Share

Bab 9. Isoma Time

Waktu paling ditunggu-tunggu saat bekerja adalah isoma, iya kan? Selain bisa istirahat, tentunya bisa bercanda gurau.

~

Jika ini komik, pasti pintu tertutup berwarna putih itu sudah berlubang karena terlalu lama ditatap oleh Naira. Ia sungguh kesal pada bosnya yang sejak tadi meneriakkan namanya.

Ada mungkin 7 kali Naira bolak-balik selama 2 jam lalu. Ia sih tidak masalah jika ada sesuatu yang penting. Tapi yang membuatnya dongkol berkepanjangan, bosnya itu memanggil dirinya hanya untuk hal-hal sepele yang dia sendiri bisa melakukannya.

Contohnya seperti mengambil pulpen yang jatuh tepat dikakinya, menutup gorden jendela, bahkan menurunkan suhu AC. Dan barusan, Naira disuruh untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya.

Gila kan?

Jika dia bukan bos, pasti Naira sudah menendang tulang keringnya. Jika dia bukan bos, pasti kepala pria itu sudah ia tempeleng dengan tumpukan berkas. Dan jika dia bukan bos, ingin rasanya Naira menenggelamkan Bian di rawa-rawa.

"Yok Nai. Lo mau makan dimana?" Ucap Ganendra yang tengah menyandarkan tubuhnya di tembok dekat meja Naira.

"Dibawah aja deh. Tanggal tua, ngga megang duit"

"Ya uda yok. Ntar malah ngga kebagian tempat duduk"

Naira pun langsung bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah Ganendra untuk turun ke lantai 1. Kalau kalian penasaran, Ganendra ini adalah wakil sekretaris yang memang bekerja satu lantai dengannya.

"Kenapa lo? Kusut amat tuh muka. Ngga usah cosplay jadi jelek deh, ngga cocok. Muka lo emang uda jelek dari sononya"

"Asem lo. Gara-gara pak bos nih gue jadi emosi. Kalo aja duit gue banyak, uda gue gibeng itu orang"

"Wait wait, lo ada masalah apa sih sama new boss. Belum ada seminggu dia jadi CEO Nai, masa lo uda emosi aja"

Naira hanya mendengus kesal mendengar ucapan rekan kerjanya itu. Tidak mungkin pria itu tidak dengar sang Bos yang berulangkali meneriakkan namanya. Bahkan tadi Wilona yang lewat hampir terjungkal karena terkejut akan suara membahana pria itu.

"Sabar Nai. Mungkin pak Bos masih nyesuaiin diri disini. Dia kan baru pulang dari London"

Hm bisa jadi. Mungkin karena cuaca yang panas, otak dan hati pria itu juga ikutan panas. Apa ia belikan es batu saja ya untuk bos tercintanya itu? Eh, tapi kalo makin diamuk gimana? Ok Nai, jangan cari gara-gara.

"Cari duduk sana. Gue yang ngambil makanan"

"Ok beb. Thank you"

Naira memutar kepalanya untuk mencari tempat duduk yang kosong. Gotcha. Matanya langsung berbinar melihat meja pojok yang hanya ditempati oleh Hilmi.

"Halo sayang, sendirian aja nih" ucap Naira manja kemudian duduk di depan pria yang tengah menatapnya dengan jijik.

"Nai, gue lagi megang garpu. Jangan sampe gue colok mata lo itu"

Tawa Naira langsung mengudara begitu mendengar ancaman Hilmi. Ah, sepupunya ini memang tidak bisa diajak bercanda. Ia jadi punya hipotesa, pasti Hilmi tidak datang saat pembagian selera humor. Ck ck ck.

"Eh ada bapak manager. Kasihan amat sendirian. Kita temenin yuk Nai, biar ngga keliatan jonesnya"

Ganendra tertawa puas melihat wajah Hilmi yang semakin masam. Ia memberikan jatah makan siang pada Naira kemudian duduk di samping gadis itu.

Ia dan Hilmi adalah teman sejak SMA dulu. Ya mungkin bisa dibilang sahabat. Ganendra sudah cukup bosan melihat Hilmi yang selawar-seliwer di kampus. Dan sekarang, mereka lagi-lagi bekerja di tempat yang sama. Ck ck ck. Jika dia cewek, pasti ia anggap bahwa Hilmi adalah jodohnya.

"Kayak lo ngga jones aja. Gue cuma mau ngingetin, kalo sekarang lo juga jomblo" ucap Hilmi tak mau kalah.

Dua hari lalu saat ia sedang nongkrong di cafe, Hilmi melihat adegan drama yang menggelikan. Dimana pemeran utamanya adalah Ganendra dengan sang pacar yang bernama Lita. Mereka sibuk adu mulut dan berakhir dengan Ganendra yang mendapat siraman rohani.

Jujur, saat itu Hilmi tidak bisa menahan tawa. Jika waktu bisa diulang, ia ingin merekam kejadian itu dan menyebarkannya di grup perusahaan. Biar mampus sekalian.

"Lo uda putus?" Tanya Naira penasaran. Pasalnya Ganendra ini sangat bucin pada pacarnya itu.

"Hm. Kenapa? Lo mau jadi pacar gue?"

"Amit-amit. Lagian gue kan uda punya Hilmi. Iya kan sayang?" Naira mengedipkan matanya genit ke arah sepupunya itu.

"Sekarang aja sayang-sayangan, ntar pas di rumah pasti gue diajak tawuran mulu. Jadi cewek ngga ada lembut-lembutnya"

"Ya ampun sayang, jangan nyebarin aib dong. Gue kan..."

"Ehem. Kerja jangan pacaran mulu. Inget, jam 1 ada wawancara karyawan baru"

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status