Kediaman rumah mewah Kiara kini telah menjadi sunyi setelah pembatalan pernikahan Kiara dan Jino.
Bahkan, seluruh pembantu setia Kiara berharap cemas untuk menananti nona mereka kembali lagi dan menghentikan sikap arogant dari paman dan keponakan Kiara.
Sedangkan Denia, keponakan Kiara kini telah mempersiapkan dirinya untuk mendatangi undangan yang telah Ken berikan padanya dan Jino.
Jino yang tidak lain merupakan tunangan dari Kiara.
Denia menatap dirinya di depan cermin besarnya dengan bangga atas keberhasilannya mendapatkan segalanya, termasuk tunangan Kiara.
"Kiara... Kiara, apapun milikmu pasti akan menjadi milikku." Denia memutar pandangannya pada foto Jino bersama Kiara.
Dengan perasaan bencinya, Denia merobek foto Kiara. Dan kini hanya tertinggal bagian Jino yang sedang tersenyum.
"Wanita bodoh seperti Kiara tidak akan pernah mendapatkan pria sesempurna, Jino," tambah Denia dengan sinis.
Denia masih terfokus pada sobekan foto yang masih berada di tangannya. Tanpa sadar, tangan kekar seseorang telah melingkar kuat di pinggang Denia.
"Kenapa lama sekali?" tanya seseorang itu dalam pelukannya. Denia tidak merasa terkejut akan kedatangan pria misterius itu.
Denia tahu, jika itu adalah Jino. Karena rayuan dari Denia. Jino sudah lama menjalani hubungan dengan Denia di belakang Kiara.
"Sayang, sebentar lagi aku akan keluar. Kamu aja yang nggak sabaran," balas Denia dengan manja.
Jino langsung memutar tubuh Denia menghadap dirinya dengan cepat. Hingga tubuh Denia hampir saja terhuyung. Untung saja, tangan kekar Jino sigap menahan pinggangnya.
"Nakal." Denia langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Jino, sembari memiringkan wajahnya.
Jino tersenyum miring. Tubuh Denia semakin Jino dekatkan pada tubuhnya.
"Jika, Kiara mau melayaniku. Pasti aku tidak akan pernah menghianatinya seperti ini," kata Jino semakin memajukan wajahnya.
"Sudah, lupakan wanita itu, Sayang. Kita hanya perlu memikirkan pernikahan kita," balas Denia sembari memainkan satu jarinya di bibir Jino.
Jino mengangguk. Hasratnya sebagai seorang pria sudah tidak bisa ia tahan, saat melihat wanita seagresif Denia.
Ketika Jino ingin meraih bibir Denia. Denia langsung menghentikan dengan menempelkan satu jarinya di depan bibir Jino.
"Nanti saja, Sayang. Kita harus datang keacara tuan Ken," ucap Denia. Dengan terpaksa, Jino mengiyakan perkataan Denia.
Karena lewat acara Ken nantinya. Jino bisa mendapatkan kenalan bisnis yang jauh lebih besar dari sekarang. Dan Jino tahu kesempatan tidak akan datang dua kali padanya.
Jika bukan dari Denia. Jino juga bisa mendapatkan dari wanita lain. Pikir Jino.
"Oke, Sayang," jawab Jino.
Kiara masih menatap ragu pada baju yang Kiara kenakan. Semua pakaian yang diberikan Ken selalu terbuka. Entah memang selera Ken seperti ini. Atau memang Ken adalah pria mesum.
"Aku mau ganti. Aku bisa masuk angin kalau bajuku seperti ini," seloroh Kiara. Kiara langsung menyilangkan tangannya kedepan.
Para pekerja butik profesional yang memang didatangkan Ken khusus untuk Kiara itu sedikit tertawa dengan tingkah konyol Kiara.
Baru kali ini mereka menemui pelanggannya yang tidak suka memamerkan asetnya. Bahkan tidak suka memakai riasan yang berlebihan.
"Nona, tuan Ken selalu menyukai style wanitanya seperti ini. Kami ti--" belum sempat salah satu dari mereka menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba Ken masuk kedalam kamar yang memang khusus untuk Kiara itu.
"Ada apa?" tanya Ken datar. Seluruh pandangan langsung menuju kearah pria gagah dengan setelan jas hitam yang sangat cocok di tubuh Ken.
Begitupula dengan Kiara. Kiara seakan terhipnotis dengan ketampanan yang dimiliki Ken. Dipersekian detik bahkan netra Kiara berat untuk berkedib.
Sampai akhirnya Ken menanyakan kembali pertanyaannya, Kiara baru sadar jika Ken sedang menanyakan sesuatu padanya.
"Ada apa?" tanya Ken kembali sembari berdiri di depan pintu kamar.
Seluruh pegawai butik itu menunduk. Pandangan yang tadi ikut terpaku sejenak karena ketampanan Ken kini mereka malah menjadi ketakutan.
"Nona Kiara tidak menyukai dress yang sekarang nona pakai, Tuan," jelas salah satu dari mereka dengan suara bergetar.
Ken yang mendengar itu pun langsung menatap tajam kearah Kiara. Wajah Ken masih belum ada perubahan. Masih datar tanpa ekpresi menatap Kiara.
Kiara yang merasa dirinya sedang diawasi. Kiara langsung mengulas leher belakangnya. Tatapan Ken sungguh membuat bulu guduk Kiara merinding.
Lebih dari sekedar ditatap hantu. Ken lebih seram dari segala hantu di dunia ini, menurut Kiara.
"Aku ingin ganti, Tuan. Baju ini terlalu terbuka," keluh Kiara lagi. Ken masih menatap Kiara tanpa ekpresi apapun.
Ken menaik-turunkan bola mata hitamnya. Ken baru pertama kali terpesona dengan penampilan wanita. Dan itu jatuh pada Kiara. Wanita yang tidak pernah masuk dalam kriteria selera wanitanya.
Ken mengernyitkan matanya saat melihat kedua tangan Kiara masih menyilang, menutupi asetnya terlihat terbuka.
"Lepas tanganmu," perintah Ken. Kiara yang mendengar itu pun langsung membulatkan matanya.
Mana bisa Kiara melepaskan tangannya yang Kiara pasang sebagai perisai dirinya. Kiara tidak menyukai lekuk tubuhnya dilihat oleh pria lain kecuali suaminya kelak.
Kiara menggeleng cepat. Kiara tidak akan mau menuruti pria di depannya itu.
"Tidak mau."
Ken semakin tersenyum licik. Baru kali ini perintahnya ditolak oleh wanita yang dia beli.
"Siapkan baju yang lebih seksi dari ini," perintah itu semakin membuat Kiara berlumuran keringat dingin. Pria dingin itu benar-benar membuat Kiara melepaskan prinsip hidupnya.
"Bai--baik, baik. Aku akan menurut." Kiara langsung melepas kedua tangannya yang menyilang dengan perlahan.
Kedua mata Ken masih menatap Kiara tanpa arti. Ken merasa senang hanya karena Kiara patuh terhadapnya.
Ken merasa aneh dengan hatinya. Tapi, Ken berpikir mungkin hanya perasaan kasihan saja terhadap nona dari keluarga Mauren itu.
Kiara menundukkan wajahnya. Kiara benar-benar seperti wanita murahan di depan Ken.
"Angkat kepalamu. Aku tidak sedang membeli boneka. Kamu telah menjadi milikku. Seluruh tubuhmu juga milikku," tandas Ken.
Kiara langsung menurut. Memang seluruh perkataan Ken adalah benar. Hanya karena dirinya. Ken membuang uang yang tidak mungkin Kiara dapatkan dengan waktu singkat.
Ken menatap kesal dengan tubuh Kiara yang nampak sangat menggoda dirinya, apalagi saat mata pria lain yang nantinya akan melihat Kiara di pesta.
Belum sempat Ken menikmati tubuh Kiara melalui tatapan mata tajam Ken. Tiba-tiba suara David terdengar dari arah luar kamar. Membuat Ken memicingkan matanya kearah Kiara.
"Bos Ken. Tuan besar memberi kabar. Mereka sudah berada di sana." Suara David muncul tiba-tiba.
"Hm. Kamu jangan masuk. Tetap di sana," jawab Ken.
"Baik, Bos." David menggaruk kepala belakangnya saat bosnya melarangnya untuk masuk.
Tidak seperti biasanya.
David selalu diberi akses untuk masuk ke kamar Ken, meskipun bosnya sedang melakukan pergulatan panas dengan para wanita Ken.
Dan kali ini bos Ken melarang David untuk masuk? memang ada apa di dalam sana? Pertanyaan itu membuat David sangat bertanya-bertanya.
"Cepat ganti bajunya. Sesuai dengang keingan dia. Jangan pakai yang seperti ini lagi."
Ken mengibaskan jas hitamnya lalu pergi meninggalkan Kiara dan para pegawai butik yang masih ternganga dengan perintah pria tampan itu.
"Apa aku tidak salah dengar?"
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas