Home / Romansa / Young Single Mom / Execution part 1

Share

Execution part 1

Author: Meybutjuly
last update Last Updated: 2021-06-16 00:01:05

Sore harinya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Lula segera keluar dari gedung kantornya yang megah itu dan pulang kekosan. Karena paginya ia telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari kampung halamannya dan langsung bekerja tanpa istirahat, rasanya badan begitu lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.

Ceklek!

Lula membuka pintu kamarnya pelan dan langsung masuk kekamar mandi bermaksud untuk membersihkan tubuh. Tak sabar untuk segera menikmati guyuran air yang terasa begitu segar menerpa tubuh lelahnya.

Setelah cukup lama menghabiskan waktu dikamar mandi, Lula kemudian merebahkan tubuhnya keatas ranjang sambil memerhatikan layar ponselnya yang terlihat ada beberapa notifikasi masuk yang belum sempat ia baca.

Lula melihat satu persatu notifikasi tersebut dan kedua matanya terfokus pada satu pesan dari Langit. Ia mengirimkan sebuah screenshoot foto bukti nomor resi dari ekspedisi yang ia pakai untuk mengirim paketnya ke alamat Lula.

"Itu nomor resi, paketnya sudah dalam perjalanan menuju alamatmu. Kalau paketnya sudah kamu terima segera hubungi aku ya La!" ~Langit

"Oke." ~ Lula

Lula panik melihat pesan dari Langit. Badannya tiba-tiba terasa sangat panas hingga keringatnya bercucuran.

Lula segera mencari nomor Jaka dalam daftar kontak yang ada dalam ponselnya. Untuk kemudian ia forward pesan dan gambar dari Langit yang ia kirimkan padanya. Agar bisa ia kirimkan kembali pada Jaka.

"Baik, terimakasih Mba Lula. Saya dan tim akan segera memantau ke kantor ekspedisinya dan menunggu kedatangan paketnya disana untuk melihat dan memastikan isi paket tersebut." ~Jaka

"Iya, sama-sama Mas." ~Lula

Lula merasa gelisah memikirkan proses jalannya eksekusi itu hingga sulit untuk memejamkan kedua matanya meski malam semakin larut. Padahal sebelum membuka pesan dari Langit ia sudah merasa lelah dan sangat ngantuk.

***

Hari-hari ia jalani seperti biasa sembari menunggu datangnya paket itu. Hingga tak terasa sudah tiba dihari liburnya bersamaan dengan kedatangan paket milik Langit.

Hari itu Lula bangun lebih pagi dari hari biasanya karena memang dari semalam ia nyaris tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia gelisah memikirkan hari yang akan ia lalui.

Drrrrt. Drrrrrt. Drrrrrrt.

Terlihat ada panggilan masuk dilayar ponselnya yang tak lain adalah panggilan dari Jaka, ia segera menerima panggilan tersebut. Berharap mendapatkan kabar selanjutnya untuk penanganan kasusnya.

"Hallo Mba Lula?" sapa nya ramah dari sebrang panggilan.

"Iya hallo Mas, gimana?" jawabnya tanpa basa-basi. Lula ingin segera mendengar informasi terbaru.

"Mba Lula sedang ada dimana?" tanyanya.

"Saya dikos Mas." jawabnya singkat.

"Sebentar lagi ketemu bisa Mba? didekat kos Mba Lula saja." tanya Jaka dengan nada pelan.

"Oh iya, bi- bisa Mas." jawabnya terbata. Lula yang belum bangun dari tempat tidurnya terkejut mendengar Jaka yang meminta bertemu dengannya.

"Saya dan tim akan segera menuju area kos Mba Lula, mungkin sekitar 15 menitan kita sampai. Sekarang Mba Lula siap-siap ya!" tuturnya memberitahukan tujuannya.

"Baik Mas." Lula segera mengakhiri panggilannya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Kali ini ritualnya lebih cepat dari biasanya.

Tak lama kemudian, ia sudah selesai bersiap-siap dan menunggu info dari Jaka. Tangannya memegang erat ponselnya, menunggu dengan gelisah telpon dari Jaka.

Selang beberapa menit akhirnya Jaka kembali menghubunginya.

"Hallo Mba, kami sudah sampai didekat kos Mba Lula. Kami tunggu diwarung kopi area kiri dari kos Mba Lula ya?" jelasnya.

"Baik Mas, tunggu sebentar saya akan segera kesana." jawabnya cepat. Ia mempercepat gerakannya untuk segera keluar dari kamar kosnya.

Lula segera pergi ketempat yang Jaka maksud. Lokasinya yang sangat dekat, membuat Jaka dan timnya tak perlu menunggu terlalu lama. Sesampainya disana, terlihat ada 5 lelaki yang sedang duduk disalah satu meja yang ada didalam warung tersebut.

Setelah menyadari kedatangan Lula, mereka segera menyambutnya dengan ramah. Lula menghampiri mereka dan menjabat tangan mereka satu persatu lalu mereka mempersilahkannya untuk duduk.

Salah satu dari mereka memesankan Lula minuman dan beberapa cemilan untuk menemani perbincangan mereka. Mereka juga menawarkan untuk sarapan mengetahui pagi itu Lula belum sarapan. Namun, ia menolaknya dengan sopan. Bagaimana bisa ia memiliki nafsu makan dalam kondisi gelisah seperti itu.

"Mba Lula, paketnya sudah sampai dan sudah kami ambil dari kantor ekspedisi. Nanti Mba Lula bawa paketnya dan hubungi Langit untuk segera mengambilnya dikosan Mba. Kami akan mengawasi dari sini, suruh Langit untuk datang cepat dengan alasan Mba Lula akan segera pulang kerumah. Hari ini Mba Lula libur kerja kan? bilang saja Mba Lula akan pulang kampung." jelas Jaka padanya. Sepertinya ia sudah diskusi dengan timnya sebelum datang menemui Lula.

"Baik Mas." Lula hanya bisa mengiyakan intruksi yang Jaka dan timnya berikan padanya. Ia benar-benar kuwalahan menghadapi kegelisahannya.

"Biasanya berapa lama perjalanan dari rumahnya sampai kekosan Mba Lula?" tanya Jaka.

"Sekitar 30 menitan Mas, kadang malah bisa lebih." jawabnya jujur. Ia terlihat mengingat-ingat memori yang ada dalam pikirannya.

"Baik Mba. Nanti beritahu kami ciri-cirinya ya! Misalnya dia pakai baju dan celana warna apa agar kita bisa lebih mudah menemukannya. Setelah Langit keluar dari kos Mba Lula, kami akan segera mengejarnya dan menangkapnya diperjalanannya menuju kerumahnya agar Mba Lula bersih dan tidak terlibat dalam eksekusi ini." Jelasnya.

Jaka dan teman-temannya melanjutkan perbincangan mereka untuk memastikan jalannya eksekusi hari ini dengan serius. Lula pun hanya memperhatikan perbincangan mereka sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang mereka lontarkan padanya.

Setelah cukup lama mereka berbincang, mereka terlihat cukup siap untuk memulai aksinya. Jaka pun memberi instruksi kepada timnya untuk segera bergerak dan dibagi dibeberapa tempat disekitar kos Lula untuk berpencar dan mengintai area kosnya.

"Mba Lula sekarang kirimlah pesan untuk Langit! dan nanti saat bertemu dengan Langit, tetaplah bersikap tenang seperti biasa agar dia tidak curiga. Saya tahu Mba Lula terlihat sangat tegang sekarang." pinta Jaka sambil memperhatikan raut wajah Lula yang terlihat takut.

Lula mengiyakannya hanya dengan anggukan kepala, dan mulai mengetikkan beberapa huruf dilayar ponselnya.

"Paketnya sudah sampai. cepatlah ambil! hari ini aku tidak punya banyak waktu untuk menunggumu karena aku akan pulang kerumah." ~Lula

"Baiklah, Aku akan sampai kosmu sekitar 30 menitan, tunggulah sebentar! aku berangkat sekarang." ~Langit

Lula memberitahukan pada Jaka dan timnya bahwa Langit akan sampai dalam waktu 30 menit. Jaka dan timnya segera berpencar menuju posisi masing-masing dan tak lupa untuk menyuruh Lula segera kembali kekosannya.

Saat menaiki anak tangga kosnya. Terdengar suara seseorang memanggil namanya. Detak jantungnya berirama lebih cepat dari biasanya. Lula pun sedikit terkejut dan mencari kearah sumber suara tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Young Single Mom   Last but not least

    Lula menjalani hidup selama 4 tahun terakhir ini seorang diri tanpa Ben. Ia membesarkan Raden dengan tangannya sendiri. 4 tahun sudah ia melewati semuanya. Ini adalah waktunya Raden masuk ke sekolah."Om? ada berapa uangku sekarang?" Waktunya untuk Lula menarik seluruh investasinya."Sekitar 20 milyar La." ya, investasi yang telah ia diamkan selama 4 tahun itu kini sudah terkumpul sebanyak itu.Hari ini dia datang kekantor tempat Om Dul bekerja untuk mencairkan uangnya. Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Detik ini juga ia berubah menjadi seorang milyarder.Lula sangat senang karena akhirnya ia siap memasukkan Raden disekolah International terbaik di kotanya. Cita-cita yang selama ini ia impikan, akhirnya berhasil ia wujudkan.Perhitungannya sangat tepat, tanpa meleset sedikitpun. Meskipun selama 4 tahun ini ia hidup dalam kesederhanaan. Selalu menerima hinaan dari keluarga Jaka, tapi kini akhirnya ia bisa terlepas dari sem

  • Young Single Mom   No regrets

    Raden tertidur dalam pangkuan Ben dengan sangat nyenyak. Ia mungkin lelah hingga membuatnya tertidur di pangkuannya."Gua balik dulu ya?" Ben pamit pada Lula setelah meletakkan Raden ditempat tidurnya."Iya. Makasih ya Ben." Ben mengusap ujung kepala Lula dengan lembut, ia kemudian berjalan keluar dari kamar Lula."Langsung balik ke kota? gak tidur dirumah?" Ibu berjalan menghampirinya."Iya Buk. Besok pagi saya harus terbang ke Jakarta." Ben mencium tangan Ibu kemudian berjalan keluar dari rumah Lula. Lula pun berjalan mengikutinya dari belakang."Oh gitu? ya udah hati-hati. Makasih banyak ya Le." Ibu menepuk pundak Ben dua kali, mengungkapkan rasa terima kasihnya secara tidak langsung."Berapa lama di Tambun?" Lula memasukkan kepalanya ke pintu mobil Ben yang kacanya masih terbuka."Kenapa? gak mau lama-lama pisah ama gua ya? hahaha." Lula mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Ben. Ben pun mengusap waja

  • Young Single Mom   Father figure

    Lula mengerjapkan matanya perlahan, masih menyipitkan matanya menyesuaikan biasnya pantulan sinar matahari yang masuk kedalam kamar Ben. Ia tersenyum saat melihat Ben sedang memperhatikan wajahnya dari dekat."Bangun yuk! sarapan." Ben mengusap wajah Lula pelan. Membuat Lula menyunggingkan senyuman dan segera beranjak dari tempatnya."Gua pengen makan gudeg!" Lula berjalan menjauh dari tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Ben begitu saja.Sesaat kemudian, ia keluar dari kamar mandi dan segera berjalan ke dapur karena sudah tak melihat keberadaan Ben dikamarnya."Nih diminum!" Ben memberikan segelas susu untuk Lula. Ia kemudian duduk didepan Ben.Tak lama kemudian, terdengar suara bel pintu rumah berbunyi."Bentar gua ambilin makannya dulu." Ben bergegas berjalan ke pintu untuk menerima kiriman makanan yang ia pesan.Sedangkan Lula sudah menyiapkan piring untuk tempat mereka makan. Ben mel

  • Young Single Mom   Yes

    "Ayo sekarang makan!" Ben menarik nafasnya panjang, mencoba menahan emosi dan perasaannya yang sedang campur aduk. Ia juga tak sanggup melihat wajah Lula yang terlihat pucat. Sedangkan Lula terus menangis dan menggelengkan kepalanya, menolak ajakannya.Ben beranjak dari duduknya, ia berdiri dan hendak melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar meninggalkan Lula. Namun Lula segera memegang tangannya erat."Jangan seperti itu." Lula kemudian berdiri dibelakang tubuh Ben dan semakin mengeratkan tangannya. Ben hanya terdiam tak bergeming dari tempatnya."Gua ngandelin lu banget. Gua jadi makin kuat karna lu. Gua gak takut apapun saat memikirkan ada lu dibelakang gua. Gua salah, gua gak akan kayak gitu lagi. Jadi, jangan pernah pergi tanpa bilang apapun sama gua. Sejak Raden hadir, ditinggalkan adalah hal yang paling menakutkan buat gua." Tangis Lula makin pecah, ia membenamkan wajahnya di punggung Ben."Kalau gitu, lu mau makan sekarang?" Be

  • Young Single Mom   Police station

    Lula mengeluarkan SIM dan STNK nya dari dalam dompetnya. Ia kemudian menyerahkannya pada polisi yang menilangnya."Mba tahu apa kesalahannya?" polisi itu menyimpan surat-surat kendaraan Lula."Tau Pak." Lula menganggukkan kepalanya."Mau bayar denda sekarang apa sidang?" polisi itu bertanya tanpa basa basi lagi."Sidang aja Pak." Lula yang saat ini keadaannya sudah kacau, memutuskan untuk menyerah. Ia pasrah, mungkin ia memang tidak ditakdirkan untuk bertemu dengan Ben pikirnya."Ya udah kalau gitu ikut saya kekantor sekarang!" Lula terpaksa mengikuti polisi itu dari belakang karena surat surat kendaraannya sudah ditahan.Lula memasuki kantor kepolisian dengan motor bututnya. Ia kemudian memarkirkannya disebelah motor polisi yang tadi membawanya. Ia melepas jas hujannya yang sama sekali tak melindungi tubuhnya dari guyuran air hujan. Seluruh badannya basah kuyup, ia kedinginan. Sebagian rambutnya juga basah, hanya bag

  • Young Single Mom   Being normal?

    Setelah kepulangan Tante Nda sekeluarga, Lula terlihat bersantai di sofa empuk yang ada didepan tv dengan sangat nyaman. Ditambah malam itu Raden sudah tidur, mungkin karena lelah seharian bermain bersama yang lain."La! anterin makan buat Ben sana!" Ibu menghampirinya, ia memberikan 1 kotak makan berukiran besar padanya."Aaah malas Bu!" Lula membalikkan badannya, ia menyembunyikan wajahnya."Cepetan sana! kasian dari tadi dia belum makan." Lula seketika beranjak, ia tiba-tiba ingat seharian Ben belum makan. Ia meraih makanan itu dari tangan Ibu dan berjalan keluar dari rumahnya.Lula masih berdiri didepan pintu, ia terlihat ragu-ragu untuk mengetuk pintu rumah Ben.Tok! Tok! Tok!Tak ada sahutan sama sekali, Lula kemudian mencoba untuk membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Ia hanya memasukkan kepalanya saja dan kemudian mengedarkan pandangannya kedalam rumah Ben yang masih tampak gelap itu.Brak!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status