Share

Kecemasan Mereka

“Agaaam!”

Keluargaku menghambur masuk ke dalam kamar tempat aku dirawat.

Saat ini aku sudah dipindah ke kamar pasien biasa. Sebelumnya karena kritis, aku sempat dibawa ke ruang ICU.

Kulihat wajah ibu tampak lelah. Ada bapak dan kakak perempuanku. Mereka menangis melihatku terbaring lemah di sini.

Kabar baiknya, alhamdulillah aku tak mengalami patah tulang. Ya, walau luka dalam di kepala terdengar lebih menyeramkan.

Kata dokter, aku akan berangsur pulih perlahan dengan rutin minum obat serta latihan pergerakan otot. Dengan catatan aku harus menyimpan banyak stok sabar di sini, sebab membutuhkan banyak waktu menuju proses penyembuhan dan pemulihan.

“Ya Allah anak ibu ... alhamdulillah masih dikasih kesempatan hidup,” ucap ibu seraya mengelus lembut wajahku. Tangannya lalu turun menggenggam tangan ini.

Terasa hangat dan nyaman.

Bapak masih diam, tetapi aku lihat ia lebih cemas dibanding siapa pun. Kakak tak bisa berhenti menitikkan air mata, sampai aku terharu begini. Ternyata mereka beg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status