Sore harinya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Lula segera keluar dari gedung kantornya yang megah itu dan pulang kekosan. Karena paginya ia telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari kampung halamannya dan langsung bekerja tanpa istirahat, rasanya badan begitu lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
Ceklek!Lula membuka pintu kamarnya pelan dan langsung masuk kekamar mandi bermaksud untuk membersihkan tubuh. Tak sabar untuk segera menikmati guyuran air yang terasa begitu segar menerpa tubuh lelahnya.Setelah cukup lama menghabiskan waktu dikamar mandi, Lula kemudian merebahkan tubuhnya keatas ranjang sambil memerhatikan layar ponselnya yang terlihat ada beberapa notifikasi masuk yang belum sempat ia baca.Lula melihat satu persatu notifikasi tersebut dan kedua matanya terfokus pada satu pesan dari Langit. Ia mengirimkan sebuah screenshoot foto bukti nomor resi dari ekspedisi yang ia pakai untuk mengirim paketnya ke alamat Lula."Itu nomor resi, paketnya sudah dalam perjalanan menuju alamatmu. Kalau paketnya sudah kamu terima segera hubungi aku ya La!" ~Langit"Oke." ~ LulaLula panik melihat pesan dari Langit. Badannya tiba-tiba terasa sangat panas hingga keringatnya bercucuran.Lula segera mencari nomor Jaka dalam daftar kontak yang ada dalam ponselnya. Untuk kemudian ia forward pesan dan gambar dari Langit yang ia kirimkan padanya. Agar bisa ia kirimkan kembali pada Jaka."Baik, terimakasih Mba Lula. Saya dan tim akan segera memantau ke kantor ekspedisinya dan menunggu kedatangan paketnya disana untuk melihat dan memastikan isi paket tersebut." ~Jaka"Iya, sama-sama Mas." ~LulaLula merasa gelisah memikirkan proses jalannya eksekusi itu hingga sulit untuk memejamkan kedua matanya meski malam semakin larut. Padahal sebelum membuka pesan dari Langit ia sudah merasa lelah dan sangat ngantuk.***Hari-hari ia jalani seperti biasa sembari menunggu datangnya paket itu. Hingga tak terasa sudah tiba dihari liburnya bersamaan dengan kedatangan paket milik Langit.Hari itu Lula bangun lebih pagi dari hari biasanya karena memang dari semalam ia nyaris tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia gelisah memikirkan hari yang akan ia lalui.Drrrrt. Drrrrrt. Drrrrrrt.Terlihat ada panggilan masuk dilayar ponselnya yang tak lain adalah panggilan dari Jaka, ia segera menerima panggilan tersebut. Berharap mendapatkan kabar selanjutnya untuk penanganan kasusnya."Hallo Mba Lula?" sapa nya ramah dari sebrang panggilan."Iya hallo Mas, gimana?" jawabnya tanpa basa-basi. Lula ingin segera mendengar informasi terbaru."Mba Lula sedang ada dimana?" tanyanya."Saya dikos Mas." jawabnya singkat."Sebentar lagi ketemu bisa Mba? didekat kos Mba Lula saja." tanya Jaka dengan nada pelan."Oh iya, bi- bisa Mas." jawabnya terbata. Lula yang belum bangun dari tempat tidurnya terkejut mendengar Jaka yang meminta bertemu dengannya."Saya dan tim akan segera menuju area kos Mba Lula, mungkin sekitar 15 menitan kita sampai. Sekarang Mba Lula siap-siap ya!" tuturnya memberitahukan tujuannya."Baik Mas." Lula segera mengakhiri panggilannya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Kali ini ritualnya lebih cepat dari biasanya.Tak lama kemudian, ia sudah selesai bersiap-siap dan menunggu info dari Jaka. Tangannya memegang erat ponselnya, menunggu dengan gelisah telpon dari Jaka.Selang beberapa menit akhirnya Jaka kembali menghubunginya."Hallo Mba, kami sudah sampai didekat kos Mba Lula. Kami tunggu diwarung kopi area kiri dari kos Mba Lula ya?" jelasnya."Baik Mas, tunggu sebentar saya akan segera kesana." jawabnya cepat. Ia mempercepat gerakannya untuk segera keluar dari kamar kosnya.Lula segera pergi ketempat yang Jaka maksud. Lokasinya yang sangat dekat, membuat Jaka dan timnya tak perlu menunggu terlalu lama. Sesampainya disana, terlihat ada 5 lelaki yang sedang duduk disalah satu meja yang ada didalam warung tersebut.Setelah menyadari kedatangan Lula, mereka segera menyambutnya dengan ramah. Lula menghampiri mereka dan menjabat tangan mereka satu persatu lalu mereka mempersilahkannya untuk duduk.Salah satu dari mereka memesankan Lula minuman dan beberapa cemilan untuk menemani perbincangan mereka. Mereka juga menawarkan untuk sarapan mengetahui pagi itu Lula belum sarapan. Namun, ia menolaknya dengan sopan. Bagaimana bisa ia memiliki nafsu makan dalam kondisi gelisah seperti itu."Mba Lula, paketnya sudah sampai dan sudah kami ambil dari kantor ekspedisi. Nanti Mba Lula bawa paketnya dan hubungi Langit untuk segera mengambilnya dikosan Mba. Kami akan mengawasi dari sini, suruh Langit untuk datang cepat dengan alasan Mba Lula akan segera pulang kerumah. Hari ini Mba Lula libur kerja kan? bilang saja Mba Lula akan pulang kampung." jelas Jaka padanya. Sepertinya ia sudah diskusi dengan timnya sebelum datang menemui Lula."Baik Mas." Lula hanya bisa mengiyakan intruksi yang Jaka dan timnya berikan padanya. Ia benar-benar kuwalahan menghadapi kegelisahannya."Biasanya berapa lama perjalanan dari rumahnya sampai kekosan Mba Lula?" tanya Jaka."Sekitar 30 menitan Mas, kadang malah bisa lebih." jawabnya jujur. Ia terlihat mengingat-ingat memori yang ada dalam pikirannya."Baik Mba. Nanti beritahu kami ciri-cirinya ya! Misalnya dia pakai baju dan celana warna apa agar kita bisa lebih mudah menemukannya. Setelah Langit keluar dari kos Mba Lula, kami akan segera mengejarnya dan menangkapnya diperjalanannya menuju kerumahnya agar Mba Lula bersih dan tidak terlibat dalam eksekusi ini." Jelasnya.Jaka dan teman-temannya melanjutkan perbincangan mereka untuk memastikan jalannya eksekusi hari ini dengan serius. Lula pun hanya memperhatikan perbincangan mereka sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang mereka lontarkan padanya.Setelah cukup lama mereka berbincang, mereka terlihat cukup siap untuk memulai aksinya. Jaka pun memberi instruksi kepada timnya untuk segera bergerak dan dibagi dibeberapa tempat disekitar kos Lula untuk berpencar dan mengintai area kosnya."Mba Lula sekarang kirimlah pesan untuk Langit! dan nanti saat bertemu dengan Langit, tetaplah bersikap tenang seperti biasa agar dia tidak curiga. Saya tahu Mba Lula terlihat sangat tegang sekarang." pinta Jaka sambil memperhatikan raut wajah Lula yang terlihat takut.Lula mengiyakannya hanya dengan anggukan kepala, dan mulai mengetikkan beberapa huruf dilayar ponselnya."Paketnya sudah sampai. cepatlah ambil! hari ini aku tidak punya banyak waktu untuk menunggumu karena aku akan pulang kerumah." ~Lula"Baiklah, Aku akan sampai kosmu sekitar 30 menitan, tunggulah sebentar! aku berangkat sekarang." ~LangitLula memberitahukan pada Jaka dan timnya bahwa Langit akan sampai dalam waktu 30 menit. Jaka dan timnya segera berpencar menuju posisi masing-masing dan tak lupa untuk menyuruh Lula segera kembali kekosannya.Saat menaiki anak tangga kosnya. Terdengar suara seseorang memanggil namanya. Detak jantungnya berirama lebih cepat dari biasanya. Lula pun sedikit terkejut dan mencari kearah sumber suara tersebut.Lula menoleh kekanan dan kekiri mencari sumber suara tersebut. Ia membuang nafas lega setelah menemukan sumber suara tersebut. Ia melihat seorang wanita tengah sibuk menjemur pakaian dibalkon lantai 2 kosnya dan tersenyum kearah Lula dengan memanggil namanya berulang-ulang. Wanita itu tak lain adalah Risti teman kos Lula sekaligus teman kuliahnya."Dari mana La?" tanyanya dengan senyuman yang lebar."Tuh dari warung kopi dibawah." jawabnya jujur sambil menggerakkan jari telunjuknya ke bawah."Kok gak ngajak-ngajak sih. Perutku kosong pengen yang anget-anget juga." ia terlihat mengerucutkan bibirnya menunjukkan rasa kecewa dan kesalnya."Yahh aku kan gatau. Lagipula aku tadi kesana ada urusan bertemu dengan Polisi yang akan mengurus kasus Langit." Jelas Lula padanya untuk mengurangi rasa kecewanya."Hah? memang kapan rencana eksekusinya?" tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya penuh penasaran. Ia tahu tentang masalah yang Lula
Lula mendengarkan suara wanita paruh baya itu setenang mungkin karena beliau bicara diiringi dengan isakan tangis yang terus menerus, membuat Lula ikut merasakan sakit dan kesedihan yang beliau rasakan saat ini.Andai saja Lula tega, ingin rasanya ia katakan semua kebenaran tentang kelakuan jahat anaknya yang telah dilakukannya pada dirinya. Namun, karena rasa kasihan yang Lula miliki. Ia lebih baik diam dan membiarkan kebenaran akan terungkap dengan sendirinya."Laaaa, kamu dimana Laaa?" tanyanya masih diikuti dengan isakan tangis."Gimana Bu, ada apa? Ibu kenapa nangis?" tanyanya pelan. Ia sangat khawatir dengan keadaannya."Langit lagi kena musibah Laaa." ia kembali menjawab dengan tangisan. Kali ini terdengar lebih kencang dari sebelumnya."Musibah? musibah apa Bu?" sahutnya. Lula tetap memastikan situasi yang terjadi."Langit ditangkap polisi tadi La. Dia tadi dari tempatmu kan?" tanyanya dengan nada sedih.
"Jaka." Lula bergumam saat mendapati panggilan dari Jaka pada layar ponselnya. Ia berniat untuk mengangkat panggilan teleponnya. Namun, sebelum sempat Ia angkat, tiba-tiba suara panggilan telepon dari Jaka sudah mati.Lula berniat untuk menghubunginya kembali namun ia urungkan karena Risti sudah selesai dengan persiapannya dan mengajaknya segera turun untuk makan."Ayo Laaa! buruan! malah bengong ih. Tinggal loh!" serunya sambil menutup pintu kamarnya dan beranjak menuruni anak tangga."Oh udaaah?" Lula terperanjak mendengar suara Risti, ia bergegas mengikuti langkah kaki Risti untuk turun kebawah.Mereka berjalan menyisiri jalanan sekitar kosan dan terhenti di salah satu Restaurant siap saji. Mereka memilih makanan siap saji karena rasa lapar yang sudah tidak bisa ditahan lagi dan tak mampu menunggu makanan yang diolah terlalu lama.Setelah memasuki Restaurant tersebut, mereka berdua mulai mengedarkan mata elangnya untuk mencar
"Ah itu anu, kayaknya malam ini aku numpang tidur dikamarmu boleh ya ya ya?" Pintanya dengan memasang raut wajah dan nada memelas."Lahh kenapa emangnya?" Tanya Risti penuh selidik."Jaka nyaranin aku buat ngungsi, takut komplotannya Langit melakukan tindakan yang tak diinginkan." jelasnya penuh penekanan. Ia tetap memberi Risti pengertian meski tahu sahabatnya itu pasti mengijinkannya tinggal."Ahh gitu yaa? jadi serem ya?" sahutnya dengan ekspresi wajah yang terlihat agak takut. Ia bergidik ngeri."Gimana? Boleh yaa Risti cantik ?" tanyanya sambil melemparkan senyuman termanisnya berharap Risti mengabulkan permintaannya."Iyaaa, ambilah tempat tidurku!" ucapnya pura-pura memasang wajah kesal.Mereka kembali kekos cukup larut karena keesokan harinya masih hari libur. Dikos, Lula langsung masuk kekamarnya terlebih dahulu untuk bersiap-siap sebelum akhirnya pergi kekamar Risti."Tidurlah diatas, ambil tempat
Pria itu tak lain adalah Jaka. Lula berjalan mendekat menghampiri mobil itu dengan diikuti Risti dibelakangnya setelah tahu siapa yang ada didalamnya."Mas Jaka, gimana mas? mau ngobrol dimana?" Lula langsung saja bertanya tanpa basa-basi. Rasa penasaran yang sudah membuncah tak dapat dibendung lagi."Masuklah kedalam mobil mba! kita ngobrol dijalan aja. Nanti saya akan jelaskan." Lula menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Jaka kepadanya meski sebenarnya dia heran. Sebelum masuk kedalam mobilnya, tak lupa ia berpamitan pada Risti terlebih dahulu. Disaat seperti ini Lula tak boleh kehilangan kewaspadaannya. Belajar dari pengalaman sebelumnya."Ris, fotoin plat mobilnya ya jangan lupa! do'akan aku baik-baik aja." Lula berbisik ke telinga Risti agar suaranya tak terdengar oleh Jaka. Jelas saja Lula merasakan keanehan, bukankah mereka tidak harus ngobrol dijalan ya? pikirnya."Okay sipp, hati-hati ya!" Risti mengacungkan salah satu jempol
Sontak Lula melihat ke sekelilingnya, matanya tertuju pada bangunan di sisi bagian kiri. Terlihat minimarket yang buka 24 jam disana."Mba Lula butuh sesuatu untuk dibeli?" Jaka menoleh ke arahnya dengan tangan kanan yang sudah memegang pintu mobil bersiap hendak membukanya."Gak ada mas." jawabnya singkat dan datar sambil menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri.Tak banyak bicara, Jaka menganggukkan kepala lengkap dengan senyum tipisnya terlihat sudah paham. Ia pun segera membuka pintu dan turun dari mobil menuju minimarket tersebut.Beberapa saat Lula menunggunya, Jaka terlihat keluar dari dalam minimarket dengan membawa dua kantung plastik yang cukup besar ditangan kanan dan kirinya. Ia mendudukkan badannya di kursi kemudi sebelum akhirnya meletakkan dua kantung plastik ditengah, antara tempat duduk Lula dan dirinya.Lula melirik kearah kantung plastik tersebut penasaran tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun."M
Jaka menjawab pertanyaan Lula dengan suara terbata sambil menggaruk bagian belakang kepalanya dan menengok ke sembarang arah terlihat bingung mencari alasan."Sebenarnya tadi saya panik pas baca pesan singkat dari mba Lula yang bilang sedang demam, selesai tugas saya langsung buru-buru datang kemari hehe""Lohh kok gitu? saya gak kenapa-kenapa kok mas, tadi saya kira ada hal penting yang mas Jaka mau sampaikan ke saya soal kasus kemaren. Duhh jadi merepotkan lagi kan." Lula menundukkan wajahnya dengan raut wajah menyesal."Gak papa mba, lagian tadi saya tugas dideket sini kok.""Tugas dimana mas? maaf merepotkan mas Jaka lagi.""Samasekali tidak merepotkan mba, tadi saya tugas jaga demo mahasiswa di kampus deket perempatan depan kok. deket kalau kesini." Jaka menyunggingkan kedua sudut bibirnya membentuk senyuman."Yasudah kalau gitu sekarang mba Lula istirahat lagi ya, kalau sudah melihat keadaan mba Lula langsung sa
Selesai mandi Lula segera mengambil beberapa makanan dan minuman untuk sarapan. Saat sedang sibuk bersiap-siap, tiba-tiba terdengar suara nada dering ponsel dari atas nakas."Jaka? Ngapain pagi-pagi telpon." Lula bergumam pelan sebelum menjawab panggilan suara dari Jaka."Hallo""Ya mas? gimana?""Mba Lula dimana?""Di kos ini mas, gimana?""Hari ini jadi pulang?""Jadi mas, ini lagi siap-siap.""Yasudah kalo gitu mba."Setelah panggilan dimatikan Lula curiga karena sepertinya suara ditelpon juga terdengar diluar kamar. Ia membuka pintu kamarnya pelan untuk melihat keluar kamar. Dan ternyata benar, Jaka sudah berdiri didepan kamarnya."Mas Jaka ngapain disini?" Lula sangat terkejut dan heran melihatnya ada didepan kamarnya."Mau nganter mba Lula pulang hehe." Dia menjawab pertanyaan Lula dengan begitu santai seperti tidak terjadi apa-apa."Haaahhh? gak