Share

5. Si Tukang Bikin Kesal dan Si Keras Kepala

Zefanya, gadis yang telah berganti tampilan itu kembali menjadi penumpang. Ia duduk tenang di sebelah Zeino yang sedang mengendarai mobilnya. Perjalanan sunyi tanpa kata memaksa lantunan suara merdu penyanyi dari playlist yang diputar merajai ruang itu. Kesal di dada yang memaksa Zeino untuk memilih memulangkan Zefanya lebih awal dari waktu yang diperkirakan.

Candaan Dito yang mengungkit kebersamaannya dengan seorang mahasiswa baru beberapa waktu yang lalu membangkitkan emosi Zeino. Dia seakan dijadikan terdakwa atas tuduhan mendua. Padahal Zefanya sendiri mengetahui dan tidak pernah membesarkan masalah itu. Pacarnya itu cukup mengerti dengan penjelasan singkat yang ia sampaikan. Jika dia dan Talita, juniornya di kampus, hanya kebetulan bertemu. Lagi pula gadis yang baru memulai perkuliahan itu adalah anak dari kolega orang tuanya. Sehingga tak heran jika mereka sudah terlihat akrab.

“Ayo habiskan. Setelah itu kita pulang.”

Begitu Zeino berkata setelah kembali menegak cairan dari kaleng soft drink untuk membantu menelan kunyahan terakhirnya.

Zee yang bisa menangkap suasana hati Zeino yang sedang tidak baik, menurut. Tak mau ia membantah. Lagi pula bukankah dari sebelum berangkat dia meminta untuk tidak pulang larut malam.

Keberadaan ibunda Zefanya yang sendiri di rumah menjadi alasan yang bagus untuk disampaikan pada teman mereka yang lain. Sehingga, baik tuan rumah dan tamu – tamu yang hadir tidak keberatan untuk melepas pasangan itu pulang. Meskipun setelah itu mereka saling sikut dan menyalahkan satu sama lain atas keusilan yang berbuah raut kesal di wajah Zeino.

Kendaaran roda empat itu berhenti sebelum mencapai tujuan. Rumah Zefanya masih berada di beberapa blok di depan sana. Zeino menarik rem tangan setelah menepi di dekat taman komplek. Tatapan menyelidik Zefanya tertuju ke arah pemuda di belakang kemudi seakan berusaha mencari jawaban.

“Mau beli minum bentar, haus.” Kalimat itu mengantar tubuh Zeino yang bergerak membuka pintu mobil.

“Haus? Mengapa ga di rumah aja minumnya. Kan udah mau nyampe,” gumam Zefanya terheran.

Tergerak oleh rasa penasaran, Zefanya pun ikut keluar dari mobil. Ia melangkah mendekati Zeino yang tengah bertransaksi dengan pedagang kaki lima. Gadis itu memilih duduk di kursi beton yang tersedia di pinggir taman di bawah sebuah tiang lampu penerangan. Dari sana ia menyaksikan lembaran rupiah yang disodorkan Zeino berganti dengan dua botol minuman dingin yang telah dilengkapi sedotan.

Berdampingan keduanya duduk di kursi beton. Serentak keduanya menyeruput minuman dingin melalui sedotan. Sungguh estetik jika diabadikan dalam sebuah frame. Sempurna tata letak dan bias cahaya berkat temaran lampu jalan yang menjulang. Sesempurna keserasian jika keduanya tidak beradu kesal.

“Jadi liburnya kapan?” Pemuda itu bertanya sambil melirik sekilas pada gadis di sebelahnya.

“Off-nya nanti Senin dan Selasa.” Sang gadispun menjawab sambil menolehkan wajah.

“Besok mau dijemput?” Pertanyaan yang terlontar terdengar biasa. Seperti tawaran seorang kekasih pada gadisnya.

“Hmm bukannya hari Minggu sore Kak Zeino ada jadwal maen futsal sama yang lain?” Jawaban yang berupa pertanyaan yang memungkinkan sebagai cara menolak halus meluncur dari bibir Zefanya.

“Atau mau diantar?” Zeino kembali bertanya dengan nada yang sama.

“Ga usah Kak, besok aku bawa motor, ‘kan masuk pagi. Jam enam sudah berangkat."

Zeino menghela napas sebelum kembali menyeruput minuman dingin di tangannya. Zefanya mencoba menerka suasana hati pemuda di sampingnya saat ini.

“Kakak hari Senin ngampus, 'kan? Jadi janjian sama Pak Luther untuk bimbingan?”

Sebuah anggukan lemah menjawab kalimat tanya itu.

“Ya udah, nanti aku temenin, ya.”

Kedua sudut bibir pemuda itu tertarik menciptakan sebuah lengkung dan tatapan teduh. Tak lama, tangan pemuda itu meraih botol minuman dari tangan Zefanya. Lalu ia berdiri dan berjalan ke arah pedagang kaki lima di pinggir trotoar untuk mengembalikan kedua botol kosong itu.

Kedua muda-mudi itu kembali berjalan beriringan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka duduk. Langkah mereka melambat ketika sepasang muda-mudi lain melintas dan berhenti tak jauh dari mereka. Keduanya juga terlihat seperti sepasang kekasih. Namun tingkah mereka yang saling bergelayut manja sangat jauh berbeda dengan sikap Zefanya dan Zeino yang masih berjarak ketika berjalan.

Entah pikiran apa yang terbersit dalam benak Zeino dan Zefanya, keduanya sama-sama memalingkan wajah tak mau menatap lama pada pasangan kekasih di dekat mereka. Langkah kakinya berayun lebih cepat menuju kendaraan yang masih setia menunggu.

Jarak taman yang tak sampai empat ratus meter dari rumah Zefanya, membuat dalam hitungan menit mereka telah berjumpa dengan rumah minimalis bertingkat dua yang tak terlalu besar.

“Kakak mau mampir dulu?” tawar Zefanya pada Zeino.

“Lain kali ya, sudah malam. Kamu 'kan besok harus kerja. Salam aja buat Bunda.”

Bersamaan keduanya lalu membuka pintu. Walaupun tak singgah, Zeino tetap keluar dari mobil untuk mengantarkan Zefanya ke depan pagar yang telah tertutup. Sesampai di depan terali besi, keduanya kembali berdiri berhadapan.

“Terima kasih ya Kak, aku masuk dulu.”

Zeino tersenyum. Jemarinya terulur mengusap pucuk kepala gadis yang tengah sibuk merogoh tas jinjingnya. Sedikit kikuk mendapat perlakuan seperti itu, Zefanya menatap Zeino sambil tersenyum.

“Hmm aku masuk ya, Kak,” ijinnya lagi ketika telah menggenggam kunci di tangannya.

Zeino membantu mendorong pagar besi itu. Setelah cukup lebar untuk meloloskan tubuhnya, Zefanya pun melangkah masuk. Sekarang keduanya berdiri terpisah oleh jeruji besi. Memastikan gadisnya sudah berada di tempat yang semestinya, Zeino membalikan badan. Ia melangkah pasti menuju mobil. Sementara Zefanya masih mempertahankan posisinya.

Kaca pintu mobil Zeino di bagian samping kiri terbuka perlahan. Zefanya bisa melihat pemuda di belakang kemudi sedang menatap ke arahnya. Sebuah lambaian tangan ditemani seulas senyum manis melepas kepergian sang pemuda. Membalas dengan mengulas senyum tipis, pemuda itu pun menekan pedal gas untuk memacu tunggangannya.

Setelah menyambangi ibunya di kamar untuk sekedar bertegur sama, Zefanya lalu menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamarnya berada. Tubuhnya langsung mencari tempat ternyaman di sela-sela bantal dan beberapa boneka yang berbagi ruang di atas ranjang.

Meluruskan punggung dan kaki yang terasa pegal setelah aktivitas seharian penuh adalah hal yang dibutuhkannya saat ini. Bekerja delapan jam dengan sepatu hak tinggi, mondar – mandir di area hotel yang luas menyapa dan membantu tamu – tamu yang membutuhkan pelayanan sudah menjadi tugas utamanya, tentu membuat letih kedua kakinya.

Hampir terpisah roh dari tubuhnya yang mulai setengah sadar di ambang alam mimpi, sebuah notifikasi dari aplikasi chat di telepon genggamnya samar merayap di indera pendengarannya. Dengan mata setengah memicing, jemari lentik Zefanya meraup benda pipih yang tergeletak di atas nakas.

Sebuah pesan yang tersemat atas nama pemuda yang hampir setengah jam yang lalu mengantarnya pulang terpampang di layar.

Good nite Zee, nice dream…..

Senyum tipis menghias wajah manis gadis yang membaca pesan itu dengan mata setengah terbuka. Jemarinya terlihat lincah mengetik seuntai kalimat balasan.

U 2 K Zeino. Good nite….

Sweet sih, tapi suka ngatur. Bikin kesel,”lirih Zee pada diri sendiri sambil merapatkan mata dan memeluk salah satu boneka anjing berukuran besar yang merupakan hadiah dari Zeino.

Sementara di sebuah kamar lain, seorang pemuda yang juga tengah berbaring di ranjang besar menatap lekat layar telepon genggam yang menampilkan sebuah pesan yang telah dibacanya.

“Zefanya Ayunda, keras kepala,” ucapnya lirih. Entah apa maksudnya berkata seperti itu sedangkan jemarinya mengusap berkali-kali wajah yang tampil di galeri foto yang ia buka.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
taripoe
Yg atu bikin kesel, atunya keras kepala, atunya lg suka senyum2 gemes baca cerita mereka..
goodnovel comment avatar
Raya Adelia
lucu jg nih anak berdua, kesel2 tp perhatian 😍
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status