Share

FARAH

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 18:07:34

Samar-samar XL melihat wajah setengah tua itu memandangnya dengan perasaan sayang yang luar biasa.

"Nak, kamu tidak apa-apa, kan?" bisik orang tersebut. Mungkin ia menyangka XL masih tertidur.

Gadis itu memperhatikan bapaknya sudah mulai tua, keriput di wajahnya sudah muncul satu persatu. Begitu juga uban sudah tumbuh di kepala. Laki-laki luar biasa ini sudah begitu banyak pengorbanan demi dirinya. Akan tetapi dirinya merasa belum berkesempatan untuk membalas segala kebaikannya itu.

"Ardhia," Bapak memanggil dengan lirih. Nampak kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya.

"Bapak," bisik XL pula. Gadis itu meraih tangan bapaknya dengan sebelah tangan. Menciumnya dengan takzim, gadis itu merasa sesak napasnya karena terharu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya bapak XL.

"Baik, Bapak sudah pulang kerja?"

"Iya, Nak.”

Bapak XLnampak capek habis pulang kerja, orang tua itu bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kecamatan.

"Banyak kerjaan ya, Pak?" tanya Ardhia melihat kelelahan di wajah Bapak.

"Banyak warga tadi bikin e-KTP, lumayan melelahkan," jawab bapaknya.

"Ooh." Xl menjawab singkat.

Bapak duduk di kursi sebelah tempat tidur, membawa bungkusan yang dibawanya, rupanya gorengan yang renyah kriuk-kriuk. Terbit selera XL melihatnya.

"Duh ... Bapak ini gimana, sih? Aku kan ngiler jadinya," ucap Ardhia sambil menelan ludah.

"Emang gak boleh makan?" tanya bapaknya heran.

"Belum boleh, Pak," jawab XL sambil cemberut.

Bapak terkekeh melihat Xl. Rupanya dia tidak lupa dengan makanan kesukaan anaknya itu. Makanya tidak lupa membelinya buat oleh-oleh.

Pintu kamar terbuka pelan-pelan, ada kepala nongol sambil melihat ke dalam. Dengan cepat kemudian ia masuk. Farah, mau ngapain mahluk langka itu ke sini lagi.

Seperti maling gadis itu berjalan celingukan. Ardhia heran, bukankah dia baru saja pulang? Apa ada barang dia ketinggalan?” pikiran XL traveling.

"Hai, Limited Edition, mengapa kau balik lagi?" tanya XL. Dia penasaran dengan gerak-gerik temannya itu.

"Hihihi ... sengaja," jawab Farah. Gadis itu malah cekikikan gak jelas.

"Sengaja bagaimana?" tanya XL. Dia heran melihat Farah malah duduk.

"Tadi nih di luar, aku and the geng mengadakan konferensi meja bundar, kebetulan tadi di sana ada meja bundar," kata Farah sambil menunjuk ke luar. "Keputusannya satu di antara kita harus ada yang menginap, kemudian aku menawarkan diri, jadi ... taraaa aku balik lagi. Hihihi hihihi," ujar Farah sambil terkikik.

"Ooh, kalau begitu, Bapak bisa pulang. Tu si Cucok Rowo katanya mau nginep," ujar XL kepada bapaknya.

"Iya, Bapak pulang gih, ada aku yang akan menjaga anakmu," kata Farah sambil tersenyum sok manis. Farah memang lucu juga orangnya, mungkin karena terkontaminasi teman-temannya yang ceria. Apa-apa selalu dibikin guyonan, jadi bye-bye deh murung-murung dan galau.

Kriuk ... kriuk.

Suara itu menggoda iman, XL mendelik saat melihat Farah sengaja makan dengan tidak memperdulikan perasaannya. Gadis gendut itu benar-benar tersiksa mendengar kriuknya gorengan tempe kesukaannya yang begitu garing dan renyah.

"Dosa, Lo," cerca Xl. Matanya melotot sambil bibirnya cemberut.

"Orang cuma makan, apanya yang dosa? Halal kan, Pak?" tanya Farah tanpa dosa. Dia menoleh ke arah bapak XL sambil mengacungkan tempe goreng.

"Halal, dong, masa tidak halal," jawab bapak XL turut menggoda.

Akhirnya XL hanya bisa cemberut, terpaksa membiarkan mereka makan gorengan di depannya. Farah memang sengaja membuat XL semakin ngiler. Farah termasuk temannya yang tidak pernah jaim, ceroboh, selalu tertutup untuk urusan yang sekiranya memberatkan orang lain, penakut juga, tetapi dia paling setia kawan. Buktinya dirinya rela menginap di rumah sakit kini.

**

XL masih ingat saat berkenalan dengan Farah. Gadis itu baru saja turun dari angkot, lalu berjalan sambil tertunduk. Nampak takut-takut melewati sekelompok pemuda pengangguran yang sedang genjrang genjreng main gitar sambil menggoda cewek-cewek yang lewat.

"Lagi ngapain sih, orang tua mau pamit malah sibuk melamun," kata Farah mengagetkan Ardhia yang sedang melamun.

"Iya ... iya, Pak," ujar XL tergagap, lamunannya terputus sejenak.

"Lho, Bapak kan belum pamitan," kata Bapak. "Ya sudah, Bapak pergi dulu. Baik-baik ya, besok bisa pulang," sambungnya.

"Dadaaah, Bapak," ujar Farah sambil melambaikan tangannya. Mata gadis itu berbinar ceria saat mengantarkan bapak XL sampai pintu.

Sesaat setelah punggung lelaki tua itu menghilang di balik pintu, Farah mendekati Xl. Dia mengambil bantal lalu menaruh di pangkuan, kemudian kedua tangannya menopang dagu.

"Eh, XL! Tadi lagi mikirin siapa?" tanyanya sambil menaikkan alisnya. "Jangan-jangan, kamu punya gebetan tanpa sepengetahuanku, ya?" tebaknya. Dia tidak akan terima jika XL punya rahasia kepadanya.

"Alah, sok tahu, mana ada laki-laki yang tertarik kepadaku, badanku super keren dan langsing begini," jawab Xl ironi. Jari-jarinya membentuk sebuah gitar.

"Tapi cantik, sumpah," sergah Farah. XL memang cantik di mata sahabatnya itu, apalagi hatinya yang super baik.

"Aku lagi mikirin kamu tahu," jelas XL. Jawabannya itu membuat gadis di depannya melotot.

"Ehh, gak ada kerjaan amat kamu mikirin aku, apanya yang dipikirkan?" tanya Farah penasaran juga.

"Saat dulu kita pertama kenal itu, lucu kan?" XL tertawa kecil, tetapi kemudian meringis karena perutnya terasa sakit.

"Eh, sakit ya? Makanya jangan tertawa-tawa dulu, cobalah menjadi anak manis barang sekejap," kelakar Farah. Dia sangat tahu jika sahabatnya itu mempunyai sifat periang.

"Tapi lucu kan? Aku masih ingat saat kamu diganggu anak berandalan itu, kata-katanya masih kuingat satu persatu." XL kukuh ingin tetap bercerita.

"Masa? Coba kuulang ya! Rasanya aku sudah lupa, tuh," ujar Farah sambil senyum-senyum. Mulailah dirinya bercerita saat dulu diganggu berandalan itu dan berakhir dengan perkenalan mereka.

"De, cantik amat sih, kenalan dong!" Farah menirukan kata-kata berandalan itu, lalu tertawa.

"Teruskan!" suruh XL sambil menahan tawa. Gadis itu tidak berani tertawa terlalu keras.

"Aku diem saja, eh malah mereka menghalangi jalanku, duuh sombongnya, kata mereka, kemudian memegang tanganku."

"Wajahmu sudah pucat pasi kala itu," lanjut Xl.

"Iya bener, itu kan peristiwa yang menakutkan, bagaimana coba kalau mereka menarikku ke lorong yang gelap, lalu ... lalu, aku tak dapat membayangkan," tutur Farah sambil menutup muka dengan tangannya.

"Lalu aku tendang 'burung' mereka," tukas Ardhia sambil tertawa cekikikan.

"Hihihi hihihi, aku sampai melongo melihatnya, rasain! Pasti mules dia," duga Farah sambil cekikikan juga.

"Aku masih ingat, saat tas yang kamu bawa ditarik oleh mereka dan kamu pertahankan, terjadi tarik-menarik seperti lomba tarik tambang tujuh belasan, kemudian tali tasmu putus, dan kamu terjengkang sampai duduk, kaki ngangkang ke atas. CD hitammu kelihatan jelas." Gadis gendut itu tertawa kecil saat membayangkan Farah yang terduduk di gang sempit.

"Dan ... hiaat ... bruk, sebuah tendangan membungkam mulut bau mereka," timpal Farah. Ia berdiri memperagakan tendangan yang mengenai burung mereka, sambil tetap tertawa.

"Hihihi, mukanya sampai pucat menahan sakit, nyampe itu ke ubun-ubun," imbuh Xl.

"Badan gede begini, tapi gesit melayangkan tendangan, kok bisa ya?" Farah bertanya keheranan.

"Dari dulu keles, aku jago berkelahi," kata Xl bangga sambil menepuk dada.

"Benarkah?"

"Iya, sejak TK aku sudah menjadi jagoan, biar badan besar tapi tidak lembek, anti dirundung, selalu jadi super hero dengan kekuatan datang bulan, eh dengan kekuatan bulan," canda Ardhia.

"Halaah, itu sih cerita super hero," sergah Farah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 36. PERJANJIAN

    Mendengar keributan yang terjadi antara Yudha dengan ibunya membuat Ardhia bangun. Dia mengendap-ngendap keluar dari kamarnya dan mendengar percakapan mereka.Ardhia sedih mendengar kata-kata mamanya alias mertuanya, tidak menyangka sebegitu bencinya mertuanya itu kepadanya.Masih beruntung Yudha membelanya walau tidak sepenuhnya. Ardhia dengan cepat balik lagi ke kamar setelah mendengar Yudha menaiki tangga. Namun, masih terdengar olehnya Wina mengumpat Yudha“Astaga Ibu macam apa seperti itu. Kamu beruntung Nak, mempunyai Ibu seperti aku. Ibu tidak akan berlaku seperti itu kepadamu, kamu baik-baik, ya di dalam perut Ibu,” bisik Ardhia sambil mengusap perutnya.Ardhia memasang telinganya baik-baik, mendengar ada suara mendatangi kamarnya. “Apakah itu Yudha?” tanyanya dalam hati. “Mau apa dia ke sini? Sial pintunya belum dikunci lagi tadi,” gumam Ardhia sambil membetulkan selimutnya, pura-pura tertidur pulasKlotak! Terdengar pintu dibuka, Yudha melongokkan kepalanya ke kamar Ardhia

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 35. HAMIL ANAK SIAPA?

    Hari demi hari dijalani Ardhia dengan bimbang. Sementara Yudha belum berubah dan Wina bertambah tidak menyukainya. Hanya Seno yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Wina cemburu.“Papa … Mama nggak suka ya, kalau Papa terlalu memperhatikan Ardhia! Apakah Papa suka sama dia?” tanya Wina tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja Seno terkejut mendapat pertanyaan dari Wina seperti itu. Matanya melotot, hampir melompat dari tempatnya.“Suka bagaimana? Fari dulu juga Papa suka sama Ardhia. Makanya dia Papa jadikan menantu, aneh-aneh aja,” jawab Seno sambil memandang istrinya tajam. Tidak suka sama sekali dengan ucapan istrinya.“Maksud Mama bukan itu. Papa suka sama dia?” tanya Wina lagi semakin kurang ajar. Wanita itu memandang penulis selidik.“Jaga ucapanu! Mama tidak pantas berbicara seperti itu. Ardhia itu menantuku dan dia sekarang sedang mengandung anak Yudha!” ujar Seno keras karena emosi. Dia keceplosan dan berbicara tentang kehamilan Ardhia.“Apa hamil? tanya Wina gak kalah kag

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 34. DIKETAHUI SENO

    Perlahan-lahan tangan keriput itu menyentuh perut Ardhia, rupanya butuh tenaga ekstra agar bisa mendapatkan apa yang dimaksud. Soalnya perut ardia sedikit gendut walaupun dia sudah berkurang beberapa kilogram tapi perutnya masih besar.Dengan harap-harap cemas Ardhia memegang perut dan tangan nenek parah. Dia terkikik sendiri.“Kamu diam tangannya! Jangan dipegang tangan Nenek,” ujar nenek sambil tersenyum. Dia maklum jika Ardhia belum pernah diurut.“Geli Nek … geli, hihi hihihi,” kata ardia sambil cekikikan lagi. Dia merasa tidak tahan saat tangan neneknya Farah menjelajahi perutnya.“Tahan sedikit, kamu mau tahu nggak, hamil atau tidaknya?” tanya neneknya Farah. Tangannya tetap menelusuri perut Ardhia yang sudah licin berminyak. Tiba-tiba nenek itu terdiam saat merasakan sesuatu, ditekannya lagi berkali-kali untuk memastikan perasaannya.Farah tahu apa yang ditemukan neneknya itu, dia memandang tegang ke arah neneknya. Ardhia juga memandang ke wajah nenek dan Farah dengan bingung

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab. 33 ALTERNATIF

    Ardia dan Farah duduk menghadapi masing-masing semangkuk mie ayam. Ardhia menunduk setelah mendengar perkataan dokter tadi.“Negatif.”Kata-kata dokter tadi membuatnya sedikit kecewa. Sesungguhnya dia berharap keajaiban terjadi. Dia ingin hamil dan mengandung anak Yudha. Seandainya mereka pisah nanti ada kesibukan mengurus anak.“Baguslah kamu nggak hamil,” kata Farah. Dia melihat ke arah sahabatnya itu, hatinya ikut merasakan sakit mendengar penuturan Ardhia yang tidak diperbolehkan mertuanya untuk satu kamar dengan Yuda.“Eh buset, harusnya aku hamil ini,” tukas Ardhia sambil mengaduk-aduk mie.“Lho, gimana sih, tadi katanya masih perawan, hamil anak siapa jadinya?” Ardhia tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Kelebihan Ardhia adalah, mampu menyembunyikan rasa sakit dalam senyuman.“Tapi kok aku seperti orang hamil, ya? Ini aja mual-mual tiap pagi. Sebenarnya aku punya rahasia, tapi ini cuma kamu dan aku saja ya.” Ardhia berbisik sambil memandang Farah.Terlihat keraguan dari

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 32. HAMIL

    Esok harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Wina masih tetap ketakutan dengan boneka hantu tersebut, dirinya tetap mengira jika kamar Ardhia ada hantunya.“Pokoknya aku mau pulang hari ini,” kata Wina. Dia membereskan kopernya, tanpa jalan-jalan ke pantai ataupun belanja oleh-oleh. Pokoknya harus pulang hari ini, begitu pikirnya“Ya, udah Mama saja yang pulang. Aku masih seminggu di sini,” kata Ardhia dia tidak mau mengikuti kata mertuanya itu. “Salah sendiri ikut-ikutan bulan madu, pengantin juga bukan,” pikir Ardhia.“Ya udah, kalau kita mau pulang,” kata Seno. “Biarkan Yudha dan Ardhia tetap di sini.”“Tidak bisa … tidak bisa, Yudha harus pulang juga. Ardhia cepat bereskan bajumu!” suruh mertuanya itu.Ardhia memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan campur tangan mertuanya itu. Urusannya apa dia ikut-ikutan ke Bali. “Huh ngapain, sih? Dia sekarang ngerecokin lagi. Sudah jauh-jauh malah ikut-ikutan datang ke sini. Bulan maduku jadi gagal,” gerutu Ardhia dalam hati. Kemarin digang

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 31. BIKIN KAPOK MERTUA

    Ardhia yang tengah tertidur pulas terganggu dengan dinyalakannya lampu oleh Seno. Dia terkejut saat bapak mertuanya ada di kamarnya. Tidak sadar kapan masuknya. “Papa sedang apa?” tanya Ardhia. Gadis itu cepat bangkit dari tidurnya. Merasa curiga dengan mertuanya diam-diam dirinya memeriksa tubuhnya. Tidak ada yang mencurigakan.“Mamamu bilang ada boneka hantu di sini?” kata Seno. Terbungkuk-bungkuk lelaki itu mencari boneka yang dimaksud.“Mana ada boneka hantu … tidak ada,” kata Ardhia. “Ayo lihat, kita periksa bareng-bareng!” ajak Ardhia sambil berdiri. Wanita itu mengawasi sekitar, tidak terlihat ada yang aneh dan mencurigakan“Dasar mamakmu, ada-ada saja,” sahut Seno kesal. Lelaki itu juga mencari-cari tidak ada boneka apalagi boneka hantuTidak lama kemudian datang Yudha bersama Wina, rupanya pemuda itu terganggu tidurnya karena kegaduhan mereka.“Ada apa sih selalu ribut-ribut … dari tadi ribut sekarang ribut,” gerutu Yudha. “Mama kamu nih, selalu bikin onar, sekarang dia bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status