Share

The Other View

VALERIE POV

Hari dimana penobatan terjadi adalah hal yang cukup menegangkan bagiku. Jika kau tanya mengapa, maka jawabannya karena aku kembali muncul di hadapan mantan kekasih ku setelah 5 tahun berlalu, atau lebih tepatnya.. Setelah aku menghancurkan hatinya.

Ku langkahkan kaki melewati gerbang yang terbuka lebar di saat kerumunan orang masuk begitu saja tanpa pengawasan ketat. Rasanya aku ingin mempercepat langkah ku, tapi tidak mungkin dengan banyaknya orang yang melewati gerbang bersamaku. 

Mataku masih tidak dapat lepas dari sosok pria tinggi bertubuh besar dengan rompi kulitnya dan celana berwarna senada dengan kaus yang ia kenakan -putih-. Sejak awal aku mendengar percakapannya dengan seseorang dari balik kegelapan, dari sana aku memiliki firasat bahwa dia akan membawa nasib buruk pada emperor yang baru.

Hingga akhirnya kami berhenti melangkah dengan jarak 2 meter di antara kami. 

Apa maunya? Kenapa dia mencoba mengincar emperor yang baru? Sepertinya dia dari negeri seberang yang hampir di habisi oleh Cyrus.

Haruskah aku memberitahu Cyrus? Atau setidaknya haruskah aku memberitahu Rayden? Bagaimana jika mereka mengusirku sebelum mendengar perkataan ku? Tapi setidaknya mereka harus tahu apa yang aku dengar dari me...

Ketika ku mendongak, mata hazlenya yang indah tengah menatapku dengan tatapan terkejut. Aku senang melihat dia menyadari keberadaan ku, tapi di sisi lain aku merasa sedih karena dia menatapku penuh kebencian, penuh amarah dan penuh hinaan.

Itu wajar, karena hari itu aku begitu menyakitinya.. 

Wanita yang ia begitu cintai mengkhianatinya..

Dan wanita yang dia benci itu, telah menyakitinya tepat di hari ia melamarnya..

******

"Argh.." erang ku kesakitan ketika pria kasar yang berstatus menjadi suami ku ini menjambak rambutku dengan seluruh tenaganya.

"Kemana saja kau hari ini? Apa kau sudah puas bersenang-senang di luar sana, hingga kau lupa bahwa ada orang yang harus kau beri makan di rumah ini?!" dia melemparku layaknya benda kotor yang menjijikan. "Sekarang buatkan aku makanan yang enak"

Ku tundukan pandangan ku seraya berjalan menuju dapur untuk memasak beberapa makanan kesukaan suami ku. Sup jamur dengan ikan goreng adalah favoritnya, tapi jamur adalah racun bagi ku. Jika sedikit saja aku memakannya maka tubuhku perlahan akan melemas dan mulai mengeluarkan busa dari mulutku. Semua itu ku ketahui saat berumur 10 tahun dimana ibuku tidak sengaja memasukkan satu jamur pada sup wortel kesukaan ku.

"Hei, dimana ibu dan kedua adik mu itu?"

"Mereka ke pasar" jawab ku dengan tenang.

"Bagus sekali. Disaat mereka bekerja, kau hanya berkeliaran dan menikmati hidangan enak di acara penobatan itu. Kau sungguh luar biasa"

Tangan yang sedang memotong labu, seketika berhenti saat dia mengungkit perihal penobatan Cyrus.

"Seharusnya kau membawa beberapa makanan disana untuk ku. Kau selalu saja menikmati makanan enak dan melupakan keluarga mu di sini" 

Terdengar suara kursi yang bergeser. Apa dia sudah pergi? Apa dia menjauh dari ku? Syukurlah jika...

Terasa hembusan nafas yang panas di tengkuk leher ku. "Jangan lupa, aku adalah suami mu. Kau lebih memilih ku daripada kekasih mu yang tukang roti itu. Bersyukurlah karena aku mau menikahi mu, meski aku belum pernah... Menyentuh mu sedikitpun" 

Sungguh, setiap kali ia mendekat kearah ku rasanya jantung ku akan segera copot dan aku akan mati seketika. Bukan karena cinta, tapi karena aku begitu takut kepadanya. Aku begitu menghindarinya. Tapi aku tidak pernah menyesal telah menikah dengannya.

Selesai memasak, ku sajikan semua makanan itu di atas meja makan. Ku siapkan piring, mangkuk dan sepasang sendok dan garpu diatas meja dimana ia sering duduk di sana.

"Wah, masakan mu memang yang terbaik" dia datang dan melemparkan selembar kertas ke hadapan ku. "Dari pada kau berkeluyuran seperti itu, akan lebih baik jika kau bekerja dan menghasilkan uang"

Ku ambil kertas yang bertuliskan bahwa castle membutuhkan 5 pelayan yang akan mengerjakan pekerjaan rumah selama 3 tahun.

"Pergilah dan carikan uang untuk ku" ujarnya tanpa ragu sedikitpun seraya memakan sup jamur buatan ku.

"Lalu siapa yang akan membereskan rumah ini?" tanyaku.

Tatapannya begitu tajam ketika menoleh kearah ku. "Tentu saja dirimu. Kau jangan tinggal di dalam castle, tapi pulanglah ketika pekerjaan mu sudah selesai disana. Jangan terlalu lama berada di dalam kemewahan jika kau tidak sanggup menahan bebannya"

Dia benar, aku harus bekerja untuk menghidupi ibu dan kedua adik ku. Mau tidak mau aku harus datang ke castle sekarang untuk melamar pekerjaan itu. Entah apa yang akan Cyrus lakukan jika melihat ku di dalam istana, tapi aku tidak peduli. Tujuan ku masuk kedalam castle adalah untuk mencari nafkah, bukan mencari cintaku yang telah hilang.

Dengan pakaian yang paling bagus menurutku, langkah kaki tanpa ragu ini membawa ku menuju gerbang castle.

"Apa kau mau melamar pekerjaan juga?" tanya seorang penjaga.

"Ya"

"Ikut dengan ku" dia berjalan di depan ku, menuntun kemana arah ku untuk memulai pekerjaan yang banyak di idamkan oleh semua orang di negeri ini.

Melihat taman yang begitu luas, hijaunya rumput yang di rawat, pohon besar dengan daun oranye cukup membuat mulutku tidak menutup sejak memasuki halaman castle.

"Kau tunggulah di sini. Akan ku panggilkan ketua pelayan" penjaga itu pergi ke arah pintu kayu tak jauh dari tempatku berdiri.

Selagi menunggu, ku putuskan untuk berjalan sedikit melihat gugurnya dedaunan karena musim dingin hampir tiba. Dan langkah ku terhenti ketika melihat Cyrus bersandar pada sebuah pohon besar seakan tengah menghindari sesuatu.

Sejenak ia menatap langit dan memejamkan matanya. Dia terlihat begitu damai dengan pakaian mewah yang ia kenakan tadi saat penobatan dirinya menjadi emperor. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya tertidur dengan wajah polos itu.

Aku begitu merindukan kenangan saat melihatnya masih tertidur di atas tempat tidur kami. Terkadang ku sentuh wajahnya lembut dengan niat untuk membangunkannya, tapi bukannya terganggu dia malah memeluk ku dengan sangat erat seraya berbisik.

"Aku mencintai mu"

Astaga, Valerie apa yang sedang kau pikirkan saat ini? Ini bukan saatnya mengenang masa lalu! Sebaiknya aku kembali sebelum ketua pelayan mencari... Kenapa banyak asap di dekat Cyrus?

Ya Tuhan! Siapa pria itu?!

Dengan cepat aku berlari ke arah Cyrus yang tertidur seraya berteriak meminta tolong.

Pria dengan penutup wajah itu mengarahkan pisau yang ia pegang ke arah ku. 

"Diamlah! Sebaiknya kau pergi dari sini atau-"

"Kau seorang pecundang yang menyerang lawannya ketika lemah!" mendadak kepalaku pusing dengan semua asap yang tebal ini.

"Dasar kau!" 

Hanya dengan modal ranting, ku coba melindungi Cyrus dari penjahat ini. 

Tapi tak lama datang beberapa prajurit dengan senjata mereka.

"Sial!" penjahat itu segera hilang di dalam asap dan aku... Kenapa semua mendadak gelap?

******

Astaga, kepalaku sangat pusing.. Tapi dimana ini? Di kamar siapa aku? 

Perlahan ku bangkit dari tidur dan duduk di tepi tempat tidur.

"Kau sudah bangun?" 

"Rayden.." lirih ku.

"Emperor ingin bertemu dengan mu untuk berterimakasih"

"Katakan kepadanya aku sudah pulang" jawabku sembari memijat pelipis yang terasa sakit.

"Datanglah untuk sebentar. Setidaknya dia tahu siapa yang menyelamatkan dirinya"

Aku tersenyum kecut mendengarnya. "Untuk apa? Dia akan membunuh ku jika melihatku di sekitarnya" 

Meski masih terasa pusing, ku putuskan untuk bangkit dan secepat mungkin keluar dari castle ini. Tapi ucapan Rayden berhasil menghentikan langkah ku tepat di depan pintu.

"Kau begitu berani kepada emperor, baik dulu maupun sekarang" aku hanya terdiam seraya menggenggam gagang pintu. "Tapi kau begitu lemah saat bersama suami mu itu"

Dengan kesal ku tatap Rayden. "Jangan ikut campur urusanku" 

"Maka pergilah menemui emperor.. Untuk yang terakhir kalinya"

Aku yakin Rayden mengetahui alasan ku ada di sini. Berarti secara tidak langsung Rayden meminta ku untuk mengurungkan niatku bekerja disini. Sial!

******

Aku masuk kedalam ruangan kerja mewah penuh buku dan lemari berisikan tumpukan kertas. Dari pintu sudah terlihat Cyrus yang begitu serius membaca dokumen di hadapannya, bahkan ia terus berbicara tanpa menoleh ke arah ku.

Tak lama ia memberikan selembar kertas dengan judul surat perjanjian. Di dalamnya bertuliskan bahwa aku tidak akan di pecat kecuali aku ingin mengundurkan diri. Hanya ada satu alasan aku bisa di pecat hanya ketika aku mencuri atau melakukan hal tidak pantas di dalam castle.

Sebenarnya di perjalanan tadi Rayden terus memperingati ku untuk menjauhi emperor, tapi ini kesempatan emas. Tidak semua orang dapat bekerja di castle dengan perjanjian menguntungkan seperti ini.

Terserah apa yang akan di katakan Rayden, aku harus tanda tangan dokumen ini segera sebelum Cyrus menyadari keberadaan ku dan menariknya kembali.

"Apa ada pertanyaan?" 

Haruskah aku menanyai kabarnya? Aku sangat ingin tahu tentang dirinya saat ini, tapi apa hal yang baik jika aku bertanya sekarang? 

Ketika kebingungan sedang menerpa hatiku, mulut ku justru mengikuti instingku.

"Bagaimana keadaan mu sekarang?" mulut ku mengatakan hal yang ku pikirkan sejak tadi. 

Dia menoleh dengan begitu terkejutnya. Matanya membulat, wajahnya pucat seketika dan nafasnya tidak beraturan.

"Sudah lama, lord Cyrus" 

"Kau masih hidup?" 

Wajar jika dia bertanya seperti itu karena rasa bencinya kepada ku, tapi.. Kenapa hatiku sakit mendengarnya?

"Selama kau hidup, bagaimana aku bisa mati? Kau adalah jiwaku"

Senyuman kecutnya semakin membuat hatiku terluka. Mungkin akan lebih baik jika aku tidak mengeluarkan suara ku tadi.

"Jiwa mu yang telah kau bunuh dengan tangan mu sendiri, Cyrus yang kau kenal sudah mati, maka seharusnya kau juga mati bersamanya" tidak ada yang bisa ku katakan selain memberikan senyuman. "Pergilah, aku tidak ingin melihat mu di sini"

Ya, benar. Itu reaksi yang begitu wajar. Aku harus menerimanya dengan lapang dada. 

Ku pamit dengan membungkukkan badan, lalu berlalu pergi dengan senyuman terpaksa agar aku tidak terlihat lemah.

Bagaimanapun Cyrus adalah orang yang menepati janjinya, jadi dia tidak akan memecat ku meski setiap hari melihatku.

******

Setelah seharian aku bekerja, akhirnya aku pulang di saat langit mulai gelap.

"Kau baru pulang?" 

Aku terkejut melihat suami ku yang masih belum tidur di jam segini.

"Bagaimana pekerjaan mu hari ini?" tanya-nya sembari meletakkan cangkir selepas ia minum.

"Biasa saja" jawab ku datar.

"Ibu mu membelikan makanan. Sebaiknya kau makan sebelum mandi dan istirahatlah agar kau bisa mencari uang lagi besok" dia berlalu pergi menaiki anak tangga yang menuju kamarnya.

Ku buka tudung saji di atas meja makan. Ibu memang yang terbaik. Ayam bakar adalah makanan kesukaan ku.

Bersabarlah ibu, aku akan membawa kita semua pergi dari sini. Secepatnya.

******

Aku datang lebih pagi hari ini karena harus mengupas udang segar yang baru datang.

Ketika aku melangkah ke dapur, mataku bertemu dengan Cyrus yang baru saja keluar dari dapur.

Niatku baik ingin membantunya tapi dia mengabaikan ku dan memilih pergi tanpa menjawab pertanyaanku.

Sudahlah, aku akan mulai terbiasa dengan sikapnya.

Ketika aku tengah mengupas undang-undang itu, tiba-tiba sepintas aku melihat keberadaan suami ku melalui pintu dapur yang terbuka.

Mau apa dia kemari? Dan bagaimana dia bisa masuk? Aku harus segera menyuruhnya pergi atau orang akan menemukannya dan menghukum ku juga atas kesalahannya.

Aku yang mengikutinya dari belakang dapat melihat ia berjalan ke salah satu pohon besar dan berdiri di sana tanpa rasa takut.

"Kenapa kau kemari?" tanyaku.

"Sudah ku duga, kau akan menyadari kehadiran ku" dengan cepat dia mengadahkan tangan ke arah ku. "Berikan aku uang"

"Bukankah kau memiliki banyak uang?" 

"Kenapa kau harus banyak bertanya?! Cepat berikan aku uang atau aku akan tetap di sini sampai semua orang datang"

Dia orang yang selalu menepati perkataannya. Tidak ingin mencari keributan, akhirnya ku berikan sisa uang ku kepadanya.

"Terimakasih" ujarnya seraya pergi dari castle sembunyi-sembunyi. 

Huft, aku harap tidak ada yang menyadari kehadirannya.

******

"Sebenarnya apa yang-"

Kalimat ku terpotong, tapi bukan karena dia berbicara melainkan mulut ku yang sulit terbuka saat ini.

Cengkramannya pada rahang ku begitu menyakitkan hingga rasanya aku ingin menangis.

"Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan saat fajar tadi? Katakan kepadaku, untuk apa kau bersembunyi-sembunyi menemui orang dari luar castle? Bahkan dengan lancangnya kau membiarkan orang itu masuk ke taman di castle ku ini dan berbicara dengannya dari balik pohon besar tempat aku di serang kemarin"

"A-apa yang emperor katakan? Aku tidak melakukan apapun" aku kesulitan berbicara.

Cengkraman semakin menguat, dan rasa sakit ku terus bertambah akannya.

"Akan ku pastikan untuk menemukan semua bukti kejahatan mu itu dan mengusir mu dari sini sesegera mungkin"

Layaknya barang tidak berharga. Dia menghempaskan ku ke lantai dengan begitu kuat hingga dahi ku sempat membentur lantai marmer ini. 

Hati ku begitu sakit menerima perlakuan seperti ini. Rasanya aku tidak berani mendongakkan kepalaku hanya untuk menatap pria yang kini tengah memarahiku.

"Sekarang enyahlah dari sini, dan tunggulah waktu yang tepat sampai aku mengusirmu secara tidak terhormat dari negeri ku ini sampai tidak akan ada negeri yang mau menerima kau meski kau memohon kepada mereka"

Ya.. Seperti saat suami ku menyiksa ku. Aku hanya terdiam.. Tanpa perlawanan, tanpa mengatakan apapun.. Aku hanya terdiam.

Masih dengan kepala tertunduk, aku berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangan itu.

Kaki ku bergetar, mata ku terasa panas, hati ku terasa sakit dan darah ku mendidih.

Sejak awal menikah, aku sering mendapatkan perilaku seperti ini. Aku menangis, memohon ampun dan berteriak. Tapi setelah 3 tahun, aku mulai tidak peduli dan hanya mengerang kesakitan setiap kali suami ku berperilaku buruk. Tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi rasa sakit. Semua terasa wajar.

Tapi hari ini... Hari ini aku merasa begitu sakit. Dadaku terasa sesak. Kenapa aku harus di perlakukan seperti ini? Apa ada orang yang mengutuk ku hingga harus menerima semua perlakuan ini? 

Kaki ku sudah tidak kuat lagi berjalan dan aku memutuskan untuk menghentikan langkah ku di depan jendela castle di lorong menuju dapur.

Air mata mulai menetes dan dadaku semakin sesak. Ku tutup kedua mataku dengan telapak tangan agar tidak ada yang dapat melihat air mata ku yang menetes.

Aku tidak melakukan apapun lalu kenapa aku yang di hukum? Sekejam itukah takdir di hidupku? 

Tapi aku tidak bisa lemah.. Aku tidak bisa membiarkannya.. 

Aku harus menemukan sumber dari amarah Cyrus. Bukan karena diriku, bukan karena suamiku. Saat ini Cyrus tengah mencari orang yang hampir membunuhnya, dan aku akan menemukan orang itu segera!

To Be Continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status