Share

Simpanan Tante Kaya Raya

Aneh sekali. Tidak ada nama pengirimnya saat Radit menerima paketnya. Kurir ekspedisi yang mengirimkannya pun tidak mengatakan apa-apa soal data pengirimnya. Katanya, itu sudah sesuai dengan pihak ekspedisi. Kurir tinggal mengantarkan barangnya saja.

Radit jadi makin penasaran. Dia langsung membuka paketnya itu. Tidak lupa, dia juga menyalakan kamera ponsel lalu merekamnya. Ritual membuka bungkusan paket rahasia itu harus diabadikan terlebih dahulu. Siapa tahu, isi paketnya aneh-aneh. Untuk antisipasi saja kalau ada oknum hatersnya yang sengaja bikin ulah padanya.

“Unboxing dulu, guys! Kita lihat, paket apaan nih yang dikirim seseorang buat gue.” Radit membuka bungkusan paketnya dengan perlahan-lahan.

Dasar tukang pamer! Radit membuka paket itu sambil live di sosial media. Para pengikutnya di sosial media langsung membanjirinya dengan beragam komentar.

“Awas, itu bom!”

“Wah, kira-kira apaan tuh Kak Radit?

“Kak Radit, paketnya buat aku aja ya kalau skincare.”

“Dit, lu nggak mau bagi-bagi gue?”

“Dit, kenalin gue dong sama penggemar rahasia lo yang tajir itu.”

“Halah, si Radit songong tuh! Bikin konten kok gitu amat sih.”

Ya ampun, berisik amat sih kalian semua. Radit makin tak sabaran membuka isi paketnya. Dia mempercepat gerakan tangannya saat membuka bungkusan paket tersebut. Ya elah, berapa lapis tuh bungkusan? Mentang-mentang barang mahal kali ya? Overprotected baget nih orang yang ngirim paket, pikir Radit.

“Astaga!” Radit membelalak kaget. Dia tercengang melihat isi paketnya. “Lihat, guys! Ini barang idaman gue banget,” sorak Radit kegirangan.

“Wow, gila lu, Bro! Itu kan ponsel mahal limited edition.”

“Kak Radit, ponselnya buat aku aja!”

“Sumpah, demi apa lo bisa dapat barang mahal kayak gitu? Buat guelah.”

Radit tersenyum, matanya berkaca-kaca saat memeluk barang berharga itu. Sebuah ponsel mereka ternama, limited edition pula. Siapa pun pengirimnya, Radit mengucapkan terima kasih. Dia menyampaikannya langsung saat live di sosial media. Lagi. Akun sosial media Radit dibanjiri komentar dari para followersnya.

Klik!

Live di sosial media pun berakhir. Radit senang bukan main. Ingin rasanya dia loncat-loncat saking girangnya menerima hadiah mewah itu. Siapa lagi kalau bukan dari kekasih gelapnya, Nyonya Serafina yang cantik itu, terka Radit.

Radit harus memberikan imbalan setimpal ketika Serafina datang menemuinya nanti. Ya, itu harus. Ada harga yang harus Radit bayar pada Nyonya seksi itu. Senyum manis pun mengembang di bibirnya.

***

Serafina pergi menemui Radit di apartemen mewahnya. Wanita itu datang dalam keadaan lelah usai seharian bekerja di perusahaan untuk menggantikan suaminya yang dinas ke luar negeri.

“Sayaaaang!” panggil Serafina setengah berteriak. Dia langsung menuju kamar Radit. Karena apartemennya terlihat sepi sekali.

Ceklek!

Radit baru saja keluar dari kamar mandi. Dalam keadaan setengah basah dan posisi handuk di bawah pinggang. Serafina terpana melihat ketampanan kekasih berondongnya saat memainkan rambut basahnya yang baru samphoan.

“Kamu baru mandi, ya? Wangi banget sih,” puji Serafina. Sambil tersenyum nakal dan menggoda Radit.

“Sini, aku mau peluk dulu!” Radit langsung memberikan pelukan hangat menyambut kedatangan si Nyonya yang tajir melintir itu.

“I miss you so much,” kata Serafina dengan manja. Radit tersenyum sumringah menanggapinya. Dia malah lebih merindukannya.

“Makasih ya,” ucap Radit sambil mengecup leher Serafina.

“Makasih untuk apa?” ulang Serafina bingung. Dia memerhatikan raut wajah gembira yang ditunjukkan oleh Radit.

“Pokoknya, aku berterima kasih karena udah kenal kamu dan menjadi kekasihmu,” Radit menyanjung Serafina. Hingga wanita itu mulai kegeeran dan salah tingkah di depan Radit.

Serafina mulai menunjukkan gelagat aneh. Rupanya wanita itu tak kuasa menahan diri saat Radit terus saja memujinya. Dia menyerang Radit duluan, mendorong tubuhnya hingga pria itu jatuh ke tempat tidur.

Serafina duduk di atas tubuh Radit. Dia sudah bergairah sejak melihat Radit bertelanjang dada keluar dari kamar mandi.

“Sabar dulu, Sayang,” bisik Radit. Dia belum siap rupanya.

Serafina menekuk wajahnya. Dia tidak suka Radit banyak alasan saat dirinya sedang “ingin”. Tak mau membuat si Nyonya kecewa karena menunggunya terlalu lama, akhirnya Radit pun inisiatif duluan. Dia tidak ingin Serafina yang mendominasi permainannya di atas ranjang.

Radit menanggalkan blouse berwarna merah marun yang dikenakan Serafina malam itu. Lalu, dengan cepat dia beraksi dan membuat Serafina bertekuk lutut di hadapannya. Radit melakukan aktifitas malam panas itu semata-mata sebagai ucapan terima kasihnya pada Serafina. Karena Serafina memberikannya hadiah mewah yang selama ini sangat diidam-idamkan olehnya.

***

Keesokkan harinya di kampus, Radit menghampiri teman-temannya yang lagi nongkrong santuy di depan halaman gedung fakultas. Dia sudah tidak sabar ingin memamerkan barang mewah pemberian Serafina kemarin pada teman-temannya.

“Gimana, keren nggak unboxing gue kemarin?” Radit meminta pendapat teman-temannya.

Salah seorang temannya menggeleng, “Gila! Parah lu, Bro!”

“Kok gila? Gue kan nanya, keren apa enggak? Lo malah jawab gila,” Radit protes dengan nada bercanda. Dia tahu, teman-temannya pasti iri melihat keberuntungannya.

“Dasar tukang pamer lu! Kali ini cewek mana lagi yang kepincut sama pesona lu? Sampai lu dibeliin ponsel mewah itu,” salah seorang temannya ingin tahu. Kepo dia.

“Ya, siapa lagi kalau bukan cewek gue yang tajir melintir itu,” Radit mesam-mesem di depan semua temannya. Dia masih enggan memberitahu bahwa kekasih gelapnya itu istri orang lain.

“Cewek lu pasti sosialita banget ya? Anak Sultan mana dia?” tanya satunya lagi. Dia begitu seksama memerhatikan Radit dan tak sabar menantikan kelanjutan ceritanya.

“Anak Sultan mana ya? Gue sendiri nggak tahu. Tar deh gue tanyain dia lagi. Kalau sempat,” kata Radit.

Di sela-sela pembicaraan Radit dan teman-temannya, tiba-tiba Deska datang menghampirinya. Dia berjalan perlahan mendekati Radit yang tengah berkumpul dengan teman-teman and the gengnya.

“Duh, kenapa sih harus banyak orang di sana?” Deska jadi was-was.

Deska malu. Tapi, mau bagaimana lagi. Masa dia harus putar balik. Sudah terlanjur ketahuan sama Radit kalau Deska datang untuk menemuinya.

“Ngapain tuh si kacamata ke sini?” Teman-temannya Radit terheran-heran melihat kedatangan Deska.

Radit buru-buru menyembunyikan ponsel barunya. Lalu, dengan tampang arogan dia menagih ganti rugi atas perusakan ponsel mahalnya pada Deska. Alaaahh, paling si kacamata itu mau minta maaf karena tidak bisa menggantinya. Enaknya diapain tuh anak? Radit sempat memikirkan suatu rencana untuk mengerjainya.

“Hey, kacamata!” panggil Radit. “Lo ke sini pasti mau bayar ganti rugi, kan?” tebaknya mantap.

Deska mendekat, lalu dia mengatakan sesuatu yang membuat Radit tersentak. “Aku udah kirim kemarin. Memangnya belum sampai?”

“Kemarin? Memangnya lo kirim apaan?” Radit menaikkan alis sebelah kanan.

Tanpa diduga, ponsel Radit berdering. Ada notifikasi pesan masuk. Deska curiga. Lalu, dengan cepat Radit merogoh saku celananya dan mematikan ponselnya. Deska melihat sekilas kalau Radit sudah menggunakan ponsel barunya.

"Itu ponsel dariku. Untuk mengganti ponselmu yang tak sengaja kusenggol kemarin," jelas Deska.

"Hah?" Radit membelalak kaget. "Jadi, ponsel mahal itu lo yang beliin? Masa sih?" dia tak percaya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status