Arjuna benar-benar tercengang melihat banyak kantong belanjaan di dalam bagasi. Di dalam keterpanaannya, Arjuna ikut membantu membawa tiga kantong plastik belanjaan tersebut."Kamu gila, ya?""Bukan gila lagi, Pak. Tapi Mbak Nismara sudah edan keleyengan." Dayyan yang menjawab.Mereka bertiga masuk ke dalam lalu meletakan belanjaan di atas meja makan."Bu Marni dan tamunya sudah pulang, Pak?""Sudah, dari lima belas menit yang lalu."Nismara menyuruh Dayyan untuk membawa kantong plastik berisi sayur-sayuran, buah dan daging. Nismara ingin menyimpannya ke dalam kulkas. Dayyan ikut membantu menyusun sayuran tersebut, sementara Arjuna yang mencucinya terlebih dahulu."Kulkas sultan beda banget sama yang di rumah kita ya, Mbak. Kulkas ada dua yang ini yang paling gede." Dayyan berdecak kagum. "Kalau kulkas yang besar ini aku bawa pulang terus di simpan di kamar, aku gak bakal keluar-keluar kayaknya.""Hus!" Nismara
"Pak, hari ini saya mau ijin gak masak untuk makan malam, ya? Soalnya saya mau bantu-bantu untuk acara tujuh hari bayi di rumah kakaknya Andin."Arjuna yang sedang menatap ponsel mengalihkan perhatiannya. Ia kemudian mengangguk pelan, memberi ijin pada Nismara."Apa hari ini saya sekalian masak untuk makan malam? Biar nanti tinggal dihangatkan.""Tidak usah. Hari ini sudah siang, tidak cukup waktu. Bisa-bisa kamu terlambat."Nismara mengecek jam tangannya. "Kalau begitu saya pergi dulu ya, Pak? Soalnya saya sudah ditunggu oleh Bu Tari, hari ini jadwal piket saya."Belum sempat Arjuna berbicara lagi, Nismara sudah pergi, tetapi ternyata ia lupa mengambil tas selempangnya yang ia simpan di atas kursi.***Nismara berdecak kesal. Ia menghela napas panjang lalu menelungkupkan wajahnya ke atas meja kerjanya. Hatinya benar-benar berkecamuk, entah karena apa Nismara sekarang merasa kesal dan bawaannya emosi terus."NII
Arjuna menatap wastafel dengan lurus. Setelah beberapa saat, ia kemudian mencuci peralatan makan yang kotor itu. Dalam benaknya, Arjuna bertanya-tanya, kenapa beberapa hari ini Nismara selalu terlihat menghindari dirinya? Kemarin saja, Nismara langsung pergi setelah masak sarapan, biasanya Nismara selalu menunggu sampai Arjuna dan Nanda selesai makan. Hari ini juga Nismara langsung pergi ke sekolah, bahkan Arjuna tidak tahu kapan Nismara perginya.Setelah selesai mencuci piring, karena hari ini hari Sabtu jadi kantor libur. Arjuna memutuskan untuk mengecek berkas-berkas penting kantornya, tidak lupa juga ia mengerjakan tugas yang belum selesai.Berjam-jam sudah Arjuna berkutat di depan laptop. Arjuna meregangkan otot-otot tubuhnya kemudian ia melirik ke arah jam dinding. Ternyata sudah pukul sepuluh, berarti sebentar lagi Nanda pulang. Arjuna bersiap-siap untuk menjemput Nanda di sekolah. Tapi, baru saja Arjuna membuka pintu rumah, ternyata ada tamu tak diundang ya
"Kamu mau ke mana?"Tubuh Nismara menegang seketika. Kepalanya menoleh pelan-pelan ke belakang. Begitu melihat Arjuna di belakangnya yang tengah menatap dengan ekspresi datar andalannya, Nismara hanya bisa tersenyum canggung. Kentara sekali kalau Nismara sedang kaget dan menyembunyikan sesuatu."Eh, Pak Arjuna. Saya kira siapa."Arjuna mengerutkan kening. Ia sama sekali tidak mengerti dengan maksud Nismara. Jelas-jelas ini rumah Arjuna, tetapi kenapa Nismara malah kaget dan menyangka kalau Arjuna adalah orang lain?"Kamu mau ke mana? Kenapa belum ganti baju? Ayo cepat kamu ikut saya berolahraga pagi."Nismara menggerakkan jari-jari kakinya. "Aduh, Pak. Maaf, hari ini saya gak bisa. Saya harus setrika baju yang minggu lalu. Bapak olahraga sendiri saja, ya?""Minggu kemarin, kan, kamu gak ikut. Dan kamu sudah janji mau olahraga bareng sama saya minggu depan, yang artinya sekarang. Kamu jangan ingkar, ya.""Tapi, Pak," Nism
Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Nismara dan Arjuna berteduh di halte dekat dengan kantor Arjuna. Padahal ini siang hari, dan satu jam yang lalu cuaca masih cerah, malah begitu panas dan terik, tetapi sekarang malah hujan deras disertai angin kencang.Nismara melipat kedua tangannya untuk menghilangkan rasa dingin, tetapi karena dirinya tersimbah air hujan dan bajunya basah, tidak ada kehangatan sama sekali. Nismara mencoba menggosok-gosok kedua tangannya sambil meniupnya."Dingin, ya?" tanya Arjuna. Ia berbicara cukup kencang mengalahkan suara hujan yang tak kalah kencangnya.Kepala Nismara mengangguk pelan sebagai jawaban.Tanpa diduga, Arjuna menyampirkan jas kantornya pada punggung Nismara."Tidak usah, Pak. Bapak saja yang pakai jasnya. Saya gak apa-apa, kok, Pak." Nismara menolaknya dengan halus karena ia tahu Arjuna juga kedinginan.Arjuna merapatkan tubuhnya pada Nismara. Tangan kirinya merangkul bahu Nismara dengan er
Hari Selasa ini Nismara tidak sesuram seperti hari kemarin. Wajahnya lumayan cerah dan senyumannya sudah kembali terukir di bibirnya yang agak tipis. Rutinitas yang sempat ditinggalkannya kini mulai kembali dilakukan, yaitu menyirami tanaman di halaman depan sekolah dan di taman. Melihat bunga-bunga yang akan mulai bermekaran dan lebat itu entah kenapa membuat hati Nismara menjadi senang. Apa karena Nismara yang menanam semua bunga tersebut makanya ia bangga dengan hasilnya?Tukang kebun sekolah, Pak Mono memilih untuk menyapu area sekolah, padahal tadinya ia mau menyiram tanaman tapi sudah didahului oleh Nismara."Bu Nis, mau minum kopi?" tawar ibu kantin, Bu Sarni."Tidak usah, Bu. Terima kasih. Nanti saja saya pesan di kantinnya," jawab Nismara. "Hari ini di kantin ada jajanan apa saja, Bu?""Ada uli, Bu.""Sisakan buat saya enam ya, Bu Sar.""Baik, Bu." Bu Sarni masuk ke dalam ruang guru untuk memberikan pesanan kopi para guru-guru.Arjuna yang baru sampai di sekolah merasa heran
Arjuna menatap langit-langit ruang kerjanya, punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi sambil diputar ke kiri dan kanan. Kepalanya terus memikirkan tentang kejadian tadi pagi saat dirinya menjemput Nanda di sekolah. Arjuna tidak sengaja melihat Nismara yang lari terbirit-birit seperti tengah dikejar oleh seseorang. Dan yang membuat Arjuna heran, tumben sekali Nismara pindah tempat parkir. Kira-kira kenapa, ya? Ah, dan juga, Arjuna masih penasaran dengan jawaban Nismara ketika Arjuna menanyakan kenapa Nismara menghindari dirinya.Apa benar Nismara menghindari Arjuna? Tapi kenapa? Apa alasannya? Seingat Arjuna ia tidak membuat kesalahan apa pun. Masa iya Nismara masih dendam dengan kejadian di kebun binatang. Padahal, kan, itu sudah lama, kenapa Nismara kesalnya sekarang? Atau karena hal lain?Arjuna benar-benar tidak mengerti tentang masalah perempuan, dan Arjuna bingung untuk menyelesaikan permasalahannya."Mona, bisa ke ruangan saya?" tanya Arjuna dari
Bibir Nismara terkatup rapat-rapat. Wajahnya memang berhadapan langsung dengan wajah Arjuna, tetapi matanya menatap ke samping, pintu penghubung antara dapur dan ruang tengah menjadi tumpuan pandangannya sekarang."Kamu melihat ke mana? Saya ada di depan kamu!"Nismara masih bergeming, tidak mengindahkan ucapan Arjuna."Kamu marah sama saya? Marah karena apa? Perasaan setiap hari kita berdua marahan tetapi kamu gak pernah mengindari saya seperti sekarang. Apa ada perkataan atau perbuatan saya yang menyinggung kamu? Tapi biasanya kamu selalu menyerang balik. Atau kamu lagi kesal sama seseorang dan malah melampiaskannya pada saya? Iya?"Pak, bisa tolong lepaskan tangan Pak Arjuna yang ada di dagu saya? Jantung saya mau copot ini!!! jerit Nismara dalam hati."Kenapa diam saja?"Nismara mengerjapkan mata. Setelah berhasil menguasai diri, Nismara lalu menjawab dengan suara yang sangat pelan, seperti sebuah bisikan yang mau tidak mau membuat Arjuna semakin men