Share

5. Lipan Betina (2)

“Siapa juga yang mau mengejar?” kata Yuanrang.

            “Kau kan biasanya seperti itu,” kata Mengde.

            “Memangnya aku selalu begitu? Tidak. Kali ini sedikit berbeda. Aku merasa, kalau aku masuk lebih jauh, maka aku sudah tak bisa yakin dengan nasibku sendiri,” kata Yuanrang.

            “Instingmu menolak untuk maju,” tanya Miaocai.

            “Bisa dibilang begitu,” kata Yuanrang.

“Hmmm … kalau insting Yuanrang menolak, berarti ada sesuatu yang menyeramkan di sana,” kata Miaocai.

Di situasi mengancam seperti barusan, seharusnya reflek Miaocai bergerak mengambil anak panah dan menembak. Namun, apa yang dia lihat barusan membuat tangan dan otak Miaocai seolah membeku. Tak mampu bergerak dan tak mampu berkata-kata. Terlalu mengejutkan. Untung dua manusia aneh barusan tidak menyerang. Semua syaraf baru bisa bekerja secara normal setelah dua manusia aneh menghilang di kedalaman gua.

“Mana ada manusia yang tinggal bersama lipan raksasa?” kata Yuanrang. Otaknya bekerja keras melawan fakta yang sangat tidak masuk akal ini, “Apakah mereka yang membawa lipan raksasa kemari?”

“Memang ada kemungkinan seperti itu,” kata Mengde. Di ketidaktahuan seperti sekarang, mereka bertiga hanya bisa berspekulasi.

Mengde semakin penasaran. Dia berjalan dan berhenti dua langkah di depan Yuanrang. Kemudian menciptakan belasan bola api dan menghujani titik yang sama seperti sebelumnya. Dari Tindakan Mengde itulah, para pendekar tahu kalau gua ini punya dua jalan. Jalan pertama yaitu jalan yang digunakan oleh dua orang misterius tadi. Cukup sempit dan mungkin hanya bisa dimasuki manusia saja. Sedangkan jalan kedua cukup lebar. Jelas lipan raksasa itu menggunakan jalan kedua.

Yuanrang yang tadinya terfokus ke lipan, kini malah teralihkan dan berkata, “Dua orang tadi? Makhluk apa mereka? Mereka begitu pucat, memiliki taring, bermata kuning dan melangkah begitu cepat?”

            “Sudah, jangan dipikirkan, Yuanrang,” kata Miaocai, “Kita keluar sekarang. Kita tidak tahu berapa misteri mematikan yang tersembunyi di hutan dan gua ini.”

            Para pendekar pun berbalik dan mundur dulu. Mereka duduk di dekat mulut gua sambil mendiskusikan rencana mereka selanjutnya. Sudah tiga keanehan yang mereka temui. Jelas ada yang tidak wajar di hutan ini. Kini, para pendekar merasa lebih waspada. Di pikiran mereka, seolah ada yang mengawasi di balik dedaunan dan pohon-pohon hutan.

            “Kita jangan terlalu jauh dari rute kita,” kata Miaocai, “Kita tidak tahu apa yang mengintai kita di balik pepohonan.”

            “Kenapa terasa horror ya?” kata Yuanrang sambil mengamati kegelapan gua, “Padahal masih siang hari, lho.”

            “Memang sebaiknya segera kita selesaikan horror di siang hari ini. Target kita cukup bunuh lipan betina dan anak-anaknya saja. Setelah itu kita bawa kepala dua lipan dewasa dan tiga kepala anak­­­­­­­-anaknya,” kata Mengde, “Hutan ini membuatku merinding.”

            “Untuk bukti ke Guru Yudhistira dan penguasa, ya?” kata Yuanrang, “Jangan lupa tanyakan juga makhluk macam apa yang kita temui.”

            Mengde mengacak-acak rambut dengan muka kusut, “Iya, benar. Memang niatku juga seperti itu. Anehnya, mereka tidak menyerang kita.”

            “Mungkin mereka merasa kalah jumlah,” kata Miaocai.

            “Kalau tahu ada dua makhluk lain di sini, aku pasti akan mencari informasi dulu,” kata Mengde.

            Secara mengejutkan, tiba-tiba Miaocai mengambil busur dan anak panah. Langsung membidik ke utara. Tentu ini mengejutkan Mengde dan Yuanrang. Di pikiran Mengde dan Yuanrang, mereka berdua sudah membayangkan makhluk yang aneh-aneh. Mereka segera tiarap, menghunuskan senjata dan bergerak ke belakang Miaocai.

            Panah Miaocai pun berdesing ke utara. Terdengar suara rusa yang mengerang kesakitan setelah panah Miaocai menembus kaki kanan belakang. Miaocai menembakkan panah lagi dan melukai kaki kiri belakang. Memang masih bisa berjalan. Tapi sudah tak sesempurna sebelumnya. Sekarang terlihat terpincang-pincang.

            “Apaan, Miaocai?” kata Yuanrang, “Kukira lipan raksasa atau apa? Ternyata hanya rusa!”

            “Kejar rusa itu, Yuanrang!” kata Mengde yang paham tujuan Miaocai.

            Yuanrang mencabut pedang dari sarungnya. Pedang yang tebal dan tajam itu menusuk leher rusa. Rusa malang jatuh tersungkur. Para pendekar pun segera menghampiri rusa. Yuanrang sekarang sudah paham kenapa Miaocai menembak rusa.

            “Maafkan aku, rusa,” kata Miaocai sambil menyembelih rusa.

            Para pendekar pun mulai memotong tubuh rusa. Memisahkan organ-organ menjadi dua. Bagian pertama untuk umpan lipan betina. Bagian kedua untuk bertahan hidup. Berjaga-jaga jika misi ini akan memakan waktu beberapa hari. Setelah tiga saluran utama di leher terpotong secara sempurna (saluran pernafasan, saluran darah dan saluran pencernaan), Mengde memenggal kepala rusa. Sedangkan Yuanrang membedah isi perutnya. Sementara Miaocai berusaha mencabut panah dari kaki-kaki rusa.

            “Bagian kaki belakang sudah terluka,” kata Miaocai, “Mungkin jatuh atau entah kenapa. Pantas saja kita bisa mendapatkan rusa ini lebih mudah. Terima kasih, Tuhan.”

            “Benar. Syukurlah. Jarang-jarang ada hewan liar di sini,” komentar Mengde.

            “Ya, seharusnya sudah terbantai oleh lipan betina,” kata Yuanrang yang beberapa detik kemudian matanya terbelalak, “Tunggu …”

            Insting Yuanrang langsung terpikir sesuatu ketika Mengde menyebut ‘jarang ada hewan liar di sini.’ Lalu tiba-tiba ada rusa di sini. Yuanrang bergeser dan memeriksa luka di kaki belakang rusa. Kemudian, dia pun berlari ke utara sambil terus memeriksa jejak kaki rusa. Langkah rusa cukup panjang. Ditambah dengan noda darah di setiap jejak kaki rusa. Jelas dia sedang dikejar sesuatu. Nafas Yuanrang bergemuruh seiring pikiran yang berkecamuk. Yuanrang segera kembali lagi ke dua sepupunya dan mulai menjelaskan analisisnya.

            “Apakah harimau, serigala atau beruang?” tanya Miaocai.

            “Pertanyaanku, apakah luka di kaki belakang berbentuk cakaran?” kata Yuanrang.

            Mereka bertiga langsung memeriksa jenis luka di kaki belakang rusa. Tidak ada bekas cakaran atau tanda-tanda dicakar hewan liar. Yang ada hanya tusukan di sisi luar kaki rusa. Otak mereka langsung teringat kalau lipan punya semacam capit di dekat mulutnya.

            “Kita angkat sekarang dan kabur,” kata Miaocai.

            “Terlalu berat,” kata Mengde.

            Tidak banyak bicara, Yuanrang segera membelah tubuh rusa menjadi tiga bagian. Memang Yuanrang tidak tahu bagian mana yang sebaiknya ditebas dan tidak baik untuk ditebas. Tapi di situasi genting seperti ini, Yuanrang tidak mau berpikir lebih lama lagi. Prioritas sekarang yaitu hanya berlari keluar hutan untuk menerapkan taktik yang sama seperti sebelumnya. Selama memungkinkan, jangan pernah mau bertarung di kandang lawan.

            “Ayo cepat kita ulang seperti sebelumnya!” kata Mengde.

            Mereka berlari secepat mungkin. Masing-masing dari mereka menggendong tiga bagian tubuh rusa. Mengde berada di bagian paling depan. Sementara Yuanrang berada di tengah untuk melindungi Miaocai. Miaocai membawa bagian paling ringan. Ini karena dia harus membagi konsentrasi untuk menciptakan jebakan es. Mengulang kesuksesan sebelumnya. Darah terus menetes dari tubuh rusa dan membasahi rerumputan. Memang mengotori baju besi mereka. Tapi itu tetap diperlukan supaya lipan raksasa bisa mengikuti jejak ini. Beberapa bagian perut terburai keluar. Para pendekar menebas bagian tubuh yang terburai supaya tidak menghalangi langkah mereka.

            “Kalian dengar suara dari utara?” kata Mengde yang terus berlari.

            “Sangat terdengar jelas,” kata Yuanrang.

            “Ya. Jelas lipan betina. Tak mungkin harimau, beruang atau serigala menimbulkan suara sebesar itu,” kata Miaocai.

            Yuanrang juga tertawa, “Memang benar. Kalau dia harimau, serigala atau hewan buas lain sekalipun, pasti muncul suara geraman atau raungan.”

            “Mengde, apa yang kita lakukan dengan daging rusa ini?” kata Miaocai.

            “Kita ulang taktik Yuanrang!” kata Mengde, “Kita cari batu yang bisa terjangkau dan kita letakkan kepala rusa di bagian dasar batu. Biarkan Yuanrang terjun dan menusukkan pedangnya.”

            Para pendekar sudah keluar dari hutan. Mereka menjalankan rencana Mengde. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan batu besar. Mereka segera melemparkan kepala rusa di bagian bawah, melapisi sekeliling dengan duri-duri es dan bersembunyi. Dari suara, lipan raksasa semakin mendekat. Yuanrang segera memanjat batu setinggi delapan kaki untuk memulai rencana.

            Lipan betina pun datang. Dia merespon bau darah rusa. Tanpa ragu, lipan mendekat dan menabrak jebakan es buatan Miaocai. Lipan mengeluarkan suara mendesis karena kesakitan. Setelah itu, dia berjalan lagi seperti tidak terjadi apapun. Apakah es buatan Miaocai berhasil mengoyak kalenjar yang memproduksi cairan? Apakah keberuntungan akan berpihak pada mereka lagi?

            Dari atas batu, Yuanrang terjun dan menusukkan pedang ke kepala lipan betina. Lipan betina mengeluarkan suara raungan dan desisan bergantian. Kulit bagian atas lipan memang keras. Tapi karena bantuan percepatan gravitasi, tusukan Yuanrang bisa menghancurkan bagian atas kepala lipan betina. Meski tidak menusuk terlalu dalam.

            Yuanrang membiarkan pedangnya menusuk di kepala lipan. Dia turun dan menjauh. Membiarkan lipan mengamuk kesakitan dan menabrakkan diri berkali-kali ke pohon dan segala arah. Sementara lipan sedang panik dan kesakitan, Yuanrang memanjat batu lagi. Ahli pedang itu ketakutan karena lipan betina mampu menembakkan banyak cairan ke segala arah. Mencari siapapun penyerangnya. Mungkin tusukan barusan hanya merusak sedikit bagian di otaknya.

            “Seru juga, nih,” Yuanrang menggertakkan gigi.

Para pendekar tidak mau cairan aneh itu mengenai kulit mereka. Jika mampu menembakkan cairan aneh, berarti taktik yang mereka gunakan untuk menghadapi lipan jantan tidak bisa digunakan. Jika memaksa menggunakan, maka konsekuensinya harus siap untuk mandi cairan menjijikkan. Bahkan sampai sekarang mereka bertiga tidak mengetahui apa yang terjadi pada tubuh jika terkena cairan aneh itu.

Lipan tiba-tiba bergerak ke batu tempat Yuanrang berdiri. Yuanrang menyiapkan cara untuk memberinya luka fatal. Dia berniat, sekali saja kepala lipan itu muncul di jangkauan penglihatannya, maka pedangnya akan merobek-robek mulut lipan. Target memang mulut. Kalau bagian atas tubuh terlalu susah ditembus pedang, kenapa tidak bagian yang lunak saja? Sebelum lipan sempat menyemburkan cairan menjijikkan. Ini adalah momen do or die.

Yuanrang bisa melihat Miaocai yang bersembunyi di batu seberang. Pemanah itu muncul dan berdiri dengan busur terbentang. Di genggaman Miaocai sudah terpasang anak panah yang dilapisi dengan pengendalian es. Miaocai berniat baik untuk melindungi Yuanrang. Yuanrang paham hal ini. Tapi Yuanrang mengkode Miaocai untuk menahan dulu serangannya. Miaocai mengangguk dan masih memposisikan dalam mode membidik. Belum melepaskan alat panah.

Begitu kepala lipan betina itu muncul, Yuanrang langsung menusukkan pedang ke mulut. Lalu mengarahkan kepala lipan ke kiri untuk menghindari tembakan cairan. Prediksi Yuanrang sesuai. Lipan betina menembakkan cairan dari mulutnya. Karena terluka, tembakan cairan pun tidak terarah. Lipan betina yang terkejut dan kesakitan pun jatuh dari batu. Dari atas, Yuanrang mengendalikan pedangnya untuk membuat robekan lebih besar di mulut lipan. Sudah kesakitan karena pedang dan terjatuh, lipan betina meronta-ronta di bawah.

“SEKARANG!!!” kata Yuanrang yang mengkode Miaocai.

Begitu dilepaskan oleh Miaocai, anak panah pun mengeluarkan duri-duri es. Bahkan juga memperbesar ujung panah juga. Sayangnya, anak panah gagal mengenai tubuh lipan betina. Mendarat di tanah yang jaraknya hanya dua kaki saja. Namun, meski meleset, lapisan es yang menyelimuti anak panah langsung terpecah dan menusuk-nusuk bagian bawah tubuh lipan betina.

“Apa berhasil mengenai kalenjarnya?” teriak Miaocai.

“Belum sepupu. Meleset sedikit,” kata Yuanrang yang jaraknya lebih dekat dengan lipan. Sehingga lebih jelas untuk menilai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status