Share

CHAPTER 3. Pujian untuk Zanna

"Zanna!!" panggil Fanna, gadis itu mencoba mengejar langkah Zanna. 

Zanna menoleh, mendapati teman barunya itu tengah mengejar dirinya. Zanna diam, dia memainkan tangannya karena bingung mesti apa dan harus bagaimana jika sedang berdua dengan Fanna. Zanna sedikit gugup dan nerveous jika berdekatan dengan orang lain. .

"Zanna.. kamu mau kemana?" tanya Fanna, dia mengatur nafasnya karena lelah mengejar Zanna. 

Zanna menunjuk ke arah perpustakan. " Aku mau ke perpus." jawabnya, Bibirnya melengkungkan senyum kaku. 

Fanna menghela nafas nya pelan. Lalu menarik lengan Zanna, Zanna memberontak sedikit, namun Fanna mencoba menenangkan teman barunya itu. 

"Mau kemana, Fan?" tanya Zanna pelan. Dia agak kesusahan berjalan karena terus ditarik oleh Fanna dengan paksa. 

Fanna berdecak." Kita ke kantin, Na." Fanna kembali menuntun Zanna hingga kakinya memasuki kantin sekolah yang cukup luas. 

Zanna menegang, seluruh tubuhnya bergetar. Manusia dikantin yang Zanna rasakan seperti monster menakutkan. Bibir Zanna bergetar, tubuhnya terasa lemas saat Fanna terus masuk lebih dalam kedalam kantin itu.

Semua siswa tertuju pada Zanna, gadis cantik itu berhasil memikat perhatian warga kantin. Banyak pujian yang Zanna dapatkan, namun yang dipuji hanya berdiam diri sembari menundukan kepalanya. Zanna benar benar tidak biasa seperti ini. 

"Itu anak baru kelas IPA 2, si Zanna. Cantik ya!" puji salah satu siswi kacamata anak IPS 1. 

"Matanya cantik banget!" sahut salah satu siswa anak kelas bahasa. 

Fanna yang mendengar pujian itu, merasa bangga karena bisa berteman dengan Zanna. Namun, sang empunya hanya diam sembari menundukan kepala. Menundukan kepala saja sudah terlihat cantik, apalagi mendongkakkan kepalanya. 

"Tuh, banyak yang muji kamu Na." bisik Fanna terkekeh geli. 

Zanna melirik Fanna dengan ujungnya matanya. 

"Tapi aku mau ke kelas, Fan." ucap Zanna, gadis itu tidak kuat karena tubuhnya terasa lemas. 

Zanna tidak tahu, kenapa dirinya seperti ini. Zanna seringkali ketakutan, cemas berlebihan, jika dekat banyak orang Zanna tubuhnya bergemetar, yang ada dipikiran Zanna cuman satu, takut orang itu membunuhnya. Padahal tidak. 

Bukan hanya itu. Zanna sering kali menyakiti dirinya sendiri, sering kali dia mencabuti rambutnya atau menangis dan tertawa tanpa sebab. Zanna tidak tahu mengapa dirinya seperti itu, padahal Zanna meyakini bahwa dia tidak gila.

Zanna tidak mengerti mengapa dia jadi seperti itu, kekangan dan tekanan dalam keluarga nya membuat Zanna sedikit ketakutan, ketakutan akan kegagalan. Dia takut mengecewakan kedua orang tuanya, termasuk kakak kandungnya. Keano Abraham. 

terkadang gadis itu sangat ingin menjadi orang lain yang bebas tanpa tekanan orang tua nya, kali ini orang tua menuruti permintaanya dengan satu syarat, Zanna harus mendapatkan nilai tertinggi disekolah. 

Zanna menyanggupinya, dia yakin dia bisa. Entah obsesi apa sampai orang tua nya benar benar menekan Zanna sampai seperti itu. Zanna dengan segala kesiapaanya untuk mendapatkan nilai tertinggi disekolahnya, ia harus menunjukan kepada kedua orang tuanya, juga kepada kakak kandungnya. Keano Abraham.

"Kamu mau makan apa?" tanya Fanna semangat, Fanna sangat ramah juga baik bagi Zanna. Padahal mereka baru kenal satu hari. 

Zanna menggaruk tengkuknya yang tak gatal. 

"Entah.." cengirnya, Zanna kebingungan karena terlalu banyak penjual makanan serta minuman dikantin membuat dirinya semakin bingung. 

Lagian, Zanna tidak terlalu suka jajan diluar. Hidupnya selalu bergantung dengan masakan rumah, kata orang tuanya lebih higenis, memang sih ada benarnya juga. 

"Gimana kalo mie ayam?" tawar Fanna. Gadis itu menyunggingkan senyum manisnya. 

Zanna melirik sekitarnya. Banyak siswa siswi yang melihatnya dengan tatapan sinis, ada tatapan kagum. Zanna tidak terlalu peduli, ia ingim sekolah normal agar tau dunia luar bukan untuk mencari musuh. 

"Zanna.." panggil Fanna. Dia melambaikan tamgannya di hadapan wajah Zanna.

Zanna tersentak. Jujur dia sangat kaget, karena dirinya tidak terlalu fokus sejak tadi. 

"Kenapa Fann?" tanya Zanna kebingungan. 

Fanna berdecak, dia mesti sabar menghadapi sifat lemot teman barunya itu. 

"Beli mie ayam aja gimana?" tanya Fanna lagi. 

Zanna mengangguk sebagai jawabannya. Fanna dengan segera menarik lengan Zanna ke stand mie ayam, disana sudah banyak siswa siswi yang mengantri untuk mencicipi rasa mie ayam itu. 

Fanna kebingungan mencari meja kosong, saking padatnya kantin membuat seisi kantin riuh ricuh. Ada yang marah marah karena pesanannya tidak kunjung datang, ada yang berdiam diri karena bingung ingin membeli apa. 

Mata Fanna tertuju pada meja kantin yang terletak paling pojok, sepertinya cocok untuk dia dan Zanna menghabiskan makanannya. Sedikit jauh dari meja kantin lainnya. 

"Duduk sana, Zann!" ucap Fanna, gadis itu menarik lengan Zanna, membuat sang empunya hanya mengikuti langkah Fanna saja. 

"Aku yang pesen ya!" Fanna pergi meninggalkan Zanna seorang diri di meja kantin itu. 

Zanna yang merasa dirinya diperhatikan banyak orang dia menundukan kepalanya, merasa tidak enak dan risih karena diperhatikan seperti itu. Untuk pertama kalinya, Zanna berada di tengah tengah keramaian. 

"Kenapa sih mereka?" tanya Zanna pada dirinya sendiri, gadis itu benar benar risih diperhatikan seperti itu. 

"Itu anak baru kelas IPA kan?" tunjuk salah satu seorang siswa, berperawakan tinggi, kulit putih. 

"Yoi, cantik kaya model di i*******m!"sahut salah satu siswa berambut pirang, wajahnya seperti blasteran luar.

"Tapi sayang, kenapa dia kaya aneh gitu?" ucap siswa berperawakan sedang, kulit sawo matang. 

"Wajar bro, anak baru. Belum punya banyak teman." sahut siswa berhidung mancung, wajahnya seperti blasteran timur tengah. 

Zanna yang mendengar itu, gadis itu hanya diam, menundukan kepalanya tidak berani menatap atau melihat para siswa yang sedang memperhatikannya. Zanna benar benar malu. 

Lama menunggu, akhirnya Fanna datang dengan wajah sumringah, karena lama mengantri akhirnya selesai juga memesan makanan untuknya dan Zanna. Zanna yang melihat Fanna tersenyum, gadis itu membalas senyum tipis. 

"Mana mie ayamnya, Fan?" tanya Zanna. 

Fanna meraih tissu di saku bajunya, gadis itu mengelap keringat yang ada pelipisnya. 

"Nanti di anterin sama si bibi." jawab Fanna. 

Zanna hanya mengangguk saja menanggapi jawaban Fanna, dia kira Fanna akan langsung membawa makanan tersenyum, namun ternyata harus menunggu lagi. 

"Zann.. kamu lihat kan dua cewek itu?" Fanna menunjuk dua cewek yang tengah memarahi adik kelasnya. 

Zanna mengangguk, namun tidak mengerti maksud Fanna. 

"Kenapa dia?" tanya Zanna penasaran. 

Fanna menghela nafas kasar. 

"Kamu jangan sampe berurusan sama mereka." ucap Fanna serius memperingati Zanna, dia tau betul bagaimana kakak kelas sekaligus sepupunya itu. Sering membully siapa saja yang menurutnya menyaingi nya. 

Zanna mengernyitkan dahinya, masih tidak paham dengan maksud Fanna. Ah, otaknya sangat lemot sekali. 

"Siapa mereka, Fan?" tanya Zanna, dirinya makin penasaran, Zanna juga harus banyak bertanya kepada Fanna, agar dia tidak salah langkah.

"Dia tukang bully di sekolah ini." ungkap Fanna. Ucapan Fanna mampu membuat Zanna terdiam sesaat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status