Share

Pendapat Nyak Marni

“Nyaak!” Vivi berlari ketika sudah melihat Nyak Marni dari kejauhan. Bagai kucing melihat majikan, ia begitu amat senang. Melompat ke dalam pangkuan memeluk penuh rindu.

Aku menyusul di belakangnya. Nyak Marni tampak semakin berisi saja sepulang dari rumah saudara jauhnya itu. Aku jamin di sana pasti sangat subur makanan.

Vivi melepas pelukannya ketika aku sudah tiba di hadapan mereka.

“Nyak, maaf telat.” Aku menyalami tangannya sebagai sambutan selamat datang sekaligus meminta maaf.

“Iya, bikin emosi lu, Gam. Padahal gue udah hubungin sebelim azan subuh, bisa-bisanya telat begini.” Nyak Marni memasang muka masam.

Sungguh. Tak enak sekali rasanya diomeli begini, tetapi aku juga tak bisa membantah karena memang di sini aku yang salah.

“Udah Nyak, jangan diomelin. Udah bagus masih jemput. Lagian, Bang Agam telat gara-gara Vivi mau ikut,” bela Vivi.

Aku sangat tersentuh karena ia membelaku, meski sebenarnya dia tak perlu mengatakan itu hanya demi melindungiku dari ocehan ibunya yang agak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status