"Gila tadi lo keren banget ga. Gue lihat lo dari lantai atas, beh lo kejam banget marahin kedua dokter yang berpengaruh di rumah sakit ini. Mantap banget lo ga, berani banget lo sumpah." Cerocos Denada tidak berhenti sedari tadi. Mega hanya menganggap dengan anggukan saja, malas menjawab cerocosan Denada.
"Lo kejam tahu ga, siap-siap lo dapat surat PHK dari atasan. Siapa tahu tuh anak pemilik rumah sakit ngadu sama bokapnya." Ujar Gavin membenarkan jika akan terjadi badai besar, suatu saat nanti atau nantinya ini.
Mega terdiam sebentar, "Lo jangan buat gue deg-degan dong. Gimana kalau semau itu terjadi, gue bakal di keluarin lagi." Gelisah Mega
"Jalan satu-satunya ya lo harus minta maaf sama kedua dokter yang udah lo marahi habis-habisan. Apa lagi dokter Elardo yang paling mendapatkan amuian dari lo. Siap-siap aja lo ga, gur si tinggal nunggu hasilnya bagaimana." Jelas Roby menakut-nakuti Mega, Mega jadi bingung sendiri. Mau minta maaf atau gak usah, kalau gak minta maaf Mega bakal di depan dari pekerjaan yang sudah ada bersamanya lama. Kalau minta maaf, mereka akan menganggap Mega penakut.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu dari ruangan mereka. Roby berjalan membuka pintu ruangan, dan terkejut melihat siapa yang datang ke ruangan administrasi.
"Silahkan masuk Pak," hormatnya dengan atasan. Abass Gabriell, pemilik rumah sakit Belarus. Beliau juga seorang dokter sama seperti anaknya Darren Gabriell.
Mati kau Mega! baru juga di omongin, orangnya malah ke sini batin Roby.
Abass Gabriell masuk ke dalam ruangan bagian administrasi. Menatap semua karyawan administrasi satu-satu. Jantung mereka berdetak sangat cepat, mereka sungguh sangat takut di tatap seperti itu oleh sang pemilik rumah sakit. Tempat mereka bekerja mencari ilmu dan uang tentunya.
"Permisi, maaf menganggu pekerjaan kalian semua. Saya yakin anda yang bernama Mega Aurum." Tunjuknya ke arah Mega, Mega mengangguk pelan.
Abbas Gabriell terkekeh melihat raut wajah ketakutan Mega. "Jangan takut nak, saya di sini hanya mau kasih kamu ini." Abass memberikan sebuah amplop berwarna hitam ke Mega. Mega menerima dengan baik.
"Kalau boleh tahu, ini amplop apa Pak." Ujar Mega
"Amplop undangan makan malam bersama saya dan keluarga besar saya. Kamu, saya undang makan malam, saya takjub melihat sikap tegas kamu ke anak saya tadi di lantai dasar. Kamu perempuan yang sangat tangguh, tidak usah minta maaf nak. Apa yang kamu lakukan sangat benar. Tidak ada perempuan setegas kamu, kamu benar-benar idaman semua orang nak." Jelas Abbas membuat semua orang terkejut, terutama Mega Aurum.
"Sa_ya melakukan dengan benar Pak. Bapak tidak memarahi saya, karena saya sudah memarahi anak Bapak." Abass menggeleng tidak, tidak marah dengan apa yang di lakukan Mega pada anaknya. Bagi Abbas, apa yang Mega lakukan sudah sangat benar.
"Kamu sudah benar Mega, saya bangga mempunyai karyawan seperti kamu. Perempuan tangguh dan tegas, yang pasti bentakan kamu membuat anak saya uring-uringan. Pengin tahu siapa kamu sebenarnya, anak saya kayanya udah mulai suka sama kamu." Canda Abbas
"Hahaha Bapak bisa aja, saya hanya perempuan biasa aja Pak." Katanya
"Bagi saya...kamu sungguh luar biasa Mega. Kalau begitu saya permisi, selamat bekerja kembali." Ujarnya
Abbas keluar dari ruangan administrasi. Mereka semua langsung bernafas lega, mereka tersenyum ke arah Mega. Kayanya Mega udah dapat lampu hijau dari bokap Elardo si pemilik rumah sakit Belarus.
Mega duduk di kursi kerjanya, menatap tumpukan kertas yang belum di selesaikan dengan baik. Mega masih memikirkan undangan makan malas bersama sang pemilik rumah sakit dengan keluarga besarnya. Astaga bisa sampai kaya gini, Mega pikir dirinya akan di keluarkan dari pekerjaannya.
"Lo harus datang Mega. Lagian kayanya akan ada something yang terjadi di makan malam nanti. Semangat terus Mega, jangan sampai lo ketinggalan apa yang akan terjadi." Ujar Elsa menyemangati Mega, Mega lesu. Apakah Mega akan datang ke sana atau tidak.
"Gue ragu mau datang apa nggak." Lesu Mega
"Datang aja ga, kesempatan emas ini namanya. Lo beruntung bisa dapat undangan makan malam bersama keluarga Gabriell yang terkenal itu. Apa lagi bisa bertemu Darren yang ganteng nya kaya Manurios." Jelas Denada
"Birt urusin sana, jangan ngomong ganteng sama laki-laki lain." Celetuk Roby
Denada langsung menye-menye, Denada lagi gak mau bahas Bird.
"Lo aja yang urusin," kesal Denada.
"Ogah!" sarkas Roby. Enak aja dirinya yang ngurusin Bird, emang Bird siapanya dirinya.
Skip
Elardo sedari tadi senyum-senyum tidak jelas. Membayangkan wajah galak dan wajah ceria Mega. Sangat cantik dan terlihat mempesona.
Bisa di katakan Elardo mulai menyukai Mega. Mega perempuan yang sangat tegas dan baik tentunya. Mengutamakan pekerjaan yang di kerjakan, dari pada mengutamakan pekerjaan orang lain. Elardo sungguh sangat tertarik dengan Mega, Darren menginginkan Mega menjadi istrinya.
Laki-laki paruh baya sedari tadi menyaksikan wajah ceria putra pertamanya. Senyum sendiri seperti orang gila, anaknya pasti sedang memikirkan hal yang tidak akan terjadi menjadi terjadi.
"Kamu jatuh cinta boy, dengan siapa? Mega atau yang lain?" tanya Abbas Papi, Elardo menoleh ke arah Papinya.
"Lagi bahagia pi, Elardo gak nyangka bisa bertemu bidadari secantik Mega Aurum. Cantik banget, tegas lagi, terus galaknya yang membuat Elardo menyukainya pi. Elardo ingin memiliki Mega pi, semoga Papi mengizinkan Elardo memiliki Mega." Apa yang Abbas pikirkan semuanya benar. Ternyata anaknya sudah menyukai Mega, berniat menjadikan Mega masa depannya.
"Perjuangkan Mega nak, Papi setuju kalau kamu sama Mega. Papi juga udah undang Mega makan malam di rumah kita nanti malam. Kamu datang ya, kalau gak datang kamu rugi sendiri." Elardo mengangguk dan mengiyakan, mana ada kesempatan emas kaya gini lagi. Jelas Elardo mau banget lah, apa lagi ini perempuan yang Darren sukai.
Elardo sudah tidak sabar menunggu malam. Menunggu pujaan hatinya datang ke rumah untuk makan malam bersama keluarganya. Elardo juga penasaran dengan penampilan Mega, pasti Mega akan sangat cantik.
"Sudah jangan menayangkan Mega. Kamu kerjakan pekerjaan kamu hari ini. Kalau udah waktunya pulang, langsung pulang ke rumah. Jangan mampir kesl sana kemari, nanti lupa kalau mau makan malam sama calon gebetan." Ledek Abbas Papi Elardo yang humoris.
"Elardo gak akan pernah lupa pi, Elardo akan selalu ingat. Jika Elardo akan makan malam bersama kalian dan Mega tentunya." Sahut Elardo semangat 45, ada-ada aja ya si Elardo ini.
Waktu yang sangat cepat, sampai akhirnya malam pun datang.
Di apartemen sudah ada Mega, Elsa, ada Denada juga. Elsa dan Denada sedang mendandani seorang Mega Aurum yang akan datang ke ruamh pemilik Belarus. Mereka membantu Mega untuk tampil cantik dan elegan.
Jujur saja Mega sangat deg-degan datang ke acara makan malam keluarga Belarus. Takutnya ada salah satu keluarga Gabriell yang tidak menyukai dirinya. Mega takut di rendahkan yang tidak tidak oleh salah satu keluarga Gabriell.
Mega memakai dress sampai lutut berwarna merah. Menggerai rambut panjangnya, ada jepitan kecil yang menghiasi rambut panjangnya. Memakai high heels 10 cm berwarna hitam, membawa dompet berwarna hitam. Memakai make-up natural, karena Mega tidak suka pakai make-up tebal-tebal kaya tante-tante girang.
Perfect Mega❤
Tbc
Mega sudah berada di rumah megah milik keluarga Gabriell. Mega menatap intens semua orang di meja makan. Malam ini Mega begitu terpesona dengan mereka semua. Sebuah keluarga yang sangat harmonis, mereka saling melengkapi satu sama lain. Ingin rasanya Mega seperti mereka, nyatanya Mega tidak akan pernah seperti mereka. Berkumpul dan bersama-sama untuk meluangkan waktu kebahagiaan. "Selamat malam semuanya, terima kasih sudah hadir di acara makan malam sederhana yang sayang buat bersama istri saya. Terima kasih nak Mega, kamu sudah datang di acara makan malam hari ini. Saya sangat berterima kasih sekali dengan kehadiran kamu." Jelas Abass ke semua orang dan Mega tentunya. Mega mengangguk sopan, ingin rasanya Mega pingsan. Atasannya ini menatap Mega dengan baik dan sopan. Tidak pernah memandang kalau Mega adalah bawahannya. "Saya sengaja mengadakan acara makan malam sederhana ini untuk mempererat silaturahmi." Lanjutnya Acara makan malam di mulai, mer
"Bisa kamu jelaskan boy, apa yang kamu lakukan ke Mega. Kamu melecehkan Mega, kamu keterlaluan boy. Apa pernah Papi mengajarkan kamu melecehkan seorang perempuan." Tegas Papi Abass ke Elardo, aslinya mah senang kalau anaknya dan Mega sudah ada kata sentuhan. Sentuhan dalam artian saling menganalisis dan dekat. Elardo menatap ke arah Papinya serius, lalu menatap ke arah Mega. "Aku mencintainya pi, aku ingin memilikinya. Dari pada diam saja, aku cium Mega dan menikmati ciuman pertama yang memabukkan." Sahut Elardo, mereka semua menepuk pelipisnya pelan kecuali Mega. Mega membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban Elardo. Udah gila kali ya, ya kali ciuman kaya gitu memabukkan. Sudah melecehkan, tidak merasa bersalah lagi. Sinting kali nih orang, awas aja lo! gue akan buat lo menderita dan buat lo sakit hati. Enak banget nih orang udah cium bibir seksi gue. Jadinya ibir seksi gue udah gak perawan, siapan banget nih orang. "Ma
"Aku gak suka kamu sama Gavin mesra-mesraan di depan aku." Bentak Elardo membawa Mega ke ruangannya di lantai 3. Mega manatap sengit ke arah Elardo. "Itu bukan urusan anda, Gavin calon suami saya. Gavin berhak melakukan itu dengan saya, mau kita mesra-mesraan di depan siapa pun, kita tidak peduli. Yang penting kita senang," jelas Mega murka. Elardo menghimpit Mega ke dinding, mencium bibir Mega brutal. Mega mencoba mendorong dada bidang Elardo, kedua tangannya di cekal kuat oleh Elardo. Beberapa menit kemudian, Elardo melepaskan bibirnya. Elardo tersenyum manis ke arah Mega, menjilat air liur sisa ciuman mereka tadi, di bibir seksi Mega. Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dirinya mendapatkan pelecehan oleh Elardo. "Manis, kamu candu aku sayang. Aku mau yang lebih dari ini, ayok kita menikah. Tidak usah menunggu lama untuk menikah. Kita bisa menikah besok sayang, resepsi akhiran saja. Yang penting kita udah sah dulu, aku cinta banget sam
Mega hanya diam mengikuti kemana perginya Elardo. Tidak mengucapkan kata pun, Mega hanya diam. Tadinya enggan mengikuti Elardo, Elardo tetap memaksa Mega untuk ikut dengannya. Sudah 5 jam Mega mengikuti Elardo. Dari fitting gaun pernikahan sampai mencari cincin pernikahan. Selama itu, mereka belum juga menemukan yang cocok. Mega tidak mempermasalahkan, tetapi Elardo yang tidak menyetujui. Aneh dan menyebalkan, Mega bersabar setiap detik. Seperti sekarang ini...Mega masih setia mengikuti Elardo masuk ke salah satu butik terkenal di Jakarta Selatan. "Carikan gaun pengantin untuk dia." Suruh Elardo ke mbaknya sambil menunjuk ke arah Mega. "Gaun seperti apa Pak, model sekarang atau model unlimited." Ujar Mbak butiknya, jengah sangat jengah Mega berada di sini. "Terserah mbaknya aja, yang penting bagus dan menarik untuk saya dan calon istri saya." Jelas Elardo "Baik Pak, kalau begitu saya ambilkan gaunnya dulu.
Mega sudah di apit kedua sahabatnya, Denada dan juga Elsa. Ketiga perempuan ini berjalan keluar dari ruangan pengantin. Mega sudah tampil cantik menggunakan kebaya modern. Sungguh sangat cantik, Mega hanya diam saja. Tidak ada kebahagiaan di wajahnya, padahal Denada dan Elsa sudah berusahalah membuat Mega ikhlas. Yang namanya juga Mega, Mega masih tidak rela harus menikah dengan laki-laki yang sudah di cap menjadi musuh bebuyutannya. Mega memejamkan kedua matanya sebentar, lalu membuka kedua matanya kembali. Melihat tatapan semua orang padanya. Tatapan terpesona melihat kecantikan Mega, belum pernah mereka melihat wajah cantik Mega luar biasa seperti sekarang ini. Apa lagi Elardo, Elardo sampai tidak bisa meneguk ludahnya. Sangat susah, kedua matanya masih memandang calon istrinya yang sebentar lagi akan menjadi istri untuk dirinya. Denada dan Elsa mendudukan Mega di samping Elardo. Akad nikah akan di mulai, Elardo sudah berjabat tangan dengan Papa Mega.
Selvia menghampiri Elardo dan Mega di ballroom hotel yang di jadikan tempat resepsi pernikahan kedua sejoli yang baru dah ini. Mega sudah cemberut melihat kedatangan Selvia yang akan menghampiri dirinya dan laki-laki di sampingnya. "Hay kak, happy wedding. Semoga langgeng sama kak Elardo," katanya memberi selamat ke Mega. Mega memutar bola matanya malas, tidak menanggapi ucapan selamat dari Selvia. Elardo berdecak tidak suka melihat respon istrinya. "Makasih Selvia, nikmati makanan di sana. Kamu juga bisa berkenalan dengan adik saya." Jawab Elardo mewakili Mega yang tidak mau menjawab ucapan selamat Selvia. Ada apa dengan istrinya dan Selvia! terlihat tidak akur, seperti kedua kakaknya yang sangat akur dengan Mega. Berbeda dengan Selvia, seolah Selvia hanya butiran debu. "Siap kak, aku permisi dulu. Kak aku ke sana, sekali lagi selamat menempuh hidup baru." Setelah mengucapkan itu, Selvia segera berjalan ke arah jajaran makanan yang tersedia di bagian kiri. "Aku paling gak suka sama
Pagi harinya Mega baru saja bangun dari tidurnya. Memandang keadaan kamar hotelnya bersama Elardo. Elardo sudah berdiri di hadapan Mega, Mega duduk di ranjang sambil menatap Elardo dengan wajah angkuhnya. Elardo bersedekap dada dan menatap sengit ke arah istrinya yang sudah membuat dirinya khawatir tadi malam. Harusnya malam pertama mereka, lah...Mega malam masuk bar dan berjoget heboh sambil minum Vodka. Jelas! jelas membuat Elardo murka dan langsung menghempaskan Mega kasar ke ranjang, menciun Mega beringas dari bibir, wajah dan juga leher. Mega belum menyadari lehernya yang banyak sekali tanda merah atau bisa di bilang dengan kissmark. "Kapan kamu izin aku ke tempat kaya semalam. enak ya? enak banget, sampai gak kasih kabar aku atau minta izin aku dulu. Oke...kamu gak pernah menganggap aku suami, tapi kamu harus ingat dengan status kamu Mega. Kamu sudah menjadi seorang istri, aku mohon rubah diri kamu saat ini juga." Tegas Elardo, Elardo langsung masuk
Tadi aku udah kirim chat sama istri, kenapa gak ada balasan. Ini juga udah 30 menit aku nunggu kamu beb, kamu belum juga datang. Pasti kamu lagi makan siang sama sahabat kamu, gak izin aku sama sekali lagi. "Gak makan siang lo?" tanya Rico langsung masuk ke ruangan Elardo. "Gak! nunggu istri tapi istri gue sedari tadi belum juga muncul." Lirih Elardo sudah mulai bete dengan Mega. Rico terkekeh dan duduk di ranjang pasien. "Ngapain lo nunggu wanita yang jelas-jelas cuek banget sama lo. Terlalu membuang waktu lo aja, mendingan lo ikut gue dan yang lain makan siang di cafe seberang rumah sakit." Ujar Rico menawarkan makan siang ke sahabatnya yang lagi bete sama istrinya yang belum juga datang ke ruangannya. "Ya udah yuk, nanti di rumah gue kurung Mega samapai gak bisa jalan lagi." Rico tertawa ngakak mendengar ucapan gamblang sahabatnya yang masih di mode buruk ini. "Buat Mega kewalahan, sampai bilang nyerah sama lo." Ledek Rico