Sebelum Pernikahan..Setelah bicara dengan Shalih, Ibra langsung bergerak cepat. Dia memberitahu kakeknya kalau dalam tiga hari dia akan menikah dengan Zahrana, dia juga menghubungi Joni dan dokter Samuel untuk hadir dalam pernikahan dadakannya itu.Tentu saja itu membuat semuanya kaget, terlebih kakeknya. Dia terus mencecar cucunya kenapa bisa ingin menikah mendadak dengan Zahrana, laki-laki tua itu tidak mau kejadian dulu terulang lagi. Menikah secara mendadak dengan sembarang gadis yang tidak tahu asal usulnya.Tapi Ibra memberitahukan semua pada kakeknya bagaimana dia bisa akan menikahi Zahrana. Dan tentu saja kakeknya itu sangat terkejut, setelah tahu masalah yang di hadapi mantan pengasuhnya. Apa lagi anak laki-laki yang selama ini akrab dengannya dulu adalah benar-benar anak Ibra."Baiklah, kakek setuju kamu menikahi Zahrana. Lagi pula, tidak ada alasan kakek menolakmu menikahi gadis itu. Cuma masalahnya, apakah kamu bisa menaklukkan dia setelah apa yang kamu lakukan pada kakak
Zahrana masuk setelah ijab kabul di ucapkan oleh Ibra. Ada rasa kesal setelah tadi malam berdebat dengan laki-laki itu kalau dirinya akan di nikahi oleh majikannya. Apa lagi Tuan Arta datang ke penginapan itu setelah dia di ajak menginap lagi di penginapan.Dia tidak menyangka Tuan Arta akan datang dan ikut membujuknya juga untuk menikah dengan cucunya. Dari desakan majikan tuanya itu, Zahrana akhirnya mau juga. Meski Ibra sempat menyerah untuk rencana dan niatnya, tapi akhirnya Zahrana mau juga. Gadis keras kepala itu memang harus di paksa, begitu Ibra berpikir.Tapi dia memaklumi kenapa Zahrana seperti itu, karena banyak sekali kehidupan pahit yang dia alami, apa lagi orang yang akan menikahinya itu adalah laki-laki yang mencampakkan kakaknya sampai meninggal dunia.Kini Zahrana duduk di samping Ibra, dandanan yang sederhana saja. Tetapi mampu membuat seisi masjid takjub karena penampilan Zahrana yang berbeda menjadi cantik, dan itu mampu membuat Mila dan Midah menjadi geram. Panda
"Papa kenapa teriak?" tanya Raka."Maaf sayang, itu om Joni yang salah." jawab Ibra.Dia bangkit dari duduknya, membawa Raka keluar dari kamarnya. Sedangkan Zahrana masih diam, mengerutkan dahinya masih heran kenapa ada baju seperti itu."Ini baju apa sih? Aku tidak mengerti kenapa ada baju seperti ini? Kalau untuk tidur pasti tidak enak." ucap Zahrana masih membolak balik baju di tangannya.Di simpan kembali baju tadi, di lihat baju yang lain sepertinya sama. Tapi kemudian dia menemukan baju piama panjang juga di bagian bawah, dan akhirnya dia mengambil baju piama tersebut untuk mengganti baju pengantin sederhana yang sejak tadi dia kenakan.Sementara itu, di rumah Midah. Perempuan itu benar-benar marah sekali, dia terus mondar mandir menunggu suaminya pulang. Sejak tadi dia sangat kesal sekali menghadiri pernikahan Zahrana dan Ibra sang bos proyek. Apa lagi suaminya itu mengatakan tentang status Raka adalah anak kandungnya."Sialan, jadi dia ayah kandung anak Rania itu? Kenapa bisa
Tuan Arta kembali ke kamarnya dengan Raka setelah mereka mengetuk pintu kamar Ibra dan Zahrana tidak di buka juga. Setelah selesai acara akan nikah itu, baik Joni, dokter Samuel kedua orang tua Mischa kembali lagi ke kota. Mereka hanya menghadiri pernikahan Ibra dan Zahrana saja, terutama Tuan Arta. Laki-laki tua itu sangat senang cucunya menikah dengan Zahrana, gadis yang sebenarnya baik dan agamanya juga baik. Dia ingin punya menantu yang seperti itu, tidak seperti mantan pacar Ibra yang sudah menikah dengan pria asing."Syukurlah cucuku menikah dengan gadis itu. Meski dengan cara yang lain, tapi aku senang. Apa lagi kini anaknya sudah besar." ucap Tuan Arta.Dia kini kembali ke kamarnya, rasa lelah menguasai tubuhnya. Tapi Raka masih saja ingin bermain dengannya di kamar, bingung antara ingin istirahat dan juga tidak mau mengecewakan cucu buyutnya."Opa, bunda sama papa lama ya di kamar." keluh Raka."Iya, sebentar lagi papa kesini." ucap Tuan Arta menghibur cucu buyutnya.Menungg
Dalam perjalanan menuju ke kota, sepanjang jalan Zahrana hanya diam saja. Dia duduk di samping Ibra yang mengendarai mobil sendiri, sesekali laki-laki itu menoleh ke arah istrinya yang sedang diam saja."Kamu kenapa?" tanya Ibra."Hemm, tidak apa-apa. Apakah aku harus tinggal di rumah itu selamanya?" Zahrana."Tentu saja, itu juga sudah jadi rumahmu dan Raka. Kamu istriku sekarang, bukan lagi pengasuh kakekku." kata Ibra."Tapi, akan jadi aneh nantinya. Kenapa tiba-tiba jadi istri, aku belum terbiasa." kata Zahrana."Makanya biasakan, sekarang kamu bisa lakukan apa pun di rumah itu." kata Ibra lagi."Tapi, Nona Mischa?""Abaikan dia, dia hanya kurang suka saja. Tapi lama kelamaan dia akan menerimamu sebagai istriku." kata Ibra lagi.Zahrana diam lagi, dia menarik napas panjang. Sesungguhnya itu sangat tiba-tiba, tapi jika tidak begitu. Dia akan selalu di hina dan di rendahkan oleh warga kampungnya, apa lagi para tetangganya. Semuanya sudah jelas siapa ayah Raka sebenarnya, Ibra sudah
Zahrana kaget dengan kehadiran Ibra di belakangnya, bi Iyam hanya tersenyum saja. Dia pun segera pergi dari hadapan Ibra dan melanjutkan ke dapur yang sempat di tinggalkan mengobrol dengan Zahrana."Apa kamu tidak mau naik ke kamar?" tanya Ibra.Zahrana menatap saja, dia bingung apakah harus masuk ke dalam kamar suaminya?"Apa aku harus ke kamar atas?" tanya Zahrana."Tentu saja, kamarmu sudah pindah ke atas. Bukan di kamar pembantu lagi, ayo cepat ke atas. Raka sudah menunggu di kamar." kata Ibra menarik tangan Zahrana.Gadis itu kaget, dia ingin melepas pegangan tangan Ibra. Tapi laki-laki itu menariknya paksa dan membawanya pergi dari meja bar, mau tidak mau Zahrana pun mengikuti langkah suaminya. Meski dia masih kaget dengan statusnya, tapi menurut apa yang di katakan suaminya adalah kewajibannya. Bukankah seorang istri harus menurut pada suaminya?Mereka melangkah menaiki anak tangga, hati Zahrana gugup dan entah pikirannya kemana. Ibra menoleh padanya, tersenyum tipis. Dia tahu
Zahrana gugup sekali, dia menunduk saja ketika Ibra menatapnya penuh takjub akan kecantikan yang tersembunyi di balik kerudung instan miliknya. Dia tidak menyangka jika adik dari Rania lebih cantik dari kakaknya itu. Sentuhan tangannya pada pipi Zahrana membuatnya semakin tertegun, kulit polos tanpa make up itu benar-benar bersih dan putih.Di tariknya dagu istrinya untuk menghadap ke arahnya, menatapnya seksama wajah cantik. Ibra menelan salivanya, wajahnya maju beberapa mili. Tapi tiba-tiba Zahrana menoleh cepat karena malu, Ibra tersenyum."Kenapa? Masih malu?" tanya Ibra masih memegang dagu istrinya.Zahrana hanya mengangguk saja, pipinya panas karena rasa malu yang melanda hatinya."Lalu, kita mau apa?" tanya Ibra.Zahrana menggeleng saja, tidak berani menatap suaminya. Ibra pun menarik tangan Zahrana, membawanya menuju balkon. Meski sudah malam, hawa dingin menyelimuti suasana malam. Ibra mengajaknya berdiri di depan batas pagar balkon, Zahrana berdiri di depan dan dia di belaka
Satu bulan sudah Zahrana tinggal di rumah Ibra sebagai istri laki-laki itu. Selama satu bulan itu, Ibra belum meminta haknya pada Zahrana. Dia sengaja melakukan itu agar gadis itu terbiasa dengan sikap dan perlakuannya yang romantis padanya. Dan tentu saja lama kelamaan Zahrana jadi terbiasa dengan perlakuan Ibra padanya.Hingga malam ini, keduanya sedang duduk santai di balkon. Raka sudah menempati kamarnya yang baru, seperti aturan yang di buat Ibra pada anak laki-lakinya itu. Raka harus tidur di kamarnya sendiri di temani Zahrana atau dirinya.Mereka duduk santai di balkon, menikmati malam bulan purnama tepat tanggal lima belas di bulan kedua itu. Zahrana duduk di sebelah Ibra, tangannya sudah biasa merangkul pinggang suaminya. Ibra senang kini Zahrana sudah biasa seperti itu padanya."Bulannya sedang bagus ya." kata Ibra menatap ke atas langit yang bersinar."Iya. Inikan tanggal lima belas, jadi bulan sedang penuh." jawab Zahrana ikut menatap bulan di atas langit."Kalau melakukan