Gadis cantik yang terlihat modis dan sangat modern itu tersenyum manis pada Zafira. Zafira pun membalas tersenyum pada gadis itu.
"Papa ingin memperkenalkan kalian," kata Irawan sambil menatap Zafira dan Claudia bergantian.
"Fira, kenalin ini Claudia. Claudia adalah putri dari sahabat Papa yang sekarang memilih menetap di Paris. Claudia sejak kecil sudah sangat akrab dengan keluarga kami dan sudah Papa anggap sebagai anak sendiri," ucap Irawan memperkenalkan Claudia pada Zafira.
Claudia mengulurkan tangannya ramah pada Zafira.
"Claudia," ucanya menyebut namanya sendiri.
"Zafira," balas Zafira menyambut uluran tangan Claudia sambil tersenyum.
"Claudia, ini Zafira. Nak Fira ini adalah ... istrinya Gilang," ucap Irawan.
Claudia terlihat keget mendengar ucapan Irawan, dengan spontan Claudia menarik tangannya yang tengah bertaut bersalaman dengan Zafira.
"A-apa, Om? Istrinya Gilang? Ma-maksudnya apa?" tanya Claudia terbata-bata.
Bola mata Gilang bergerak mengikuti gerakan Zafira yang dari tadi hanya mondar mandir dari kamar mandi ke sofa. Entah sudah yang keberapa kalinya Gilang melihat gadis itu bolak-balik ke toilet."Heh batu! kamu enggak bisa diem ya? Dari tadi mondar-mandir ganggu orang aja!" seru Gilang."Maaf, Mas. Kalau terganggu Mas Gilang boleh mengabaikannya dan jangan melihat kearah Fira," sahut Fira.Gilang tertegun mendengar ucapan Fira. Ini pertama kalinya dia mendengar gadis itu menyebut namanya. Dan bagaimana gadis itu tadi memanggilnya? Mas Gilang? Lucu juga, pikir Gilang sambil tersenyum tipis. Sementara Zafira sudah kembali ke dalam toilet lagi. Gilang melangkah ke depan pintu toilet menunggu Zafira keluar dari sana."Eh, maaf!" seru Zafira kaget saat membuka pintu toilet dan hampir menabrak Gilang yang sudah berdiri di depan pintu."Kamu kenapa?" tanya Gilang."Nggak apa-apa," jawab Zafira berlalu begitu saja. Spon
“Tenang, Fira. Aku nggak akan menyakitimu.”Zafira terdiam dalam pelukan Gilang, entah mengapa dia justru tak merasa gemetar lagi. Padahal, tadinya sentuhan pria itulah yang membuat traumanya muncul kembali. Zafira diam dan larut dalam pikirannya sendiri.‘Kenapa aku tiba-tiba saja merasa tenang? Apakah karena alien ini juga tiba-tiba manjadi lembut dan tidak berkata kasar padaku?’ pikir Zafira.“Udah tenang?” tanya Gilang melepaskan pelukannya.“Eh … um … iya,” jawab Zafira gugup dengan pipi bersemu merah.“Masih perlu diolesin punggungnya?”“Ng-nggak. Udah nggak apa-apa.”“Baiklah, istirahatlah.” Gilang berlalu dari hadapan Zafira menuju tempat tidurnya.“Terima kasih,” ucap Zafira dengan suara yang nyaris tak terdengar.Gilang tidur dengan gelisah di tempat tidur empuknya. Aroma
“Eh … Selamat Pagi, Pa. Maaf Fira nggak liat ada Papa.”“Selamat pagi juga, Nak. Papa suka melihat kamu masak, Nak. Papa jadi teringat seseorang,” ucap Irawan. “Kayaknya Nak Fira lagi masak nasi goreng ya. Buat Gilang?” lanjutnya bertanya.“Iya, Pa. Tapi kalau Papa mau buat Papa juga boleh.”Irawan terkekeh kecil. “Papa nggak dibolehin dokter sarapan seperti itu lagi, Nak. Padahal Papa sangat ingin mencicipi masakan Nak Fira. Oiya, Fira tau Gilang suka sarapan nasi goreng?”“Ah, iya tadi nanya sama Mbak di dapur,” jawab Zafira.“Beruntung sekali Gilang menikahimu, Nak. Dia akan kembali merasakan dibuatkan makanan kesukaannya oleh wanita terdekatnya. Dulu, mamanya hampir tiap hari membuatkan nasi goreng kesukaannya. Tapi sejak Mamanya pergi meninggalkannya, dia tak pernah lagi merasakan masakan yang dibuat dengan hati dan cinta. Semoga
Hari sudah mulai gelap ketika Zafira pulang ke rumah utama. Selain memang hari ini ada beberapa pekerjaan klinik yang membuatnya harus lembur, Zafira tadi sengaja mampir ke rumah orang tuanya.Namun belum satu jam berada di sana Juan dan Sinta menyuruhnya untuk segera pulang karena ternyata Zafira belum meminta izin pada Gilang.“Mulai sekarang kamu harus membiasakan pamit pada suamimu ke mana pun kamu hendak pergi, Nak. Bukankah Ibu sudah bilang padamu bahwa ridho Allah sekarang berada pada ridho suamimu.” Begitu kata Ibunya tadi.“Tapi hubungan kami tidak seperti yang ibu bayangkan, Bu.”“Semua butuh proses, Nak. Kamu hanya perlu ketulusan hati untuk memulainya. Ingatlah saat Nak Gilang mengucapkan ijab kabul, maka segala dosa Fira yang seharusnya menjadi tanggung jawab Ayah menjadi berpindah ke bahu suamimu. Belum cukup disitu, memberi nafkah, membimbing agama, memanjakanmu, menjagamu b
Bab 21Gilang merasa kesal karena diacuhkan Zafira ketika dia mencoba bercanda. Zafira malah memilih pergi dari sana dan menuju ke arah pintu. Perasaan kesal Gilang mendorongnya menyusul langkah Zafira yang sudah di depan pintu dan kemudian mendorong kasar pintu yang sudah terbuka sedikit. Gilang merasa kaget ketika Zafira membalikkan tubuhnya menghadap kepadanya. Baru kali ini Gilang melihat dari dekat wajah gadis itu.‘Ternyata cantik juga gadis batu ini!’ batin Gilang.Harum aroma shampo dari rambut basah Zafira yang masih terbungkus handuk membuat gairah lelaki Gilang terusik. Perlahan didekatkannya hidungnya menyentuh ujung hidung Zafira namun gadis itu tiba-tiba saja memalingkan wajahnya membuat mata Gilang tepat berhadapan dengan leher putih jenjang milik Zafira. Gairah lelaki Gilang semakin terpancing melihat leher putih jenjang Zafira ditambah dengan aroma tubuh Zafira yang memang sangat disukainya. Maka ketika
Bab 22“Congratulation, Gilang! Om kaget sekali waktu papamu mengirimkan undangan pada Om. Om enggak nyangka kamu mau menikah secepat ini. Selama ini Om pikir kamu menunggu Claudia selesai kuliah dan akan mempersuntingnya. Tenyata Om salah, kamu menemukan jodohmu terlebih dulu. Sekali lagi selamat untuk kalian,” ucap seorang pria yang berpenampilan elegan terkekeh sambil menggandeng tangan seorang wanita yang terus menatap sinis pada Zafira. Dari ucapannya, Zafira yakin jika sepasang tamu VVIP yang sedang berdiri di hadapannya itu adalah orang tua dari Caludia.“Thanks, Om Alex,” jawab Gilang.“Gilang, Tante boleh bicara sebentar?” ucap wanita yang berada di sebelah pria yang dipanggil Om Alex oleh Gilang itu. Wanita itu tersenyum pada Gilang, namun segera menguraikan senyumnya ketika menatap Zafira.“Boleh, Tante Rosa,” sahut Gilang.Gilang menoleh pada Zafira dan melep
Bab 23.Zafira tersenyum mendengar ocehan petugas WO itu dan berjalan ke arah belakang yang ditunjuk oleh Mas Bella tadi. Zafira mengehentikan langkahnya ketika dari balik tembok dia mendengar suara isak tangis seorang wanita.“Aku janji nggak akan berubah, Cla.”“Pasti ada yang berubah, Gilang. Semua tak akan sama lagi. Kamu sudah menikah!”Terdengar suara isak tangis.“Kamu akan selalu jadi prioritasku, Cla. Kamu tetap wanita yang istimewa bagiku.”“I had to live my life without you, Gilang! Bagaimana aku sanggup?”“Cla, you now how much i love you! Wait me! Aku akan kembali tapi bukan sekarang, suatu saat aku pasti kembali untukmu. Aku hanya harus mempertanggungjawabkan perbuatanku padanya.”“Apa sebenarnya yang terjadi, Gilang?”“Sudah kubilang jangan tanyakan itu. Itu akan membuatku membuka
Bab 24Ballroom hotel tempat pesta berlangsung sudah berangsur-angsur sepi. Para tamu yang tadinya memadati ballroom satu persatu mulai pulang. Tinggal beberapa petugas yang membereskan sisa-sisa pesta meriah yang baru saja digelar. Zafira duduk sambil memijit-mijit kakinya yang terasa pegal setelah berjam-jam berdiri menyambut tamu yang datang.“Pegel, Nak?” tanya Sinta.“Iya, Bu. Fira capek banget.”“Nanti setelah sampai rumah kakimu rendam air hangat ya, Nak. Itu akan mengurangi sedikit pegalnya,” ucap Sinta sambil duduk di samping putrinya.“Iya, Bu. Ayah mana? Boleh nggak Fira ikut pulang ke rumah?”“Kamu ini gimana sih, Nak. Rumahmu sekarang adalah rumah di mana suamimu berada, Nak. Itu ayahmu sedang memesan transportasi online,” jawab Sinta menunjuk Juan di dekat pintu masuk hotel.“Transportasi online? Kenapa pesan transport online, Bu?” T