Share

Di permainkan takdir?

Arga tiba di rumah sakit dan langsung di sambut oleh sang asisten,

"Dok, pasien poliklinik sudah mengantre dari tadi," ucap asistennya Arga.

" Ya sudah, langsung buka saja poliklinik nya! saya akan kesana,"

"Baik Dok,"

setelah mencuci wajahnya dan memakai jas berwarna putih yang di peruntukkan khusus Dokter atau yang di sebut dengan legitimasi medis. Arga langsung menuju ruang poliklinik untuk menjalankan tugasnya sebagai Dokter Spesialis jantung.

***

Berbeda dengan Arga, tiba di rumah Kayra di kejutkan dengan keadaan sang ibu yang sudah jatuh pingsan. tentu saja hal itu membuat Kayra panik, ia bingung harus melakukan apa karena saat ini tas dan ponselnya tertinggal di Club'. sedangkan untuk ke rumah sakit dia harus membawa uang untuk membayar transportasi dan administrasinya di sana. Kayra yang sudah ketakutan pun terpaksa berlari minta pertolongan tetangganya dengan menangis tersedu sedu, walaupun Kayra tahu sangat kecil kemungkinannya warga akan menolong dirinya, karena mengingat para warga yang sering mencemooh profesinya. Rasa sakit pada bagian intimnya sudah tidak ia pikirkan, walau ia sulit berjalan. Kayra paksakan untuk meminta bantuan para tetangganya.

Rumah Kayra memang agak jauh dari tetangga, jarak dari rumah Kayra ke pemukiman di kampung itu sekitar 100 meter, dalam perjalanan Kayra bertemu Satria dengan mobilnya. Satria adalah anak pak RW di pemukiman tersebut dan merupakan salah satu Kakak kelas di SMP Kayra.

"Kayra kamu kenapa?" tanya Satria yang melihat kayra menangis sesegukan.

"Satria tolong aku, sat!! ibuku pingsan, aku mau bawa ke rumah sakit tapi aku bingung karna ponsel dan dompetku tertinggal di Club." ucap Kayra sesegukan.

"apa pingsan!! ya sudah ayok kita bawa ibumu ke rumah sakit," ucap satria panik.

Kayra hanya menganggukkan kepalanya, air matanya mengalir deras di pipinya. Kayra benar benar merasa di permainkan oleh Tuhan dengan takdirnya saat ini. Kenapa semua harus terjadi secara bersamaan seperti ini, hanya itu yang ada dalam pikirannya.

Satria dan Kayra bergegas membawa Ibunya ke rumah sakit, tiba di Rumah sakit Kayra dan Satria meminta bantuan petugas medis instalasi Gawat Darurat (IGD). Yanti Ibunda dari Kayra pun langsung di tangani oleh Dokter jaga di IGD tersebut. Satria menemani Kayra yang di perintahkan oleh tim medis untuk menunggu di ruang tunggu. Satria melihat kayra yang menangis tersedu sedu tanpa henti hingga membuat kedua matanya terlihat sembab, membuat hatinya tersentuh dan tidak tega melihat keadaan Kayra seperti itu.

sebenarnya Satria memiliki perasaan kepada Kayra, namun ia tidak berani menunjukkan rasa itu kepada kayra. ia lebih memilih mencintai Kayra dari kejauhan, karena ia sadar kedua orang tuanya sangat tidak menyukai Kayra dengan status pekerjaannya. Satria sendiri merupakan seorang pengacara yang cukup lumayan di kenal di kota ini.

satria mendekati Kayra dan menepuk pelan bahu Kayra, "sudah Kay, jangan nangis terus. ibu Yanti sudah dalam penanganan Dokter, aku yakin pasti akan baik baik saja. kasihan itu sama mata kamu udah sembab begitu."

Kayra diam, tatapan matanya kosong. ia benar benar terpukul, kesuciannya terenggut dan sekarang kondisi ibunya Anfal. Apalagi saat ini ia berpikir bagaimana caranya ia membayar biaya administrasi Rumah sakit ini, sementara dompetnya tertinggal di Club.

"Kayra.... Kay," Panggil satria, berusaha menyadarkan Kayra dari tatapan kosongnya.

"eh iya Sat, kenapa?" jawab Kayra sambil mengusap air mata di pipinya.

"Kamu jangan kebanyakan bengong, untuk administrasi nanti biar aku yang urus!" ucap satria

Kayra menoleh, menatap dalam kedua mata satria.

"terimakasih Sat, aku janji nanti aku ganti ke kamu!"

"jangan di pikirkan untuk hal itu, yang terpenting nyawa ibu Yanti bisa di selamatkan terlebih dahulu," sahut Satria.

Kayra mengangguk," terimakasih Sat."

"sama - sama,"

Tak lama dokter jaga yang menangani ibunda Kayra keluar,

" keluarga ibu Yanti," panggil Dokter tersebut.

"iya Dok, saya anak dari ibu Yanti," ucap Kayra yang langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Dokter tersebut.

"mari ikut saya, mbak!" ajak Dokter jaga tersebut.

Kayra pun mengikuti dokter tersebut menuju ruangannya, ia duduk di hadapan Dokter. Kayra memainkan jari jarinya untuk mengurangi rasa takutnya. Biar bagaimana pun Kayra adalah gadis biasa, ia hanya berpura pura tegar dan kuat menghadapi segala masalahnya. namun hari ini ia benar benar tidak bisa menutupi rasa sakit dan takut pada dirinya, setelah semalam kesuciannya di renggut bahkan ia masih merasa sakit di bagian intimnya dan sekarang ia harus melihat sang ibu yang tidak sadarkan diri. Kayra benar benar takut jika ia kehilangan sosok ibunya, orang tua satu-satunya yang ia miliki. Kayra benar benar belum siap menjadi sebatang kara.

" Mohon maaf mbak, sepertinya ibu Yanti harus segera menjalani operasi mengingat kondisi jantung ibu Yanti sudah benar benar complex dan harus segera melakukan operasi pemasangan pompa jantung," jelas Dokter tersebut.

" iya Dok saya tahu, tapi uang saya belum cukup untuk membeli alat tersebut dan membayar biaya operasinya. Bantuan donasi dari yayasan pun masih sangat sedikit nominalnya," jawab Kayra terisak.

" Saya harap anda segera bisa mendapatkan dananya, agar pihak Rumah sakit bisa cepat melaksanakan Operasi. Dan ibu Yanti saat ini harus di rawat karena beliau harus di bantu dengan alat detak jantung, dan untuk rawat inap terlebih dahulu," Saran Dokter.

"Baik Dok, terima kasihakan saya usahakan secepatnya. saya permisi Dok, mau urus administrasi dulu," Pamit Kayra.

Kayra pun keluar dari ruangan dokter dengan sangat lemas, selain ia masih merasakan sakit di bagian intimnya, dirinya juga benar-benar pusing harus kemana ia mencari uang untuk operasi ibu. Kayra menangis kejar, air matanya turun mengalir deras membasahi pipi mulusnya. Satria yang saat itu tengah menunggu Kayra, langsung menghampiri Kayra kala melihat Kayra keluar dari ruang Dokter dengan terisak.

"Kay, gimana kata dokter? gimana keadaan ibumu?" tanya Satria yang khawatir pada Kayra.

Kayra bukannya menjawab pertanyaan Satria, ia malah semakin kejar dan histeris menangis tanpa menghiraukan orang yang lalu lalang di ruang tunggu IGD. Kayra berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang sudah sangat basah karena air matanya. satria yang melihat Kayra menangis pun menepuk - nepuk bahu Kayra dengan lembut berusaha menenangkan Kayra. sebenarnya Satria sangat ingin memeluk Kayra,namun ia sadar diri hubungannya dengan Kayra belum terlalu dekat.

"Sabar Kay, aku yakin pasti ibumu akan sembuh!" lirih Satria.

"I-ibuku harus di operasi secepatnya, Sat. Dan tabunganku belum cukup untuk membiayai operasi ibu, aku harus bagaimana Sat? aku ingin Ibu sembuh, aku enggak mau jadi sebatang kara di dunia ini," adu Kayra dengan terisak pada Satria.

"Kamu tenang ya Kay!! aku yakin Allah akan kasih kamu jalan untuk biaya operasi Ibumu," tutur Satria menenangkan Kayra.

"Aku bahkan sedang merasa dipermainkan oleh takdir-Nya Sat," lirih Kayra terisak.

"Kayra!! jangan bicara seperti itu. Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba -Nya," tegas Satria.

" Benarkah itu? Tapi aku benar - benar merasa kebahagiaan tidak akan pernah datang untukku," pasrah Kayra.

"Kamu wanita yang kuat Kayra, Allah memberikan ujian ini kepadamu karena Ia percaya kamu bisa melewatinya!!" ucap Satria memberikan semangat pada Kayra.

"Entahlah, Sat!! semoga saja ucapanmu benar,"

"Aku yakin akan hal itu Kayra!!"

"Sat, bolehkah aku meminta tolong satuhal lagi padamu?"

Bersambung,....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status