Share

Bab 1. I Think I Know, But Who?

Ketika hati berperan sebagai otak untuk melupakan sumber luka.

~

"Gue denger sih pak Demi mau digantiin sama adiknya"

"Serius lo? Duh, belum juga pdkt uda mau pergi aja"

Desas desus yang beredar luas di perusahaan itu adalah fakta. Berita tersebut memang sudah dibenarkan oleh Demi, sang bos, saat ia bertanya mengenai hal tersebut.

Karena perusahaan cabang yang sudah berkembang dengan baik, Demi memutuskan untuk kembali ke perusahaan pusat yang ada di London. Dia memberikan tugas pada sang adik untuk melanjutkan perjuangannya membawa perusahaan cabang agar semakin maju.

Ah pernyataan itu hanya hipotesanya saja.

Tentu saja, Naira Ghina Winata turut sedih akan kepindahan bosnya itu. Menurutnya, Demi adalah sosok bos baik hati yang sangat ramah. Dia juga selalu menampilkan senyuman jika di sapa oleh para karyawan.

"Mbak, pak Demi ada di dalam?" Tanya gadis bermake up tebal dengan pakaian yang begitu ketat. Dia adalah Wilona, fans nomor 1 pak Demi yang hampir tiap hari caper pada bosnya itu.

Lihat saja, setelah ia mengatakan bahwa pak Demi ada di dalam ruangannya, dia langsung merapikan penampilan. Bahkan menebalkan gincu yang sudah merah bak darah. Ia jadi heran, dia disini untuk bekerja atau mau jadi biduan. Ck ck ck.

Karena terlalu asyik mengatur jadwal bosnya dengan klien, membuat Naira tidak sadar bahwa sudah waktunya makan siang. Perutnya terasa keroncongan karena tadi pagi tidak sempat sarapan.

"Nai, kok masih disini? Uda nanti lagi kerjanya. Sana makan siang dulu. Inget ya, jam 2 kamu harus nemenin saya ke hotel" ucap Demi yang kemudian berlalu ke kantin.

Naira sendiri hampir melupakan tugasnya itu. Duh, untung saja sang bos mengingatkannya. Ya beginilah ia, sebagai asisten CEO, Naira seringkali lupa dan lalai. Untung saja pak Demi sabar dalam menghadapinya.

Karena tidak ingin membuat jadwal pak Demi kacau balau, Naira pun membereskan semua berkas-berkas di meja kemudian menuju ke kantin. Ia harus makan cepat karena takut nanti jalanan akan macet.

"Woy Nai, sini"

Melihat Tiara yang melambaikan tangan membuat Naira tersenyum. Setelah mengambil makan siang, ia memang bingung mencari tempat duduk karena kantin yang begitu ramai. Untung saja sahabat karibnya itu menyisakan tempat untuk dirinya.

"Tumben amat lo telat ke kantin" tanya Silla sambil mengaduk kuah sotonya. 

Teman yang sudah kenal sejak SMP itu sangat paham bahwa Naira adalah pecinta makanan. Bahkan dia paling semangat jika sudah memasuki waktu isoma seperti ini.

"Lo tau kan kalo senin depan pak Demi uda digantiin sama adiknya. Jadi ya gue harus ngatur ulang jadwal ketemu klien dan nyesuain sama jadwal adiknya bos. Mumet ini kepala"

"Gue masih ngga rela pak Demi pergi. Hiks. Kapan lagi coba punya bos baik plus ganteng, kan lumayan buat cuci mata"

Naira memutar bola mata malas mendengar ucapan Tiara yang sok sedih itu. Tapi benar sih, Demi adalah sosok yang seringkali menjadi objek cuci mata para wanita.

Sama halnya dengan Naira. Setelah mengenal bos yang ketampananya luar biasa itu, seleranya dalam memilih pria pun semakin tinggi. Ah itu cuma mimpi. Ada satu orang yang menyukainya saja ia bersyukur. Tapi nyatanya tidak ada satupun pria yang mendekatinya.

Menyedihkan.

"Pulang nanti ke kang seblak yuk, gue traktir" ucap Silla setelah menghabiskan makanannya.

"Asyik, ada acara apa nih. Tumben-tumbenan nraktir kita" Tiara hampir menjerit mendengar tawaran menggiurkan itu. Lumayan kan akhir bulan ada yang berbaik hati mengenyangkan perutnya.

"Biasa, dapet sedekahan dari bang Ridho"

"Gue ngga janji ya. Mau nemenin pak Demi ke hotel soalnya" ucap Naira dengan suara lemah. Ia dan seblak adalah satu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Tapi apa boleh buat, pekerjaannya sekarang jauh lebih penting daripada makanan itu.

"Ehem ehem. Ngapain tuh di hotel. Jangan-jangan mau nina ninu"

"Heeeh mulut lo minta ditampar pake sendal gunung ya. Pala lu nina ninu. Ada kerjaan bego"

"Ooh kirain"

Naira memutar bola mata malas mendengar ucapan temannya yang kompak itu. Otak mereka memang sengklek sejak dulu. Nina ninu? Duuuh, bagaimana Tiara punya pikiran seperti itu.

"Gue duluan ya, uda setengah 2 nih"

Ah dasar Naira. Sudah tau ada tugas menemani sang bos, malah kelupaan gara-gara keasyikan ngobrol sama teman-temannya ini. Ish.

*****

Naira menghembuskan nafas lega saat Demi menghentikan mobil tepat di depan Nusa Amazing Hotel. Jantungnya masih terasa berdetak tak karuan karena kejadian tadi.

Gara-gara ada motor yang tiba-tiba menyalip tepat di depan mobil Demi, pria itu langsung mengerem mendadak. Bahkan dahi Naira hampir kejedot dashboard. Untung saja Tuhan masih menyelamatkan nyawanya.

Setiap ada kepentingan di luar perusahaan bersama Demi, pria itulah yang selalu menjadi supir. Sebenarnya ia selalu menawarkan diri, tapi Demi selalu menolak.

Dia bilang sih tidak laki jika menyuruh wanita menyetir padahal masih ada pria di sampingnya. Duh, kalau bukan bos pasti sudah Naira gebet sejak dulu.

Masalahnya, bosnya itu mau tidak menjalin hubungan dengan berang-berang? Hiks

Oh iya, ia belum cerita apapun tentang kehidupannya. Berkat kuasa Tuhan, Naira diterima bekerja sebagai asisten CEO di Perusahaan Nusa. Perusahaan besar yang bergerak di bidang perhotelan.

Nusa sendiri baru membuka cabang di Indonesia sekitar 2 tahun lalu, dimana perusahaan pusatnya berada di London. Dan Naira beserta kedua temannya sudah bekerja di perusahaan saat itu. 

Meskipun termasuk perusahaan baru, tapi perkembangan Nusa sangatlah cepat. Sudah ada 11 hotel yang dibangun di 7 kota berbeda. Bahkan awal bulan depan Nusa akan meresmikan pembukaan resort pertama yang dibangun di atas tanah seluas 10 Hektar. Keren sekali kan?

"Coba kamu periksa Nai" ucap Demi sambil memberikan sebuah berkas pada asistennya.

Melihat nominal yang sedikit rancu membuat otaknya pusing. Rasanya tidak mungkin jika uang pemasukan hotel bisa sebesar itu. Bukannya ia tidak bersyukur, tapi Demi mendapat informasi dari tangan kanannya bahwa bulan ini hotel memang mengalami penurunan pengunjung.

"Sepertinya ada yang aneh pak"

"Bagian mana yang menurut kamu aneh?" Tanya Demi sambil menatap Naira yang tetap fokus pada berkas di tangannya. Ia juga tau ada sesuatu yang aneh, tapi matanya tidak bisa menemukan karena terlalu lelah melihat angka.

"Jumlah pengunjung pada tanggal 13 sangat tidak relevan dengan nominal yang tertera disini. Meskipun uangnya sudah dijumlah dengan pengunjung yang menetap sampai tanggal 13, tapi nominal uang tersebut masih terlalu besar"

Naira sampai bingung melihat laporan pemasukan dan pengeluaran ini. Bagaimana bisa nominal sebesar itu tidak diketahui asal usulnya. Tidak mungkin kan jika ada orang yang berbaik hati membayar dengan harga lebih.

"Coba kamu cek pemasukan bulan lalu juga. Saya mau ketemu sama GM dulu"

"Baik pak"

Melihat kejanggalan pada beberapa data membuat otak Naira mumet. Tak hanya bulan ini, ternyata pemasukan bulan lalu juga tidak relevan antara pengunjung dengan nominal yang tercatat.

Naira jadi bingung sendiri. Jika biasanya uang pemasukan dalam suatu perusahaan berkurang karena dikorupsi atau keselip, tapi anehnya kasus di perusahaan tempatnya bekerja ini malah kelebihan uang.

Kekurangan uang pusing, kelebihan uang juga pusing. Andai saja ini uang Naira sendiri. Pasti ia sudah sujud syukur karena ada pemasukan lebih secara tiba-tiba. Sayangnya itu hanya angan belaka, Hiks.

Naira melingkari beberapa angka rancu dengan menggunakan pulpen merah. Karena banyaknya keanehan pada data pemasukan bulan lalu, membuat Naira meminta asisten General Manager untuk memberinya data pemasukan di bulan lainnya. Pasti ada satu titik terang atas kejadian ini.

Awalnya ia ingin minta data dari bulan Januari tahun ini saja. Tapi asisten GM yang bernama Rasyid itu malah memberinya data pemasukan mulai dari bulan Januari tahun lalu. Duh, nambah kerjaan aja.

Saat diminta bantuan untuk membantu mengecek data, pria itu dengan halus menolak dan mengatakan bahwa ia takut ada yang kelewat. Tentu saja itu membuat Naira mengernyitkan dahi bingung.

Dan lebih anehnya, Rasyid seolah sedang memberi isyarat padanya. Tapi entah, ia tidak bisa menangkap isyarat itu. Baru Rasyid akan membuka mulut, dia sudah dipanggil oleh Manager Housekeeping. Ah entahlah, sebaiknya ia fokus meneliti data-data saja.

Naira pun mulai memeriksa data dari bulan Januari tahun lalu. Ia mengangguk-anggukan kepala karena tidak melihat satupun keanehan. Tidak ada nominal yang kurang ataupun berlebih. Bahkan nominal itu pun sangat relevan dengan jumlah pengunjung.

Awalnya tidak ada kejanggalan saat melihat data demi data. Tapi Naira mulai mendapati keanehan saat memasuki bulan Mei. Dimana pemasukannya tiba-tiba merosot, padahal jumlah pengunjung lumayan banyak. Ada apa ini?

Tidak hanya sampai disitu, kebingunan Naira pun berlanjut saat mengecek data bulan Juni yang memiliki nominal berlebih. Setelah dihitung dengan teliti, Naira benar-benar dibuat tercengang.

Kekurangan yang ada di bulan Mei ternyata masuk di data pemasukan bulan Juni. Sebab itu nominal pada bulan Juni bisa berlebih. Bagaimana bisa begini? Apa ini salah satu human error? Atau system error? Ah, Naira pusing Tuhan.

Karena sudah tidak sanggup melihat angka-angka yang membingungkan ini lagi, ia pun menyandarkan tubuh di sofa kemudian memejamkan mata. Naira ingin istirahat, tapi otaknya masih memikirkan spekulasi-spekulasi yang membuatnya semakin stress.

"Gimana Nai?"

Demi langsung meringis saat melihat Naira yang langsung duduk tegap. Jika tau asistennya itu sedang istirahat, ia tidak akan berbicara tadi.

"Datanya makin ngga karuan pak. Keanehannya dimulai dari bulan Mei tahun lalu"

"Tahun lalu?"

"Ini pak" ucap Naira sambil menyerahkan berkas tersebut pada sang bos.

Sebentar, Naira tidak salah liat kan? Kini tepat di depannya, tengah duduk sosok pria dengan ketampanan yang tak manusiawi sedang menatap ke arahnya. Siapa dia? Apa jangan-jangan Naira sedang berhalusinasi?

Tapi dia terlalu nyata. Bahkan sekarang pria itu sedang tersenyum manis ke arahnya. Oh God, jantung Naira terasa dangdutan sekarang. Tolong jangan sadarkan ia sekarang karena Naira masih ingin cuci mata.

Sebentar, sepertinya Naira kenal dengan wajah songong ini. Ehm, tapi siapa ya? Melihat pria itu yang beralih menjadi tersenyum miring ke arahnya, membuat Naira bergidik ngeri. Kenapa perasaannya jadi tidak enak begini?

Sepertinya kehadiran pria ini akan mengacaukan kehidupan Naira yang semula damai sentosa.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status