Share

Bab 2. Now, I Found You

Tanda kepemilikan memang tak nampak, tapi orang yang punya kepentingan paham akan itu.

~

Fabian Vero Dirgantara

Chief Executive Officer

Sosok pria sedang tersenyum menatap layar yang menampil foto, nama, dan jabatannya. Tadi ia diberitahu oleh sang kakak bahwa website perusahaan Nusa cabang Indonesia sudah diperbarui. Sebab itu ia bergegas mengecek website tersebut.

Dan benar saja, fotonya dengan wajah datar tanpa senyum langsung terpampang di halaman pertama. Dimana di bawahnya tertera banyaknya prestasi yang sudah ia raih. Ah, akhirnya mimpinya jadi kenyataan.

Ting

Mendengar suara notifikasi, membuat pria bernama Bian itu mengalihkan atensinya. Ia membuang nafas keras ketika membaca pesan sang kakak yang menyuruh dirinya menuju meeting room di lantai 6.

Tidak ingin peduli, Bian malah beranjak dari duduknya dan merebahkan tubuh di atas kasur. Ia sangat lelah setelah mengudara selama berjam-jam.

Mumpung ia tidak sibuk, izinkan dirinya untuk memperkenalkan diri. Fabian, atau yang biasa dipanggil dengan nama Bian ini adalah seorang kapiten. Ah maaf, salah. Maksudnya ia adalah anak dari pemilik dan pembangun perusahaan Nusa.

Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan ini sudah dibangun sejak tahun 2015 di kawasan London. Karena perusahaan pusat yang sudah sangat maju, sang Papa pun memutuskan untuk melebarkan kawasan bisnisnya sampai ke Indonesia.

Beliau membuka perusahaan cabang pertama di negeri tanah air tercinta, Indonesia pada tahun 2019 dan dipegang oleh Demi, yang merupakan kakak kandung Bian.

Saat peresmian perusahaan Nusa, Bian dan kedua orangtuanya juga datang ke Indonesia. Tapi seminggu kemudian mereka langsung kembali ke London karena ada suatu problem.

Dua tahun bekerja sebagai manager di perusahaan pusat membuat sang Papa memberikan apresiasi padanya. Beliau memberi amanah pada Bian untuk mengambil alih perusahaan cabang

Selain itu, karena Arga, Papa Bian yang sudah terlalu tua untuk menjabat sebagai CEO, ia akan melantik Demi untuk menjadi penggantinya di perusahaan pusat.

Me and my broken heart

Nada dering telfon itu membuat Bian mengerang kesal. Siapa sih yang menelfonnya, menganggu saja. Ia masih lelah Tuhan.

All i need is a little love in my life

All i need is a little love in the dark

A little but...

"Apa" ucap Bian malas-malasan. Jika telfon dari kakaknya ini tidak penting, ia akan menghajarnya saat bertemu nanti.

"Dimana? Kok belum nyampe"

"Iya otw"

"Otw tuh dimana?"

"Otw tidur maksudnya. Kenapa sih Bang, gue ngantuk sumpah"

Mata Bian bahkan sudah sangat berat sekarang. Tubuhnya terlalu lelah dan butuh istirahat.

"Kalo mau tau info tentang first crush lo itu buruan dateng ke meeting room lantai 6. Jangan salahin gue kalo dia pergi dari sini"

First crush? Bian tidak salah dengar kan? Memangnya punya informasi apa kakaknya itu? Sebentar, dia kan sudah menetap 3 tahun disini. Jadi ada kemungkinan kalo Demi tau sesuatu tentang dia.

Setelah mematikan panggilan telepon sepihak, Bian pun bergegas ke lantai 6. Entah kenapa perutnya seolah dipenuhi oleh kupu-kupu sekarang.

"Giliran masalah dia aja langsung gercep. Nih periksa dulu" ucap Demi sambil memberikan berkas kerja sama dengan klien penting.

Bian yang membaca berkas itu langsung menghela nafas kasar. Kurang ajar. Ternyata sang kakak membohonginya. Tau gitu ia akan tetap tidur tadi. Ish.

"Uda ngga usah ngumpatin gue. Ayo masuk"

Melihat sosok gadis yang sedang memejamkan mata sambil bersandar di sofa membuat Bian mengernyitkan dahi bingung. Kenapa Demi mengajaknya kesini?

"Gimana Nai?"

Nai? Gadis itu benar-benar Naira? Sosok yang ia cintai sejak tahun 2010? Benarkah? Bian pun menatap Demi untuk mencari jawaban. Dan pria itu dengan tegas mengangguk sambil tersenyum.

Saat sudah mendaratkan pantat di sofa, Bian memperhatikan raut wajah lelah Naira. Beberapa detik kemudian, bocah itu menatap ke arahnya dengan tatapan memuja. Iya benar, lihat saja, bahkan matanya seolah berbinar.

Karena ingin menyadarkan gadis itu, Bian pun menampilkan senyum miring. Senyum andalannya yang paling dibenci oleh Naira dulu. Ia penasaran, apakah gadis itu bisa mengenalinya.

Gotcha

Gadis itu langsung membuang muka dan mengarahkan mata ke sembarang arah. Apa dia sudah mengenali Bian? Tapi jika iya, kenapa reaksinya biasa-biasa aja? Apa jangan-jangan, gadis itu sudah melupakannya?

"Coba liat berkas ini Yan"

Bian pun mengambil berkas yang disodorkan sang kakak padanya. Baiklah mari kita lupakan masalah gadis di depannya dan fokus memeriksa berkas yang disodorkan oleh Demi.

Aneh. Ini benar-benar aneh. Sejak kapan penurunan pengunjung di hotel dapat meningkatkan pendapatan hingga 10%? Pemasukan itu seolah uang dari jin tomang yang tiba-tiba muncul. Darimana asal usulnya?

"Aneh ya?" Tanya Demi sambil tersenyum bingung. Ia tidak habis pikir kenapa bisa data pemasukan Nusa Amazing Hotel bisa membuatnya speechless.

"Banget. Data bulan-bulan kemaren juga kayak gini?"

"Iya Pak, saya sudah mengecek data dari tahun lalu" ucap Naira tanpa bersitatap dengannya.

"Kamu urus masalah ini ya Yan. Abang uda ngantuk. Oh iya Nai, ini uda malem banget, kamu nginep disini aja. Nanti minta kunci kamar ke asisten GM"

Bian hanya mengangguk kemudian kembali meneliti data-data di tangannya. Sekali-kali ia melirik ke arah Naira yang tidak terganggu dengan tatapannya. Bahkan saking fokusnya, gadis itu sampai berdecak beberapa kali saat melihat keanehan di beberapa data.

Ok Bian, sekarang belum waktunya untuk memikirkan percintaan. Mengetahui info bahwa ternyata Naira ada di radarnya saja membuatnya sujud syukur.

Bian menghembuskan nafas keras kemudian menyenderkan punggungnya di sofa. Tubuhnya seolah semakin remuk sekarang. Duh, baru datang ke Indonesia, ia sudah disuguhi masalah rumit seperti ini.

Melihat Naira yang sudah tertidur nyenyak dengan berkas yang masih terbuka di tangannya membuat Bian tersenyum. Lihatlah, betapa cantiknya dia sekarang. Dia sama sekali tidak berubah.

Enam tahun sudah ia tidak bertemu dengan Naira, tapi gadis itu masih tetap cantik, bahkan lebih cantik dengan bulu mata yang semakin lentik. Ia sangat bersyukur Tuhan memudahkannya untuk menemukan dia.

Karena jam yang sudah menunjukkan pukul 10, Bian pun menggendong Naira ala bridal style menuju kamarnya. Biar saja kalian menyebutnya brengsek, ia hanya ingin menghabiskan malam bersama gadis pujaannya.

Dengan lembut, Bian menidurkan Naira di atas kasurnya. Gadis itu menggeliat pelan mencari posisi nyaman dan kemudian kembali tertidur nyenyak. 

Melihat wajah teduh Naira sedekat ini membuat jantung Bian kembali berdetak tak normal. Ia sampai meringis karena bisa mendengar detakan yang bak dangdutan itu. Sudah lama ia tidak merasakan rasa nano-nano seperti ini.

Sekelebat bayangan tentang sosok pria membuat Bian sadar. Ia pun menjauhkan tubuhnya dari Naira dan kemudian duduk di sofa yang berada tepat di samping kasur. Emosinya tiba-tiba memuncak karena memori yang tiba-tiba muncul itu.

Ekspresi Bian yang semula penuh kebahagian seketika luntur dan beralih menjadi wajah garang dan murka. Bahkan seluruh badannya terasa panas. Ah, sepertinya ia harus mandi air dingin malam ini.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, Bian pun duduk di kasur sambil memandang lekat gadis yang sekarang sudah berpindah posisi menghadapnya. Saking nyenyaknya, Naira sampai memakai guling kesayangannya.

Iya guling, teman tidur Bian yang sudah menemaninya sejak masih SD. Guling itu menjadi saksi bisu perjuangannya hingga bisa berada di titik sekarang. 

Kemana pun Bian pergi, pasti ia selalu mengikutsertakan guling itu. Rasanya ia tidak bisa tidur jika tidak ada guling buatan tangan sang Mama. Duh, sudah keliatan ya kalau ia jones. Hiks.

Sebentar, kenapa Bian membahas guling?

Karena sudah lelah, ia pun merebahkan tubuh tepat di samping Naira dan kemudian menghadapnya. Bian sangat rindu dengan gadis ini. Tapi setelah bertemu, kenapa ia jadi semakin rindu? Sekarang dia memang dekat, tapi di sisi lain Naira sangat jauh.

Kalian tau alasannya?

Karena Naira bukan lagi miliknya. Gadis itu sudah menjalin hubungan dengan pria lain. Di saat dirinya mati-matian menyambung hidup, ternyata dia begitu mudahnya move on dan berpaling pada pria lain.

Lupakan hal menyakitkan itu sekarang. Bian hanya ingin mengabiskan waktu kembali bersama gadis pujaannya. Dengan hati-hati, ia menyingkirkan anak rambut Naira dan menyisipkannya di belakang telinga.

Cantik.

Karena tidak ingin menyia-nyiakan momen indah ini, Bian pun membawa Naira ke dalam pelukannya dan mulai memejamkan mata. Entah apa yang terjadi saat gadis itu membuka mata, Bian tidak peduli.

*****

Cahaya yang masuk melalui jendela membuat Bian terganggu. Hal pertama yang ia lihat adalah rambut hitam legam. Harum bunga mawar membuatnya semakin nyaman.

Bian tersenyum senang saat melihat tangan dan kaki Naira yang menindihnya bak guling. Bahkan gadis itu dengan santainya menggosok-gosokkan wajahnya ke dada Bian. Dia tidak tau apa bahwa peliharaannya sekarang sudah terbangun. Ok, jangan gegabah.

"Engh.."

Bian menutup matanya kembali mendengar erangan itu. Ia harus pura-pura tidur seolah tidak terjadi apa-apa. Bulu kuduknya sampai meremang saat merasakan nafas Naira di dadanya. Ini gila. Benar-benar gila.

Jantung Bian terasa melompat dari tubuhnya saat merasakan getaran hebat dari tubuh bagian bawahnya. Ia yakin sekarang gadis itu sedang syok sambil merutuki nasibnya.

Tit

Krieet

Bian langsung membuka mata saat mendengar suara pintu yang terbuka itu. Gawat. Siapa yang berani masuk ke dalam kamarnya. 

"Yan, berkas yang kema... APA-APAAN KALIAN INI?"

Deg

Mata Bian sontak melotot dan refleks duduk menghadap sumber suara. Tatapan tajam yang menghunus tepat padanya membuat ia meringis. Mati mati. Sepertinya ia akan mendapatkan ceramah panjang lebar setelah ini.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status