Share

Kecelakaan Tak Terduga

Jika dikatakan bodoh karena terbutakan cinta, aku mungkinlah lelaki yang paling bodoh. Sudah disakiti dengan nyata, masih saja mencoba memaklum dan mengkhawatirkannya.

Sungguh budak cinta! Lagi-lagi aku terperangkap dalam kalimat tersebut.

Setengah gila aku mengebut di jalanan. Membelah hujan yang semakin deras menerpa tubuh. Dalam hati aku berdoa, semoga Vivi baik-baik saja di sana.

Sial! Kenapa juga tadi harus baper karena dibandingkan dengan orang lain. Padahal, kenyataannya dia hanya mencoba membalas rasa cemburu yang menguasainya.

“Kalau sampai Nyak Marni tahu anaknya ditinggalkan di jalanan di bawah hujan geledek petir begini, habislah aku kena gampar,” gumamku cemas sekali.

Bersamaan dengan itu, ponselku berdering berkali-kali. Siapa pun itu, tak niat aku melihatnya. Namun, terpikir jika mungkin Vivi, walau susah aku berusaha meraih ponsel dalam kantong celana.

“Nyak Marni?” gumamku fokus melihat ponsel. Pasti mau ngomel dan nanyain Vivi ke mana.

Dirasa bukan telefon yang darur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status