All Chapters of Sorry, this is my heart (bahasa Indonesia) : Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Chapter 41
Sampai di rumah Dian, segera mereka turun dari mobil. Kayla menggandeng tangan Dicky, namun lebih tepatnya menarik tangan Dicky untuk mengikutinya. Sambil menunggu dibukakan pintu, Kayla terlihat iseng dengan mengelitik telapak tangan Dicky yang ia genggam.“Awas ya, nanti aku bakal bales lebih dari ini... “ujar Dicky tersenyum sambil tak kalah kencang mengelitik telapak tangan Kayla.“Udah, udah aku nyerah... Geli... Geli... “ ucap Kayla sambil mencoba melepaskan tangannya.Belum sempat lepas tangannya, Dian membukakan pintu rumahnya. “Cieee.... Yang baru aja tunangan, senyumnya  sampai kering itu giginya... Ayo masuk... Mari, silahkan masuk pak Dicky.. “ ucap Dian.Sampai di dalam, mereka segera mendaratkan pantat masing-masing di sofa yang ada di ruang tamu rumah Dian.“Yan, gimana ceritanya Ilham bisa kecelakaan? “ tanya Kayla penasaran.“Pastinya gimana aku juga gak
Read more
Chapter 42
Di perjalanan pulang mereka bertiga lebih banyak diam. Dian yang menangkap hal yang kurang baik di wajah Dicky terhadap keputusan Kayla, memilih untuk diam. Ia hanya mengamati dari jok belakang bagaimana ekspresi pasangan yang ada di depannya ketika ada masalah.Setelah sampai di rumah Dian, mobil pun berhenti dan berjalan kembali setelah Dian turun dan berpamitan pada mereka berdua. Kini di dalam mobil tinggal Kayla dan Dicky. Keduanya masih membeku tanpa kata, sesekali Kayla melihat ke arah Dicky namun Dicky memilih untuk fokus melihat ke depan. Ketika Dicky melirik ke arah Kayla, saat itu pula Kayla sedang terdiam sambil memandang ke depan menikmati jalanan.Hingga beberapa lama akhirnya Dicky membuka suara mencairkan suasana yang sedari tadi diam sunyi sepi. “Kay... ““Iya, mas Dicky marah? “ tanya Kayla menebak.“Kamu yakin dengan keputusan kamu? ““Aku akan jaga hatiku buatmu, mana mungkin juga aku di
Read more
Chapter 43
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Dicky, kini mereka sudah tidak bertemu lagi. Bahkan beberapa hari menjelang wisuda dilaksanakan. Kayla yang beberapa kali berangkat ke kampus tak juga bertemu Dicky meski ia  mendatangi langsung ke prodi. Hp nya juga tidak aktif sekitar tiga hari ini.Rasa bingung bercampur kangen terlihat jelas pada diri Kayla. Di satu sisi ia harus menemui Dicky, namun di sisi lain dia harus membantu penyembuhan Ilham. Kini ia merasa penuh kebingungan dan kesedihan duduk di kursi taman kampus sendirian. Mencoba menghubungi Dicky beberapa kali namun tidak juga aktif nomornya.“Mas Dicky kamu kemana? Masa aku harus tanya TU kamu ke mana, nanti apa kata mereka tentang hubungan kita yang tunangan baru sebulan kok udah gak tahu kabarnya... “ gerutu Kayla lirih pada foto Dicky di ponsel yang sedang di pegangnya.“Kemarin pas kamu telepon itu aku lagi gak pegang hp. Apa mungkin kamu marah? “ suara Kayla bertanya-t
Read more
Chapter 44
Seperti biasa setiap malam sehabis sholat isya menjadi quality time bagi keluarga pak Hermawan. Semua berkumpul di depan tv, selain menonton tv juga sebagai ajang saling mengobrol dan membahas segala sesuatu. Tak jarang mereka juga hanya berkumpul sambil menyaksikan sinetron sambil menikmati camilan bersama. Kedekatan keluarga Hermawan terjalin karena seringnya mereka bersama dan mengobrol bersama penuh kehangatan.“Kay, lusa wisuda undangannya jam berapa? “ tanya pak Hermawan.“Jam delapan yah... “ jawab Kayla santai sambil tiduran.“Semuanya udah siap? ““Udah. Aku rias di rumah sama mbak Ely yang kemarin rias pas tunangan itu, dia datang jam 5 katanya. Besok sore gladi terakhir di kampus. Mas Dika katanya mau pulang besok sore sama mbak Rahma. “ jawab Kayla menjelaskan semuanya.“Kalau mas Dicky ntar tinggal ketemu di kampus ya mbak? “ tanya Rafi tentang Dicky.“Iya... &ldq
Read more
Chapter 45
 Betapa terkejutnya Kayla ketika melihat deretan dosen-dosen jurusannya yang duduk berjajar di meja depan. Dari semuanya tidak juga ada Dicky di sana. Wajahnya mulai murung dan kecewa kembali menerima kenyataan jika dosen pembimbingnya tak ada di situ.Kayla duduk di barisan depan mengikuti acara perpisahan jurusan. Sambutan dari ketua program studi, dilanjutkan perwakilan dosen lalu perwakilan mahasiswa. Sambutan demi sambutan terlewati, tiba giliran Kayla maju ke depan sebagai perwakilan mahasiswa. Ia segera maju dan menyampaikan kata-kata yang telah dirancangnya dari rumah. Saat ia berdiri di depan nampak matanya sambil mencari jika saja ada Dicky di belakang. Hingga selesai sambutan yang ia sampaikan, tak jua terlihat
Read more
Chapter 46
   Tiba di rumah semua berkumpul, makanan sudah di sajikan di meja makan. Syukuran kecil-kecilan ala keluarga Hermawan. Begitu Kayla pulang, langsung muncul ide jahil dari kakaknya di depan pintu.“Cieee... Mukanya keluar lope lopenya nih adikku, beda sama tadi. Ternyata nunggu pak dosen pembimbing ya... “ledek Dika menyambut mereka.“Apa sih mas? Orang tadi juga mukanya biasa aja kayak gini kok... “jawab
Read more
Chapter 47
 Hari rabu siang Kayla ke kampus untuk menandatangani ijazah sesuai jadwal yang sudah ditentukan dari kampus. Ia terlihat ikut duduk santai di kursi depan prodi bersama teman-temannya yang juga sedang menunggu kepala TU prodi datang membawa lembar ijazah yang akan ditanda tangani.Dari kejauhan berjalan Dicky bersama satu dosen wanita muda yang juga baru saja keluar dari kelasnya. Mereka berjalan sambil mengobrol ringan sambil tertawa-tawa kecil. Salah satu teman Kayla melihat hal itu dan langsung memberitahu Kayla yang duduk di sampingnya dengan posisi membelakangi Dicky.“Kay, itu pak Dicky... “ ucap seorang gadis berambut pe
Read more
Chapter 48
 Di ruang tamu Dicky terlihat sibuk dengan ponselnya, lalu berhenti setelah mengetahui kedatangan Kayla dan Dian. Ia melihat Dian dengan senyum-senyum malu karena kejadian di depan kamar yang kepergok Dian. Faham akan dosennya yang tengah malu, Dian segera duduk dengan santai.“Iya pak, saya tutup mulut. Tapi tolong jaga sahabat saya sampai waktu yang benar-benar boleh untuk hal yang lebih... “ ucap Dian meledek. Dicky hanya tersenyum dan memberikan kode OK menggunakan jarinya.“Kay, gua pulang ya... Gua gak enak nih j
Read more
Chapter 49
 Akhirnya Dicky mengajak Kayla naik ke atas gedung bersama dengan pegawai yang lain. Tak pernah lepas sedetikpun Dicky menggenggam tangan Kayla, justru semakin erat. Fikiran Dicky menerka hal buruk dengan hubungan mereka, kekhawatiran yang selama ini sempat terfikirkan ternyata hari ini terjadi.“Kay, aku ingin tahu sesuatu dan tolong jawab dengan jujur. “ ucap Dicky menghentikan langkahnya sebelum sampai di tempat tujuan.“Iya, aku akan jujur. “ jawab Kayla dengan mata berkaca-kaca dan hidung mulai memerah.
Read more
Chapter 50
 Malam Itu serasa sepi, bintang-bintang yang bertaburan bahkan tidak bisa menghibur hati Kayla. Ia duduk termenung di meja belajarnya dengan rasa yang tidak karuan. Matanya yang masih sembab kini mulai berair lagi. Fikirannya masih tentang Dicky. Iya Dicky yang saat ini justru diam tanpa kabar, bahkan tidak mencoba datang ke rumah menemuinya atau menghubunginya melalui keluarganya.Kayla benar-benar bingung, terlebih ponselnya tadi masih berada di ruangan Dicky. Kedua matanya hingga kini masih belum bisa berhenti meneteskan air bening dari salah satu sudutnya. Dadanya terasa sesak, fikirannya kacau dan benar-benar buntu apa yang harus ia lakukan saat ini.
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status