Share

CHAPTER 5. KAFKA KAFINDRA

" Zann, kamu gapapa?" tanya Fanna khawatir karena Zanna hanya diam dengan wajah pucat pasi. 

Tidak ada respon dari Zanna, membuat Fanna semakin khawatir. Fanna menuntun Zanna untuk keluar dari kantin, rasa iba dan kasihan menyelimuti hati Fanna. Tidak tega melihat Zanna seperti itu, gadis itu sangat ketakutan sekali. 

"Na, salin pake baju olahraga ya." titah Fanna, Zanna mengangguk lalu masuk kedalam toilet perempuan. 

Fanna berdecak, merasa bersalah karena ulah sepupunya Ele, teman barunya jadi korban bullyan Ele. 

"Sialan emang." gerutu Fanna kesal. 

°°°°

Laki laki jangkung, bertubuh tegap masuk kedalam kelas 11 IPA 2. Wajahnya nampak marah, rahang nya terlihat mengeras karena menahan amarah yang sedari dia pendam, dia Kafka. Anak kelas 12 IPS satu yang terkenal karena suaranya yang sangat merdu. 

Kafka Kafindra, nama lengkapnya. Laki laki yang hobby menyanyi itu banyak di idamkan oleh kaum hawa, terutama sekolahnya. Kafka hampir dikenali banyak orang karena suaranya yang sangat merdu, Kafka juga adalah seorang selebriti i*******m, banyak followers membuat dia banyak dikenali orang.

"Gue minta tas kalian bawa kedepan!" titah Kafka, laki laki itu menyuruh anak kelas 11 untuk segera melakukan perintahnya. 

Seluruh penghuni kelas 11 IPA 2 segera menuruti perintah Kafka, tidak mau ada masalah dan perdebatan dengan laki laki itu lebih baik menuruti. Zanna dan Fanna pun dua gadis itu menuruti, membawa tas mereka lalu menaruhnya didepan kelas. 

Kafka mendengus, dia menyuruh Oki untuk mengecek satu persatu tas siswa kelas 11 IPA 2. Kafka baru saja kehilangan kalung liontin milik ibunya yang sudah lama telah tiada, mendapat kabar bahwa kalung liontinnya menghilang dan di curi oleh anak kelas 11 IPA 2 membuat Kafka naik pitam. Karena kalung liontin itu sangat berharga bagi Kafka. 

"Kaf, ini kan?" tanya Oki, tangannya mengambil liontin dari salah satu tas milik perempuan. 

Tas itu milik Zanna. 

Fanna yang melihat itu tersentak, ia melirik Zanna yang nampak ketakutan. 

"Zann, kok bisa ada di kamu sih?" tanya Fanna heran. 

Zanna menggendikan bahunya. "Entah, aku juga gak tau Fan.." keluhnya. 

Kafka merampas tas itu, lalu memandang satu persatu anak kelas 11 IPA 2. 

"Siapa pemilik tas ini?" tanya Kafka dingin. Tangannya memegang tas berwarna coklat itu. 

Zanna mengangkat tangannya. Walau dia tidak salah namun ia harus mengakui bahwa tas itu miliknya. 

"Saya kak!" ucapnya. Zanna maju kedepan, ingin mengambil tas miliknya, namun Kafka meraih lengan Zanna, membuat Zanna sedikit tersentak. 

Mata Kafka menatap Zanna dari atas hingga ke bawah, gadis itu cantik. Sangat cantik, hidung mancung serta bulu mata yang lentik membuat siapapun kaum adam terpesona oleh kecantikan Zanna. 

"Kamu?" tanya Kafka menaikan satu alisnya. 

Zanna mengangguk, lalu dia menundukan kepalanya karena takut, Kafka menatapnya bak harimau melihat mangsanya. Seisi kelas hanya terdiam, sedikit tidak percaya bahwa Zanna yang melakukannya. Fanna dan teman teman yang lain hanya ingin tau apa yang akan dilakukan Kafka kepada anak baru itu. 

"Nama?" tanya Kafka lagi.

"Zanna kirania kak.." jawab Zanna pelan, sangat pelan. Bahkan Kafka tidak mampu mendengarnya. 

Kafka menghela nafasnya pelan. Ia mendengus kesal. 

"NAMA SIAPA?" tanya nya lagi sedikit membentak. 

Zanna tersentak kaget, ia meremas ujung rok sekolahnya. 

"Zanna Kak.." jawab Zanna tegas. Gadis itu tidak berani menatap Kafka. 

Oki menyenggol lengan Kafka, lalu membisi kan sesuatu. Membuat Kafka terdiam sejenak. 

"Anak baru?" tanya Kafka, karena dia agak asing dengan wajah Zanna. 

Lagi lagi Zanna hanya mengangguk sebagai jawabannya. 

"Jawab!" bentak Kafka. 

Fanna yang melihat Zanna ketakutan seperti itu berniat untuk menolongnya dan membawa nya keluar dari kelas. Namun ia ingat kali ini Zanna berurusan dengan seorang Kafka Kafindra. Ia tidak mau suasana nya semakin kacau. 

"I-iya kak.." jawab Zanna gugup. Gadis itu benar benar menunduk tidak berani melihat Kafka. 

Kafka berdecak kesal.

"Lihat gue anak baru!" 

Zanna masih diam. Dia tidak berani menatap Kafka, kepalanya masih tertunduk sembari meremas rok sekolahnya. 

"Lihat gue!" ucap Kafka tegas. 

Zanna dengan berani mendongkakkan kepalanya, dengan segala kekuatan dan keberaniannya Zanna mencoba melihat wajah Kafka.

Kafka terdiam, melihat wajah cantik Zanna dari dekat. Perempuan itu benar benar mempesona walau seperti orang culun. 

"Lo jadi pacar gue, sebagai hukuman karna udah ambil liontin nyokap gue!" ucap Kafka, laki laki itu memang terbiasa menggunakan bahasa lo-gue jika berbicara dengan siapapun, kecuali guru dan orang tua nya. 

Zanna, Fanna dan seisi kelas bahkan ada kelas lain yang menyaksikan lewat jendela merasa tidak percaya bahwa Kafka mengatakan hal itu pada Zanna. Zanna benar benar beruntung pikir mereka. 

"Gilaa, Zanna beruntung banget dapet pangeran kaya Kafka!" ucap siswi dengan rambut kritingnya. 

"Seriusan itu?"

"Mau juga jadi pacar kak Kafka!" 

"Zanna cantik, Kafka tampan. Serasi sih." 

"Zanna baru aja sekolah sehari udah ditembak Kak Kafka!" 

Banyak lagi pujian dan celotehan para kaum hawa disekolah. Membuat Zanna kebingungan tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana. Zanna benar benar tidak habis pikir dengan laki laki dihadapannya. 

Ia juga tidak tahu bagaimana bisa liontion milik laki laki itu berada dalam tas nya, padahal dirinya dan Fanna baru saja masuk kelas sehabis mengganti baju karena ulah kakak kelasnya Ele. 

Ini di luar dugaan Zanna, dia ingin sekolah normal itu hanya ingin tahu bagaimana dunia luar itu. Bukan seperti ini, bukan masalah yang dia hadapi. 

"Tapi kak.. aku--" ucapan Zanna terpotong cepat oleh Kafka. Laki laki itu menempelkan jari telunjuknya di bibir Zanna. 

"Ssssttt.. jangan banyak omong dan ngebantah, lo jadi pacar gue, dan lo milik gue!" ucap Kafka tegas, siapapun yang melihatnya Zanna kali ini benar benar terdiam, bingung harus melakukan apa dan bagaimana. 

"Pulang sekolah, tungguin di parkiran." lanjut Kafka, lalu laki laki itu pergi melenggang pergi meninggalkan kelas Zanna. 

Fanna dengan segera mendekati Zanna, gadis itu nampak kebingungan, Fanna tau bagaimana perasaan Zanna. Fanna juga tidak percaya dan siapa yang menaruh liontion milik Kafka berada didalam tas Zanna. 

"Zann..." panggil Fanna, menepuk bahu Zanna. 

Zanna tersentak. 

"Fann, aku harus gimana?" tanya Zanna memelas. Dia bingung mesti bagaimana. 

Fanna menghela nafasnya, gadis itu juga ikut bingung. Namun sedikit kagum dengan Zanna karena berhasil menjadi pacar seorang selebriti i*******m seperti Kafka.

"Kita ngomong sama kak Kafka, okay!" jawab Fanna menenangkan Zanna.

°°°°

"Kak Kafka!" panggil Fanna, gadis itu berlari kecil dengan Zanna yang masih merasakan takut dengan laki laki berwajah tampan itu.

Kafka menoleh, mendapati dua adik kelasnya tengah berlari ke arahnya. Laki laki itu mengernyitkan dahi nya, ia lupa sekarang dirinya menjadi pacar dari anak baru itu. 

"Kak!" panggil Fanna lagi, saat sudah mendekati Kafka. 

Zanna, dia masih terlihat ketakutan dengan Kafka, dia bersembunyi di belakang Fanna, enggan melihat Kafka. 

"Ada apa?" tanya Kafka, lalu dia teringat akan mengantarkan Zanna untuk pulang bersama nya. 

"Oh, lo pulang bareng gue!" ucap Kafka, dia menarik lengan Zanna. Zanna terkesiap hampir jatuh jika saja Kafka tidak menahan tubuh Zanna. 

Tatapannya bertemu, saling pandang dalam beberapa saat, membuat jantung Zanna hampir saja meletup letup, ia benar benar gugup, untuk pertama kali nya di hidup Zanna ia di sentuh oleh lawan jenisnya. 

"ZANNA IHH!!" teriak Fanna, mata ia panas melihat pemandangan ini. Gadis itu mencak mencak kesal.

Zanna tersentak, ia langsung menahan dirinya dengan tangan yang berpegangan pada baju Kafka. Zanna menundukan kepala nya karena malu. Ternyata banyak siswa lain yang melihat kejadian tadi. 

"Ayo pulang bareng gue!" Kafka menarik seenaknya lengan Zanna, meninggalkan Fanna yang masih berdiri, lalu mengejar Zanna. Menghalangi langkah Kafka.

"Enak aja, Zanna pulang bareng aku kak." sembur Fanna, ia menarik lengan Zanna. Zanna hanya diam, dia justru kebingungan. 

Kafka berdecak kesal, ia menatap Fanna kesal. Lalu kembali menarik lengan Zanna. 

"Bareng gue!" ucap Kafka penuh penekanan. 

"Zanna, bareng aku." ucap Fanna tidak mau kalah. 

"Lo siapa nya dia? pacar?" tanya Kafka sarkas. 

Fanna memalingkan wajahnya, lalu dengan cepat ia menarik lengan Zanna.

"Zanna pulang bareng aku, okay." Fanna membawa lari Zanna, namun kalah cepat oleh tarikan Kafka. 

Kafka menarik bahu Zanna, hingga gadis itu membalikan tubuhnya. Lalu menatap Kafka kesal. 

"Kak.." lirih Zanna, dia sedari tadi hanya diam bukan berarti tidak kesal. Zanna tidak enak dengan Fanna, dia teman baik nya. Tidak ada lagi selain Fanna yang mau berteman dengannya.

Bukan Zanna tidak mau berteman dengan yang lainnya, namun menurutnya satu saja cukup, tapi tulus berteman dengan nya. Di banding mempunyai teman banyak namun palsu dan munafik, Zanna tidak mau itu. 

Dia sekolah berniat untuk menuntut ilmu, bukan mencari musuh. Maka dari itu Zanna sangat pendiam di sekolah, karena dia takut salah langkah. Takut salah bicara, tidak mau ada musuh di hidup nya. Urusan tidak suka atau suka Zanna, itu hak mereka, Zanna tidak bisa mengaturnya. 

"Apa? Pulang bareng gue, lo ada salah sama gue." Kafka melipat lengan nya di dada. 

Fanna di buat kesal oleh Kafka, Kafka benar benar seenaknya. Padahal Fanna yakin dan tau bahwa Zanna tidak mengambil liontin nya itu. 

"Kak aku gak ambil liontin kamu.." ucap Zanna pelan, dia menatap Kafka dengan dalam. Matanya yang sayu, bisa melihat seberapa banyak beban dia. 

Kafka tertawa."Lah? liontin gue ada di tas lo. Itu tas lo kan?" tanya Kafka, dia mendekati Zanna, memberi tatapan yang tak kalah dalam dengan tatapan Zanna. 

"I-iya tas aku." jawab Zanna gugup. Dia menunduk kala Kafka membalas tatapan nya. 

Fanna berdecak." Kak tapi bu—" ucapan Fanna terpotong cepat oleh Kafka, dia mendapat tatapan tajam oleh Kafka.

"Diem lo." peringat Kafka, lalu matanya kembali fokus dengan Zanna. 

"Lo lupa apa yang gue bilang tadi pagi?" tanya Kafka lagi. Tangannya ia masukan kedalam saku celana nya. 

Zanna menggeleng kan kepala nya. Tangan nya memainkan ujung rok nya. 

"Lo pacar gue, nama nya pacar itu harus nurut!" ucap Kafka, kini jarak mereka sangat dekat membuat Zanna benar benar takut. 

Fanna hanya diam, dia bingung melakukan apa. 

"Pulang bareng gue." Kafka menekan di setiap kalimat yang dia lontarkan, agar Zanna memahami nya. 

"Dan lo, diem. Pulang sendiri!" lanjut Kafka, dia menunjuk Fanna yang sedari tadi diam melihat pertikaian Zanna dan Kafka.

Jujur, dia merasa kasian dengan Zanna. Baru pindah sekolah namun masalah sudah datang, padahal Zanna anak yang pendiam, tidak banyak tingkah, namun banyak sekali yang ingin hidup Zanna tidak tenang seperti nya. 

"Fann.. maafin aku." mohon Zanna merasa bersalah, ia merasa bersalah dengan Fanna karena harus pulang sendirian. Padahal tadi dirinya akan pulang bersama dengan Fanna. 

Fanna tersenyum.

"It's okay Zann, happy fun ya!" ucap Fanna ia pergi, melambaikan tangan nya ke arah Zanna dan Kafka. 

Kafka hanya diam, dia menatap Zanna tajam. 

"Kak.." panggil Zanna pelan, ia takut. Takut Kafka macam macam dengan nya. 

Wajar jika ada rasa takut, Zanna perempuan harus pulang bersama dengan Kafka. Apalagi Zanna yang di anggap punya masalah oleh Kafka. 

Zanna tidak tahu bagaimana bisa liontin milik laki laki itu ada di dalam tas nya, Zanna yakin semua ini ada dalang nya. Dalang dimana dia sendiri yang mengambil liontin itu lalu menaruh nya di dalam tas miliknya. 

Entah lah, Zanna saat ini hanya menuruti saja. Walau tidak salah, Zanna tidak ingin membuat masalah semakin runyam, dia takut jika menolak Kafka akan berbuat semakin seenak nya kepada dirinya. 

Lagi pula dia telah di peringati oleh kedua orang tua nya, juga kakak kandungnya untuk tidak membuat masalah di sekolah atau di mana pun. Jika manusia punya masalah, hidup nya tidak akan tenang. 

Zanna berjalan beriringan dengan Kafka menuju parkiran, keduanya sama sama diam tidak ada yang membuka suara sampai Zanna masuk ke dalam mobil milik Kafka. 

Zanna menyenderkan kepalanya, dia menatap jalanan yang mulai padat. Hati nya benar benar was was saat berada di samping Kafka. 

"Kak rumah aku di cluster cendana, blok A nomor 12." ucap Zanna memberi tahu. 

Tidak ada respon dari Kafka. Dia masih fokus menyetir.

"Kak.. rumah aku bukan ke arah sini." lirih Zanna pelan, dia membenar kan posisi duduknya. Perasaan nya saat ini benar benar ketakutan, saat Kafka melewati cluster tempat dimana Zanna tinggal.

"Kak, cluster nya kelewat!" ucap Zanna, dia menatap Kafka. 

"Kak, mau bawa aku ke mana?" tanya nya lagi. 

Namun, Kafka tidak menggubris ucapan ucapan Zanna. Dia tetap diam. 

"Kak.." 

Kafka melirik Zanna sekilas, lalu pandangannya kembali fokus kedepan. 

"Hm?" dehem Kafka. Tangan sangat pintar menyetir mobil milik nya.

Zanna membalikan badannya, menjadi ke arah Kafka. Mata nya sudah berkaca kaca, dia benar benar takut. Takut jika Kafka macam macam padanya, atau menjual nya. Zanna tidak mau. 

"Kak bisa putar balik? Rum—" ucapan Zanna terpotong oleh Kafka, Kafka kebiasaan memotong ucapan lawan bicara nya. 

"Bisa diem?" tanya Kafka sinis. 

Zanna menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan tinggal diem, Zanna tidak mau terjadi hal aneh pada dirinya. 

"Rumah aku kelewat kak!" Zanna memberi tahu, ia benar benar keringat dingin saat ini. 

Tolong, jika Zanna mempunyai kekuatan menghilang. Dia ingin menghilang saja hari ini, lalu muncul kembali sudah berada dalam kamarnya, tidak mau pulang bersama dengan lelaki yang mungkin Zanna tidak mengenalnya lebih jauh. 

"Gue mau ajak lo makan. Bukan mau nyulik lo!" jawab Kafka, dia memarkirkan mobilnya di sebuah cafe mewah. 

Kafka hendak turun, namun ia menatap terlebih dahulu Zanna yang masih diam, dengan tangan meremas rok nya. 

"Ngapain lo disitu? gak mau turun?" tanya Kafka, ia mengangkat satu alisnya. 

Zanna menggeleng kan kepalanya lugu. Membuat Kafka jadi gemas sendiri oleh tingkah polos Zanna.

"Turun!" 

Zanna menggelengkan kepalanya. Zanna tidak mau turun, dia takut ini jebakan Kafka. Siapa tau di dalam sana banyak penjahat. 

"Turun!" 

Zanna tetap dengan pendiriannya. 

Dengan cepat, Kafka menarik lengan Zanna untuk keluar dari dalam mobilnya. Zanna memberontak saat Kafka menarik lengannya agar Zanna turun dan keluar dari mobilnya. 

"Kak, aku gak mau.." rintih Zanna pelan. Ia meringis kesakitan karena Kafka menariknya begitu kencang. 

Kafka mendengus kesal.

"Turun, lo mau gue ajak makan. Gue bukan penjahat seperti apa yang lo kira!" ucap Kafka kesal. Ia melepaskan cekalannya. 

Zanna meringis, gadis itu mengelus lengannya yang nampak memerah karena ulah Kafka. 

"Sakit.." lirih Zanna, ia mengelus lengannya pelan.

Kafka mendengus, baru kali dia menemukan perempuan seperti Zanna, dari semua perempuan yang selalu dia ajak jalan semuanya tidak menolak. Bahkan sama sekali tidak ketakutan, malah mereka semua itu sangat agresif terhadap dirinya. 

Namun berbeda dengan Zanna, gadis itu sangat sulit di bujuk, bahkan selalu saja ketakutan jika dirinya mendekati nya, bahkan gadis itu terkadang gemetar saat melihat Kafka, apa sebegitu menakutkan nya Kafka bagi Zanna? 

"Keluar, Zann!" perintah Kafka penuh penekanan. 

Zanna menunduk. Lalu mendongkak kan kepalanya menatap manik mata milik Kafka.

"Aku gak mau.." 

Kafka mengusap wajahnya gusar, dia menatap ke arah lain. Bingung harus gimana untuk membujuk Zanna. 

"Gue niat baik ngajak lo makan, lo tolak?" tanya Kafka, dia menatap Zanna. Badan Kafka agak dia condongkan agar bisa menatap Zanna lebih dekat. 

" Aku gak mau di jual.." ucap Zanna gugup.

Kafka mengernyitkan dahinya, jual? siapa yang di jual? Tidak paham maksud Zanna, membuat Kafka mesti banyak sabar untuk berbicara dengan Zanna. 

" Maksud lo?" tanya Kafka bingung.

Zanna menghela nafas pelan. 

"Kamu mau jual aku? Kaya di film film itu.." jujur Zanna, kemudian gadis itu kembali menundukan kepalanya. 

Kafka tertawa renyah, korban film dasar, tangan nya menyentuh dagu Zanna agar gadis itu menatapnya. 

Pandangan mereka bertemu, jika dari jarak dekat, kecantikan Zanna benar benar alami. Hampir saja Kafka terbuai akan kecantikan Zanna. 

"Gue gak akan jual lo, gua bukan mucikari!" ucap Kafka, Zanna menelan saliva nya. Dia benar benar gugup saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status