Share

Get Into Mischief

CYRUS POV 

Dengan cepat ku lahap kue terenak yang pernah ku makan, tapi sangat disayangkan karena aku harus segera pergi dari toko kue bibi Selene.

FLASHBACK 

"Aku melihat kakak di kedai mengerikan malam itu dan-"

"Mau apa kau kesana?" anak sekecil dia untuk apa datang ke kedai semacam itu? Apa dia tidak tahu kalau isinya orang jahat semua?

"Dengarkan aku dulu. Aku kesana untuk mengirimkan pesanan pemilik kedai, bahkan aku tidak masuk ke dalam kedai. Kami bertemu di tepi jalan"

"Tapi tetap saja, jika kau melihatku masuk kesana berarti kau ada di luar rumah pada larut malam seperti itu? Kau ini seorang wanita, jadi jangan sembarangan pergi di tengah malam" omel ku membuatnya mengeluarkan ekspresi kesal.

"Jadi kakak mau mengomeli ku atau mendengar ucapanku? Pilihlah salah satu. Jika kakak mau mengomeli ku lebih baik aku pergi untuk mengantarkan pesanan lainnya, tapi kalau mau mendengarkan perkataan ku sebaiknya diamlah"

Saat ini mulut ku sangat ingin memarahi gadis di hadapan ku ini tapi mengetahui apa yang tidak ku ketahui lebih penting. Alhasil aku memilih untuk diam dan mendengarkan semua perkataannya dengan baik.

"Sebelum wanita itu bertemu dengan kakak, aku melihat seorang pria berbadan besar dengan tinggi semapai dan wajah tampan, tengah berbicara dengannya. Wajah wanita itu berubah semakin takut ketika pria itu menunjukkan botol kaca kecil berisi cairan bening di dalamnya"

"Botol apa itu?"

"Aku juga tidak tahu. Lalu pria itu mendorong wanita itu masuk kedalam untuk mendekati kakak. Dan setelah kakak mencampakkannya" Oh, aku tidak suka mendengarnya. "Aku masuk kedalam kamar dan berbicara dengannya sebelum pria besar itu datang"

"Kau bicara apa kepadanya?" tanyaku yang begitu penasaran.

"Aku tanya dia kenapa, dan apa alasannya di ikat seperti itu"

"Well, dia pantas mendapatkannya" 

Amaris memberikan tatapan jengkel kepadaku. "Dia bilang bahwa ia diculik oleh pria berbadan besar itu dari keluarganya. Jika wanita itu tidak menuruti perintahnya maka sang wanita akan di berikan cairan bening yang dapat membuat orang yang meminumnya seperti orang gila dalam sehari"

"Apa? Tunggu. Cairan apa yang dapat menimbulkan seseorang menjadi gila?"

Amaris menggelengkan kepalanya. "Dia bilang kalau pria bertubuh besar itu mendapatkan botolnya dari seseorang bernama Astuzia. Dia pria dari perbatasan"

FLASHBACK END

Astuzia sialan! Jika aku bertemu dengannya akan ku bunuh di tempat dia!

Tidak jera sama sekali. Setelah aku hampir membunuhnya 2 tahun yang lalu akibat perdagangan anak di negeri tetangga. Kini dengan beraninya ia memasuki wilayah ku dan menjual hal buruk yang tidak ku ketahui?

Kali ini aku tidak akan melepaskannya seperti 2 tahun yang lalu. Aku akan langsung membunuhnya di tempat.

Dengan penuh amarah aku berjalan keluar kedai tanpa memakai topi hingga semua orang yang menatap ku seketika membungkukkan tubuh mereka -memberi hormat kepadaku-.

"Aku juga melihat sikap buruk mu kepada kak Valerie tadi pagi melalui jendela kamar mu. Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan tapi aku tahu dengan pasti kalau kau menuduhnya melakukan hal yang tidak kau senangi. Ketika dia keluar dari ruangan mu, tubuhnya terlihat bergetar bahkan wajahnya begitu merah dan.. Dan aku melihatnya menangis. Aku tahu hubungan kalian sangat buruk sejak 5 tahun yang lalu, tapi menuduhnya untuk hal yang belum pasti kebenarannya.. Itu bukan Cyrus yang ku kenal"

Semua ucapan Amaris terus terulang di telingaku. Kini perhatian ku terbagi dua karenanya. Di satu sisi aku memikirkan penjahat bernama Astuzia dan di sisi lain aku memikirkan Valerie yang secara tidak adil telah ku perlakukan dengan kasar.

Semoga dia tidak mengutuk ku perihal itu.

Aku mengetahui keberadaan Astuzia. Akan lebih cepat jika mendatanginya dengan kuda kekar yang.. Wow, mataku cukup jeli untuk menemukan kuda hitam yang berdiri di ujung jalan.

Hanya dengan meninggalkan catatan di dekat pohon tempat kuda itu terikat sebelumnya, kini aku menunggangi kuda itu menuju tempat Astuzia.

Perjalanan cukup memakan waktu, tapi aku merasa tidak sabar untuk bertemu Astuzia dan memecahkan kepalanya itu bagaikan aku memecahkan buah semangka. Pria tidak tahu terimakasih. Sudah ku lepaskan, dia malah berulah di wilayah ku. Tidak akan ku maafkan!

******

"Hei, siapa ka- urgh" tendangan ku yang kuat mampu membuat penjaga -tempat persembunyian Astuzia- terpental hingga membuat pintu di belakangnya copot dari engselnya.

Astuzia terkejut melihatku. Dia berdiri dari duduknya dengan seputung rokok di mulutnya.

"L-lord.. Maksud ku.. Emperor"

"Kenapa? Kau terlihat gugup melihatku" senyuman sinis ku berikan kepadanya.

"E-emperor.. Emperor" dia terus melangkah mundur di kala aku melangkah maju.

Beberapa anak buahnya mencoba melawan ku untuk melindungi Astuzia, tapi percuma saja. Apa mereka tidak mengenal diriku? Setidaknya jika mereka tidak tahu aku emperor, akan lebih baik jika mereka mengenalku sebagai panglima besar tak terkalahkan. Itu lebih baik supaya mereka tidak berani melawanku.

Tidak perlu membuang-buang tenaga untuk mengalahkan mereka semua. Dan sekarang mereka tergeletak menahan sakit di lantai yang dingin.

"Emperor.. Aku akan segera pergi dari kota ini, aku berjanji" ujar Astuzia seraya berlutut di hadapanku.

"Kau pikir semudah itu aku melepaskan mu? Di dalam hidupku tidak ada yang namanya kesempatan kedua" ku jambak rambutnya hingga ia meringis kesakitan. "Dimana keberanian mu Astuzia? Kau begitu berani menjual barang aneh di negeri ku, tapi kau memohon ampun ketika berada di hadapanku? Tunjukkan keberanian mu"

"Tidak, tidak.. Mana mungkin aku beraniiiiii..." tubuhnya bergidik ngeri melihatku mendekatkan pisau ke lehernya.

"Katakan kepadaku. Botol bening apa yang kau punya?"

"Botol apa maksud emperor?"

"Apa perlu ku putuskan nadi di lehermu baru kau memberitahu botol apa itu?"

"E-emperor.. Tenangkan dirimu. Tenangkan dirimu.. Jika emperor sudah tenang maka-"

Kalimatnya terputus di telingaku tepat ketika seperti ada balok yang menghantam bagian belakang kepala ku. Luar biasa, pukulannya begitu kencang hingga kepalaku sempat merasa pusing.

Ketika kesadaranku kembali, ku tolehkan kepala ku menatap orang yang berani memukul ku.

Pria bertubuh besar dan tinggi. Aku rasa dia pria yang di bicarakan Amaris kepadaku. 

Diwajahnya tidak tergambar rasa takut sedikitpun. Dengan penuh keberanian dia menatapku penuh amarah. 

"Jadi ini pria yang mencoba membunuhku?" tanyaku.

"Pria seperti mu harus di musnahkan dari dunia ini. Kau tidak pantas memimpin negara ini!"

Ku pijat dahi yang terasa sakit. "Tidak pantas? Kakek buyut ku sudah memimpin negeri ini lebih dari umur mu. Bagaimana bisa kau menganggapku tidak pantas?"

"Kau pemabuk, kau sering tidur dengan jalang di luar sana, bahkan sudah banyak nyawa orang tidak berdosa yang kau bunuh. Apa menurutmu itu tindakan seorang pemimpin negara?!"

Aku merasa begitu kesal mendengarnya hingga dengan cepat ku lemparkan pisau di tangan ku ke arahnya, tapi refleksnya sungguh luar biasa. Dia berhasil menangkapnya tepat waktu sebelum pisau itu menusuk ke mata kanannya.

Ini bakat yang jarang ku temui.

"Lalu menurut mu siapa yang pantas dengan posisi itu?" tanyaku.

"Siapapun asalkan bukan dirimu!" 

Dengan mengeluarkan seluruh emosinya, dia mengangkat balok kayu yang di pegangnya dan mengayunkannya ke arahku. 

Aku bahkan tidak memegang apapun.

******

Aku tergeletak di lantai dengan nafas terengah-engah. Tubuhku rasanya sakit semua. Kepalaku mulai pusing dan tanganku mengeluarkan darah segar akibat pukulan yang begitu keras.

"Aku harap kau tahu siapa yang kau lawan"

To Be Continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status