Share

Execution part 1

Sore harinya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Lula segera keluar dari gedung kantornya yang megah itu dan pulang kekosan. Karena paginya ia telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari kampung halamannya dan langsung bekerja tanpa istirahat, rasanya badan begitu lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.

Ceklek!

Lula membuka pintu kamarnya pelan dan langsung masuk kekamar mandi bermaksud untuk membersihkan tubuh. Tak sabar untuk segera menikmati guyuran air yang terasa begitu segar menerpa tubuh lelahnya.

Setelah cukup lama menghabiskan waktu dikamar mandi, Lula kemudian merebahkan tubuhnya keatas ranjang sambil memerhatikan layar ponselnya yang terlihat ada beberapa notifikasi masuk yang belum sempat ia baca.

Lula melihat satu persatu notifikasi tersebut dan kedua matanya terfokus pada satu pesan dari Langit. Ia mengirimkan sebuah screenshoot foto bukti nomor resi dari ekspedisi yang ia pakai untuk mengirim paketnya ke alamat Lula.

"Itu nomor resi, paketnya sudah dalam perjalanan menuju alamatmu. Kalau paketnya sudah kamu terima segera hubungi aku ya La!" ~Langit

"Oke." ~ Lula

Lula panik melihat pesan dari Langit. Badannya tiba-tiba terasa sangat panas hingga keringatnya bercucuran.

Lula segera mencari nomor Jaka dalam daftar kontak yang ada dalam ponselnya. Untuk kemudian ia forward pesan dan gambar dari Langit yang ia kirimkan padanya. Agar bisa ia kirimkan kembali pada Jaka.

"Baik, terimakasih Mba Lula. Saya dan tim akan segera memantau ke kantor ekspedisinya dan menunggu kedatangan paketnya disana untuk melihat dan memastikan isi paket tersebut." ~Jaka

"Iya, sama-sama Mas." ~Lula

Lula merasa gelisah memikirkan proses jalannya eksekusi itu hingga sulit untuk memejamkan kedua matanya meski malam semakin larut. Padahal sebelum membuka pesan dari Langit ia sudah merasa lelah dan sangat ngantuk.

***

Hari-hari ia jalani seperti biasa sembari menunggu datangnya paket itu. Hingga tak terasa sudah tiba dihari liburnya bersamaan dengan kedatangan paket milik Langit.

Hari itu Lula bangun lebih pagi dari hari biasanya karena memang dari semalam ia nyaris tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia gelisah memikirkan hari yang akan ia lalui.

Drrrrt. Drrrrrt. Drrrrrrt.

Terlihat ada panggilan masuk dilayar ponselnya yang tak lain adalah panggilan dari Jaka, ia segera menerima panggilan tersebut. Berharap mendapatkan kabar selanjutnya untuk penanganan kasusnya.

"Hallo Mba Lula?" sapa nya ramah dari sebrang panggilan.

"Iya hallo Mas, gimana?" jawabnya tanpa basa-basi. Lula ingin segera mendengar informasi terbaru.

"Mba Lula sedang ada dimana?" tanyanya.

"Saya dikos Mas." jawabnya singkat.

"Sebentar lagi ketemu bisa Mba? didekat kos Mba Lula saja." tanya Jaka dengan nada pelan.

"Oh iya, bi- bisa Mas." jawabnya terbata. Lula yang belum bangun dari tempat tidurnya terkejut mendengar Jaka yang meminta bertemu dengannya.

"Saya dan tim akan segera menuju area kos Mba Lula, mungkin sekitar 15 menitan kita sampai. Sekarang Mba Lula siap-siap ya!" tuturnya memberitahukan tujuannya.

"Baik Mas." Lula segera mengakhiri panggilannya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Kali ini ritualnya lebih cepat dari biasanya.

Tak lama kemudian, ia sudah selesai bersiap-siap dan menunggu info dari Jaka. Tangannya memegang erat ponselnya, menunggu dengan gelisah telpon dari Jaka.

Selang beberapa menit akhirnya Jaka kembali menghubunginya.

"Hallo Mba, kami sudah sampai didekat kos Mba Lula. Kami tunggu diwarung kopi area kiri dari kos Mba Lula ya?" jelasnya.

"Baik Mas, tunggu sebentar saya akan segera kesana." jawabnya cepat. Ia mempercepat gerakannya untuk segera keluar dari kamar kosnya.

Lula segera pergi ketempat yang Jaka maksud. Lokasinya yang sangat dekat, membuat Jaka dan timnya tak perlu menunggu terlalu lama. Sesampainya disana, terlihat ada 5 lelaki yang sedang duduk disalah satu meja yang ada didalam warung tersebut.

Setelah menyadari kedatangan Lula, mereka segera menyambutnya dengan ramah. Lula menghampiri mereka dan menjabat tangan mereka satu persatu lalu mereka mempersilahkannya untuk duduk.

Salah satu dari mereka memesankan Lula minuman dan beberapa cemilan untuk menemani perbincangan mereka. Mereka juga menawarkan untuk sarapan mengetahui pagi itu Lula belum sarapan. Namun, ia menolaknya dengan sopan. Bagaimana bisa ia memiliki nafsu makan dalam kondisi gelisah seperti itu.

"Mba Lula, paketnya sudah sampai dan sudah kami ambil dari kantor ekspedisi. Nanti Mba Lula bawa paketnya dan hubungi Langit untuk segera mengambilnya dikosan Mba. Kami akan mengawasi dari sini, suruh Langit untuk datang cepat dengan alasan Mba Lula akan segera pulang kerumah. Hari ini Mba Lula libur kerja kan? bilang saja Mba Lula akan pulang kampung." jelas Jaka padanya. Sepertinya ia sudah diskusi dengan timnya sebelum datang menemui Lula.

"Baik Mas." Lula hanya bisa mengiyakan intruksi yang Jaka dan timnya berikan padanya. Ia benar-benar kuwalahan menghadapi kegelisahannya.

"Biasanya berapa lama perjalanan dari rumahnya sampai kekosan Mba Lula?" tanya Jaka.

"Sekitar 30 menitan Mas, kadang malah bisa lebih." jawabnya jujur. Ia terlihat mengingat-ingat memori yang ada dalam pikirannya.

"Baik Mba. Nanti beritahu kami ciri-cirinya ya! Misalnya dia pakai baju dan celana warna apa agar kita bisa lebih mudah menemukannya. Setelah Langit keluar dari kos Mba Lula, kami akan segera mengejarnya dan menangkapnya diperjalanannya menuju kerumahnya agar Mba Lula bersih dan tidak terlibat dalam eksekusi ini." Jelasnya.

Jaka dan teman-temannya melanjutkan perbincangan mereka untuk memastikan jalannya eksekusi hari ini dengan serius. Lula pun hanya memperhatikan perbincangan mereka sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang mereka lontarkan padanya.

Setelah cukup lama mereka berbincang, mereka terlihat cukup siap untuk memulai aksinya. Jaka pun memberi instruksi kepada timnya untuk segera bergerak dan dibagi dibeberapa tempat disekitar kos Lula untuk berpencar dan mengintai area kosnya.

"Mba Lula sekarang kirimlah pesan untuk Langit! dan nanti saat bertemu dengan Langit, tetaplah bersikap tenang seperti biasa agar dia tidak curiga. Saya tahu Mba Lula terlihat sangat tegang sekarang." pinta Jaka sambil memperhatikan raut wajah Lula yang terlihat takut.

Lula mengiyakannya hanya dengan anggukan kepala, dan mulai mengetikkan beberapa huruf dilayar ponselnya.

"Paketnya sudah sampai. cepatlah ambil! hari ini aku tidak punya banyak waktu untuk menunggumu karena aku akan pulang kerumah." ~Lula

"Baiklah, Aku akan sampai kosmu sekitar 30 menitan, tunggulah sebentar! aku berangkat sekarang." ~Langit

Lula memberitahukan pada Jaka dan timnya bahwa Langit akan sampai dalam waktu 30 menit. Jaka dan timnya segera berpencar menuju posisi masing-masing dan tak lupa untuk menyuruh Lula segera kembali kekosannya.

Saat menaiki anak tangga kosnya. Terdengar suara seseorang memanggil namanya. Detak jantungnya berirama lebih cepat dari biasanya. Lula pun sedikit terkejut dan mencari kearah sumber suara tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status