan Tria yang selama enam tahun ini tenang, seketika riuh rendah. Dimulai dari kedatangan kedua orang tuanya beserta Tama dan Liz. Kedua mertuanya dan tentu saja sahabat oroknya Bintang dan Altan. Bintang nyaris mencekik lehernya karena kesal ditinggal kabur begitu saja selama enam tahun lamanya. Altan bahkan ingin menanamkan chips di tubuhnya agar ia bisa melacak jejaknya kalau-kalau suatu hari ia akan kabur lagi. Untuk pertama kali selama enam tahun hidup merananya, Tria tertawa. Dua sahabat oroknya emang gokil abis.
Banyak orang yang mengata-ngatainya bodoh, terlalu idealis, hanya karena masalah kecil sampai kabur sebegitu lamanya. Ia tidak menyalahkan pemikiran mereka. Mereka bisa berkata seperti itu karena mereka belum mengalaminya sendiri. Apakah ia menyalahkan orang-orang yang menyebutnya bodoh dan lebay itu? Tidak sama sekali. Kondisi batin tiap orang itu berbeda-beda. Mereka yang mengatakannya bodoh
"Bagaimana Dama? Kamu ini kan ratu drama. Mau merasakan bagimana rasanya jantung kamu kayak dicubit-cubit gemes gitu?" Tria menatap santai Dama yang seketika terdiam. Raut wajahnya serba salah. Inilah sifat manusia yang sebenar-benarnya. Giliran salah, dengan mudahnya berucap maaf. Tapi bila keadaannya dibalik, langsung diam seribu bahasa. Tria berdiri dari tempat duduknya. Hari ini ia ingin membuang semua kesakitan, ketakutan dan hantu masa lalu yang terus membayangi hidupnya selama enam tahun ini. Mumpung hantunya memang sedang ada di sini. Tria menghampiri tempat duduk Michael dan duduk tepat di sisinya. Ia kemudian memandangi Michael dengan mesra. Napas Mike terlihat tersangkut-sangkut di lehernya. Dama tidak bisa bersuara tetapi ia memandangi perbuatan Tria dengan tatapan marah dan tidak rela.Rasa sakit hati tingkat pertama, batin Tria. See?Baru juga berandai-andai si Dama ini sudah terlihat seperti iklan orang yang sedang sakit asma
Hari ini adalah hari ulang tahun mama mertuanya. Sedari pagi hari Azka sudah ribut ingin memberikan hadiah istimewa untuk oma tercintanya. Ia bahkan dengan rela memecahkan celengan ayamnya untuk memberikan hadiah yang spesial dari uangnya sendiri. Saat putranya bingung ingin memberikan hadiah apa karena uangnya tidak banyak, ia mengusulkan untuk membuat kue ulang tahun saja.Jadilah siang hari ini mereka sibuk berjibaku di dapur membuat cake yang bagus untuk mama mertuanya. Kemarin ia sudah resmi resign dari hotel dan akan segera kembali bekerja pada perusahaan ayahnya mulai senin depan. Jadi ia mempunyai waktu seminggu penuh untuk beristirahat dan leyeh-leyeh di rumah bersama dengan putra dan juga keluarga angkatnya. Mulai minggu depan ia dan Azka akan tinggal bersama dengan Akbar di rumah kedua orang tuanya setelah mereka berdua kembali menikah ulang. Ia tahu walaupun tidak ada ucapan talak, cerai atau pun pegat dari Akbar, tetapi mereka berdua telah ber
Tria membaringkan tubuh lelahnya yang berbalut bath rope di atas ranjang. Waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Hari ini adalah hari pernikahan ulangnya dengan Akbar. Dari pagi buta tadi ia sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dimulai dari make up, hingga persiapan mental dan spiritualnya dalam memulai hidup baru lagi sebagai sepasang suami istri dengan Akbar. Dan semua itu benar-benar menguras energinya. Ia dan Akbar memang tidak ingin menggelar acara pernikahan besar-besaran. Toh mereka hanya akan melaksanakan ijab nikah ulang. Lain dengan saat pernikahan mereka yang pertama kali pada enam tahun yang lalu. Waktu itu pernikahan mereka sangat megah, sakral dan meriah. Maklum saja pernikahan pertama kalinya.Para tamu undangan yang sebagian besar adalah keluarga dan kerabat dekat sudah membubarkan diri semua. Sebelum membubarkan diri mereka terus saja meledeknya dan Akbar dengan candaan-candaan berbau mesum. Papa Dewa mala
"Bang, Tri hamil lagi," Tria memberikan test pack pada Akbar dengan raut wajah lesu. Maira baru berusia tiga bulan dan ia sudah hamil lagi. Apa kata dunia coba? Rasanya baru kemarin ia merasakan sakitnya melahirkan, dan beberapa bulan lagi ia akan kembali merasakan sakit yang sama. Lama-lama ia merasa mirip dengan si Cikur. Kucingnya Bik Sari yang anaknya juga banyak."Alhamdullilah."Akbar mengucap doa syukur karena telah diberikan kepercayaan kembali olehAllahuntuk mengasuh seorang anak. Baginya tidak masalah seberapa anak yang dititipkanAllahpadanya. Selama ia mampu mendidik dan membesarkan mereka, ia akan menerima seberapa di kasihnya saja. Anak adalah rezeki."Kenapa kamu murung begitu sih, sayang? Kamu tidak bahagia diberi kepercayaan oleh Allah untuk dititipi seorang anak lagi?" Akbar menghampiri istrinya yang terduduk lemas di sofa kamar. Sepertinya is
"Bar, kamu ini kapan menikahnya sih, Nak? Mama sudah kepingin sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia saja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu? Umur kamu sudah tiga puluh tahun, lho."Oryza Sativa Dewangga menegur putranya yang sedang duduk santai menonton televisi. Sebagai seorang ibu, ia resah karena putranya ini sama sekali tidak menunjukkan niat ingin menikah. Padahal usianya sudah sangat matang untuk berumah tangga."Mama kadang heran, papamu itu Don Juan sejati. Pacarnya tersebar merata di seluruh penjuru kota. Di setiap tikungan kompleks saja ada. Lah kamu, umur segini pacarannya cuma satu kali. Itu pun pada masa kuliah bertahun-tahun yang lalu. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Nak. Nggak semuanya materialiatis seperti si Dian itu. Atau kamu mama jodohin saja ya?"Ory yang duduk di seberang sofa mendekati putranya. Ia berusaha memudahkan jalan putr
Akbar berusaha menahan beberapa pukulan hook dan jab kanan kiri Tria yang sedang mengamuk. Tria ini memang bukan perempuan biasa. Walaupun tubuhnya kecil, tapi tenaganya luar biasa. Terlihat sekali gerakan bela dirinya ini sudah terlatih lama. Setiap gerakannya konstan, bertenaga dan tepat sasaran. Kalau saja ia hanya laki-laki biasa tanpa menguasai teknik bela diri, pasti saat ini wajahnya sudah remuk tak berbentuk. Untungnya ia memang sudah terbiasa dengan yang namanya ilmu bela diri. Papanya sudah mendaftarkannya mengikuti pelatihan bela diri sejak ia mulai bisa berjalan. Ia, Tian, Tama dan Raphael Arthawra Al Rasyid satu club bela diri sedari mereka kecil. Hanya Tria yang beda club. Dia lebih suka satu club dengan Altan dan Bintang, dua sahabat oroknya yang berlatih di Green Hill Muay Thay Club. Asuhan Om Saka, pamannya sendiri. Saat ini dengan mudah ia menahan dua lengan Tria dan menempelkannya pada dada kekarnya."Harap lo ingat-ingat pelajaran hari ini. P
Tria melaju kencang berkejar-kejaran dengan Sena. Anak mentri ini ternyata pemain juga sepertinya. Jarak mereka berdua saling bayang membayangi. Tinggal dua tiang lagi. Tria akan mengambil resiko. Ia tidak mau membuat Ricard cuma kondangan saja. Ia harus menang bagaimanapun caranya. Tria melaju tenang saat Sena semakin dekat di samping kanannya. Ketika jarak tinggal satu tiang, ia langsung menggas habis motornya dan melaju kencang dalam posisi ampar-amparan. Tepuk tangan riuh menyambutnya yang duluan masuk dengan jarak sekebon dengan Sena. Ia melakukan selebrasi kemenangan dengan cara digantung dan atraksi superman. Aksinya ini disambut dengan tepuk tangan meriah dan cuitan riuh para pemegangnya. "Lo emang gila, Tri. Sampe sekarang lo emang nggak ada obatnya. Gue sungkem dah liat kedigjayaan lo. Mana masuknya sekebon lagi. Pasti tengsin berat tuh si Sena nggak lo kasih muka." Ricard memyambutnya dengan gembira. Ia hanya tertawa dan saling bertoss ria dengan Ri
"Tri... Tria... bangun Tri!" Tria merasa tubuhnya terguncang-guncang saat mengikuti ajang balap liar di medan yang berat. Sesaat kemuadian ia merasa terlempar ke laut lepas karena mulutnya mencecap rasa asin yang seketika membuat matanya terbuka. Ya salam, ternyata ia sedang bermimpi. Parahnya lagi, ibunya membangunkannya dengan cara menyiramkan segelas air ke wajahnya. Bukan itu saja, ibunya juga mencekoki mulutnya dengan garam dapur! Ia tengah dibangunkan paksa rupanya sodara-sodara. Bukannya sedang mengikuti ajang bali, apalagi terlempar ke laut lepas."Ahelah Bu, cara banguninnya B aja kali. Nggak usah pake cara ekstrem disembur-sembur air kayak mbah dukun segala. Basah 'kan Tria jadinya? Lagian ini kan hari minggu. Biarkan Tria berkencan sedikit lebih lama dengan bantal dan guling dulu kenapa sih?"Tria mengucek-ngucek matanya yang basah dengan gerakan malas-malasan. Namun tak urung ia bangkit juga dan berjalan ke kamar mandi sambil mel