Share

Makan malam

Mega sudah berada di rumah megah milik keluarga Gabriell. Mega menatap intens semua orang di meja makan. Malam ini Mega begitu terpesona dengan mereka semua. Sebuah keluarga yang sangat harmonis, mereka saling melengkapi satu sama lain. Ingin rasanya Mega seperti mereka, nyatanya Mega tidak akan pernah seperti mereka. Berkumpul dan bersama-sama untuk meluangkan waktu kebahagiaan. 

"Selamat malam semuanya, terima kasih sudah hadir di acara makan malam sederhana yang sayang buat bersama istri saya. Terima kasih nak Mega, kamu sudah datang di acara makan malam hari ini. Saya sangat berterima kasih sekali dengan kehadiran kamu." Jelas Abass ke semua orang dan Mega tentunya. Mega mengangguk sopan, ingin rasanya Mega pingsan. Atasannya ini menatap Mega dengan baik dan sopan. Tidak pernah memandang kalau Mega adalah bawahannya. 

"Saya sengaja mengadakan acara makan malam sederhana ini untuk mempererat silaturahmi." Lanjutnya

Acara makan malam di mulai, mereka diam karena sudah menjadi adat mereka jika sedang makan. Tidak boleh ada suara, kecuali suara sendok dan garpu atau pun gelas dan piring. 

Berbeda dengan Mega saat ini, dirinya begitu deg-degan saat berhadapan dengan mereka. Mereka diam-diam saja seperti orang bisu. Jujur saja, Mega tidak bisa diam kalau makan. Tidak menyukai keheningan seperti ini. Mega biasanya makan dengan ngobrol santai bersama Gavin atau yang lainnya. Tidak seperti ini, Mega mengunyah makanannya juga sedikit-sedikit. 

Sedari tadi Elardo menatap takjub ke arah Mega. Malam ini Mega tampil sangat cantik, cantiknya tiada tara. Ingin rasanya Elardo menikahi Mega sekarang juga. Tatapannya dengan  Mega tiba-tiba datang, mereka saling menatap satu sama lain. Hanya sesaat! Mega langsung memanglingkan wajahnya ke arah lain. Mega masih enggan menatap laki-laki yang pernah membuat dirinya marah besar. 

Elardo mengedipkan matanya genit ke arah Mega. Mega bergidik ngeri, Mega mencoba terbiasa agar tidak aneh jika di pandang oleh orang yang peka terhadap dirinya. 

Ekhemm

Acara makan malam selesai, mereka berpindah tempat ke ruang tamu yang luas. Mereka sudah duduk bersampingan, Mega bersampingan dengan Erik dan Leo sepupu triple E. 

Ekhemm, Papi Abass berdehem lumayan keras. "Kalau suka ngomong, jangan di lihatin aja." Sendirinya ke Elardo, Elardo menatap jengah ke Papinya. Elardo sudah menduga jika Papinya akan mengolok-olok dirinya di depan Mega dan semua orang. 

"Hai apa kabar Mega, perkenalkan aku Leo sepupu triple E. Kamu cantik banget malam ini," katanya sambil memperkenalkan dirinya. Mega tersenyum ramah, "Hai juga, saya Mega. Saya bawahan Pak Abass, terima kasih dengan pujiannya. Anda juga sangat tampan," sahut Mega. 

Ser

Hati Elardo berdesir hebat, tidak menyukai dengan sehutan Mega pada Leo. Apa lagi dengan  pujian di akhir kalimat. Elardo mencibir lirih, Mega peka dengan cibiran Elardo. 

Nih orang kenapa? cibir gue sama Leo, sok ganteng banget. Sial banget gue bisa kenal dan ketemu sama orang kaya dia. 

"Kakak kenapa? cemburu atau tidak suka mendengar sahutan kak Mega ke kak Leo." Celetuk Erik menggoda kakaknya yang lagi cemberut ini. 

"Biasa aja, gak penting juga." Jawabnya

Astaga nih mulut gak di filter dulu kalau mau ngomong. Gak penting, padahal aslinya sangat penting. 

"Oh gak penting ya, nak kamu cocok sama Leo." Elardo melotot ke arah Papinya, kok jadi kaya gini si. 

"Pak Abass bisa saja, saya tidak pantas denganLeo." Telak Mega merendah, diri nyatidak berpikir akan menyukai Leo, begitu pun sebaliknya. 

"Aku suka Om, Mega cantik dan baik hati." Mega tersipu malu, wajah Mega sudah seperti kepiting rebus. Ingin rasanya Mega terbang ke khayangan bertemu saudarinya. 

"Maksud kamu apa hah!" lah ini kenapa Elardo malah gak terima. Mega menatap intens ke arah Elardo, Elardo membawa Mega ke halaman rumahnya. 

Mega meringis menahan sakit pergelangan tangan kanannya yang di tarik cukup kencang oleh Elardo. 

Mereka berdua sudah berada di halaman rumah, Elardo menarik pinggang Mega. Menarik sampai tubuh Mega dan tubuh Elardo menempel. 

Cup

Suara kecupan terdengar menggairahkan untuk Elardo dan Mega. "Aku gak rela kamu lirik dan di lirik laki-laki lain kecuali aku." Jelas Elardo

Mega masih terkejut dengan kecupan maut dari Elardo. Elardo mencium Mega, first kiss yang akan di berikan suaminya kelak. Dengan kurang ajarnya malah di ambil oleh laki-laki yang menyandang sebagai musuh bebuyutannya ini. 

Mega memberontak, dan... 

Plak

Mega menampar pipi kanan Elardo keras. "Saya bukan perempuan murahan asal anda tahu, brengsek anda mencium saja begitu saja. Tanpa persetujuan saya, anda telah melecehkan saya." Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, Elardo gelagapan sendiri. Apakah Mega akan menangis atau tidak, jika iya bagaimana. 

Elardo mencoba tenang, merapatkan tubuhnya dan tubuh Mega lebih dekat lagi. "Aku tertarik sama kamu, aku mau kamu menjadi milik aku sayang. Apapun caranya, aku ingin kamu menjadi istri aku." Bisik Elardo lirih dan membuat bulu kuduk Mega meremang. 

Mega sudah tidak memberontak lagi seperti tadi. Mega menatap tajam ke arah Elardo, "Nyatanya saya tidak mau menjadi istri anda. Jangan pernah mimpi tuan Elardo gak tahu diri. Saya sudah mempunyai calon suami, jangan berharap saya mau menjadi istri anda." Jelas Mega santai

"Serius, aku gak percaya. Aku ingin memiliki kamu sayang, aku cinta pada pandangan pertama sama kamu sayang." Katanya

Mega membulat matanya tidak percaya, apa katanya tadi. Cinta pandangan pertama, bulshit. 

Elardo menahan tengkuk Mega dan langsung melumat bibir Mega yang berwarna pink. Mega terkejut dan memukul dada bidang Elardo keras. Menggigit bibir Elardo, Elardo langsung melepaskan ciumannya dengan Mega. 

"OMG MATA AKU TERNODAI MELIHAT KALIAN CIUMAN." Teriak Ester

"Ada apa?" tanya mereka semua menghampiri Ester. 

Elardo dan Mega sudah berjauhan, hanya ada rasa canggung di lain pihak. Jantung Elardo dan Mega berdetak sangat cepat. Mereka begitu gerogi melihat semua orang malam menatap serius ke arah mereka. 

"Kenapa Ester?" tanya Mami Melita. 

"Mereka ciuman Mami, mereka mencium satu sama lain dengan bibir mereka." Jawab Ester tanpa ragu-ragu dan terdengar sangat jujur. Ester anaknya tidak pernah bohong, anaknya selalu jujur. 

Mega meringis mendengar jawaban Ester. Mereka bukannya marah, mereka malah tersenyum bahagia. Apa lagi kedua orang tua triple E. Mereka benar-benar bahagia mendengar ini, mendengar kabar anaknya mencium Mega. Mereka yakin, Elardo begitu tertarik untuk memiliki Mega. 

"Kita bahas di dalam," tagas Papi Abass. Mereka semua masuk ke dalam lagi, Mega sudah menahan agar tidak gugup. Elardo berjalan di belakang Mega, Mega begitu takut jika dirinya akan di PHK. Karena melakukan tindakan memalukan di rumah atasannya. 

Elardo tahu apa yang Mega rasakan saat ini. Elardo mencolek rambut panjang Mega dari belakang, Mega menoleh dan menatap tajam Elardo. 

Kurang ajar banget nih orang, awas aja kalau gak ada orang kecuali gue dan dia. Gue akan buat dia menderita, semenderita mungkin. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status