"Jaka." Lula bergumam saat mendapati panggilan dari Jaka pada layar ponselnya. Ia berniat untuk mengangkat panggilan teleponnya. Namun, sebelum sempat Ia angkat, tiba-tiba suara panggilan telepon dari Jaka sudah mati.
Lula berniat untuk menghubunginya kembali namun ia urungkan karena Risti sudah selesai dengan persiapannya dan mengajaknya segera turun untuk makan."Ayo Laaa! buruan! malah bengong ih. Tinggal loh!" serunya sambil menutup pintu kamarnya dan beranjak menuruni anak tangga."Oh udaaah?" Lula terperanjak mendengar suara Risti, ia bergegas mengikuti langkah kaki Risti untuk turun kebawah.Mereka berjalan menyisiri jalanan sekitar kosan dan terhenti di salah satu Restaurant siap saji. Mereka memilih makanan siap saji karena rasa lapar yang sudah tidak bisa ditahan lagi dan tak mampu menunggu makanan yang diolah terlalu lama.Setelah memasuki Restaurant tersebut, mereka berdua mulai mengedarkan mata elangnya untuk mencar"Ah itu anu, kayaknya malam ini aku numpang tidur dikamarmu boleh ya ya ya?" Pintanya dengan memasang raut wajah dan nada memelas."Lahh kenapa emangnya?" Tanya Risti penuh selidik."Jaka nyaranin aku buat ngungsi, takut komplotannya Langit melakukan tindakan yang tak diinginkan." jelasnya penuh penekanan. Ia tetap memberi Risti pengertian meski tahu sahabatnya itu pasti mengijinkannya tinggal."Ahh gitu yaa? jadi serem ya?" sahutnya dengan ekspresi wajah yang terlihat agak takut. Ia bergidik ngeri."Gimana? Boleh yaa Risti cantik ?" tanyanya sambil melemparkan senyuman termanisnya berharap Risti mengabulkan permintaannya."Iyaaa, ambilah tempat tidurku!" ucapnya pura-pura memasang wajah kesal.Mereka kembali kekos cukup larut karena keesokan harinya masih hari libur. Dikos, Lula langsung masuk kekamarnya terlebih dahulu untuk bersiap-siap sebelum akhirnya pergi kekamar Risti."Tidurlah diatas, ambil tempat
Pria itu tak lain adalah Jaka. Lula berjalan mendekat menghampiri mobil itu dengan diikuti Risti dibelakangnya setelah tahu siapa yang ada didalamnya."Mas Jaka, gimana mas? mau ngobrol dimana?" Lula langsung saja bertanya tanpa basa-basi. Rasa penasaran yang sudah membuncah tak dapat dibendung lagi."Masuklah kedalam mobil mba! kita ngobrol dijalan aja. Nanti saya akan jelaskan." Lula menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Jaka kepadanya meski sebenarnya dia heran. Sebelum masuk kedalam mobilnya, tak lupa ia berpamitan pada Risti terlebih dahulu. Disaat seperti ini Lula tak boleh kehilangan kewaspadaannya. Belajar dari pengalaman sebelumnya."Ris, fotoin plat mobilnya ya jangan lupa! do'akan aku baik-baik aja." Lula berbisik ke telinga Risti agar suaranya tak terdengar oleh Jaka. Jelas saja Lula merasakan keanehan, bukankah mereka tidak harus ngobrol dijalan ya? pikirnya."Okay sipp, hati-hati ya!" Risti mengacungkan salah satu jempol
Sontak Lula melihat ke sekelilingnya, matanya tertuju pada bangunan di sisi bagian kiri. Terlihat minimarket yang buka 24 jam disana."Mba Lula butuh sesuatu untuk dibeli?" Jaka menoleh ke arahnya dengan tangan kanan yang sudah memegang pintu mobil bersiap hendak membukanya."Gak ada mas." jawabnya singkat dan datar sambil menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri.Tak banyak bicara, Jaka menganggukkan kepala lengkap dengan senyum tipisnya terlihat sudah paham. Ia pun segera membuka pintu dan turun dari mobil menuju minimarket tersebut.Beberapa saat Lula menunggunya, Jaka terlihat keluar dari dalam minimarket dengan membawa dua kantung plastik yang cukup besar ditangan kanan dan kirinya. Ia mendudukkan badannya di kursi kemudi sebelum akhirnya meletakkan dua kantung plastik ditengah, antara tempat duduk Lula dan dirinya.Lula melirik kearah kantung plastik tersebut penasaran tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun."M
Jaka menjawab pertanyaan Lula dengan suara terbata sambil menggaruk bagian belakang kepalanya dan menengok ke sembarang arah terlihat bingung mencari alasan."Sebenarnya tadi saya panik pas baca pesan singkat dari mba Lula yang bilang sedang demam, selesai tugas saya langsung buru-buru datang kemari hehe""Lohh kok gitu? saya gak kenapa-kenapa kok mas, tadi saya kira ada hal penting yang mas Jaka mau sampaikan ke saya soal kasus kemaren. Duhh jadi merepotkan lagi kan." Lula menundukkan wajahnya dengan raut wajah menyesal."Gak papa mba, lagian tadi saya tugas dideket sini kok.""Tugas dimana mas? maaf merepotkan mas Jaka lagi.""Samasekali tidak merepotkan mba, tadi saya tugas jaga demo mahasiswa di kampus deket perempatan depan kok. deket kalau kesini." Jaka menyunggingkan kedua sudut bibirnya membentuk senyuman."Yasudah kalau gitu sekarang mba Lula istirahat lagi ya, kalau sudah melihat keadaan mba Lula langsung sa
Selesai mandi Lula segera mengambil beberapa makanan dan minuman untuk sarapan. Saat sedang sibuk bersiap-siap, tiba-tiba terdengar suara nada dering ponsel dari atas nakas."Jaka? Ngapain pagi-pagi telpon." Lula bergumam pelan sebelum menjawab panggilan suara dari Jaka."Hallo""Ya mas? gimana?""Mba Lula dimana?""Di kos ini mas, gimana?""Hari ini jadi pulang?""Jadi mas, ini lagi siap-siap.""Yasudah kalo gitu mba."Setelah panggilan dimatikan Lula curiga karena sepertinya suara ditelpon juga terdengar diluar kamar. Ia membuka pintu kamarnya pelan untuk melihat keluar kamar. Dan ternyata benar, Jaka sudah berdiri didepan kamarnya."Mas Jaka ngapain disini?" Lula sangat terkejut dan heran melihatnya ada didepan kamarnya."Mau nganter mba Lula pulang hehe." Dia menjawab pertanyaan Lula dengan begitu santai seperti tidak terjadi apa-apa."Haaahhh? gak
"Hehe kok kesel sih deeek adeeek." Jaka mengusap-usap ujung kepala Lula dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya masih sibuk memegang kemudi membuat rambut Lula berantakan."Kamu pasti laper kan? Jadinya marah-marah terus, yok lah makan!" Tanpa aba-aba ia menepikan mobilnya didepan warung makan yang berada dipinggir jalan searah dengan jalan pulang. Ia memesankan 2 porsi makanan tanpa menawarinya terlebih dahulu."Ayo dimakan, ini enak!" Setelah makanan tersaji didepan meja, Jaka menyuruh Lula untuk menyantapnya. Ia pun sibuk memasukkan makanan kedalam mulutnya."Kenapa gak dimakan? masih kesel? Jangan marah dong deeek hehe.""Hiiihh tuh kaaan." Lula memasukkan makanan kedalam mulutnya karena merasa tidak betah dengan ledekan Jaka. Dan ternyata makanan yang Jaka pesan memang enak hingga tak terasa Lula telah menghabiskannya tanpa sisa sedikitpun."Sekarang percaya kan?""Percaya apa?""Percaya kalau aku baik sama kamu hehe. Ya
"Selamat datang." suara finger print yang Lula tekan berhasil mencuri perhatian bagi siapa saja yang mendengarnya. Semua orang yang sedang berada didalam ruangan itu seketika menatap kearahnya. Lula mematung, matanya melirik menyapu seisi ruangan."Telaaaaat lageeeeeee." Kebetulan sekali Lula berpapasan dengan pak Zack saat hendak beranjak dari tempatnya berdiri. Pak Zack berbicara sangat lantang sambil berlalu tanpa menatap Lula. Suaranya sungguh terdengar sangat lantang ditelinga, didalam ruangan yang cukup riuh oleh suara karyawan yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing itu suaranya tetap terdengar sangat nyaring ditelinga. Demi apapun Lula ingin menutup wajahnya dengan sesuatu karena malu. Lula melirik kearah meja teman-temannya. Mereka menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang sedang menertawakan Lula. Lula pun mempercepat langkah kakinya untuk menuju meja kerjanya, ingin segera terlepas dari tatapan-tatapan itu."Awaaaas ya kaliaaan!" L
Sore harinya"Dek menurut analisa dari timku, kayaknya yang semalem dateng ke kosmu itu anak komplotannya si Langit.""Loh kok? kenapa gitu?""Mereka dendam sama kamu, ya karena kemaren mereka terancam.""Kok jadi gini sih, aku kan gak salah.""Kamu ada komunikasi sama Langit gak kemaren-kemaren?""I-iya mas, aku sempet ketemu sama dia kemaren.""Nahh itu! mulai sekarang jangan lagi ketemu sama dia atau aku gak akan ketemu kamu lagi." Setelah mengucapkan kata-kata dengan nada yang sangat tegas, raut wajahnya berubah serius hingga terlihat kemerahan seperti marah. Ia diam dan menambah kecepatan laju mobilnya. Lula diam karena takut melihatnya.Saat sampai didepan kos, Lula merasa sangat lega dan cepat-cepat ingin turun dan keluar dari dalam mobil itu. Namun, saat hendak ingin membuka pintu mobilnya. Tiba-tiba tangan Jaka memegang lengan Lula erat."Dek, aku mohon jangan sampai ketemu La