Semua Bab Suamiku Dingin!: Bab 11 - Bab 20
67 Bab
Do You Love Me?
Keyla membuka jendela kamar dan memutuskan berbaring di sofa. Dingin sekaligus segar karena udara malam yang masuk ke kamar akan menjadi saksi bagaimana malam pertamanya dengan Stevan Antonius. Pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya namun Keyla sama sekali tidak tahu siapa lelaki itu sesungguhnya. Keyla tak tahu apa pekerjaan pria itu karena sejak pertama kali datang, Stevan hanya di rumah saja dan sibuk dengan laptop miliknya."Tutuplah jendelanya. Nanti masuk kau angin," perintah Stevan ketika baru memasuki kamar. Tapi sayangnya Keyla tidak mau menurutinya. Enak saja main perintah-perintah. Dia saja kalau ditanya tidak pernah menjawab. Pikir Keyla jengkel dan masih memposisikan tubuhnya dengan nyaman di atas sofa dengan mata yang terpejam."Key?"Keyla tak menyahut kemudian berpaling dan memposisikan tubuhnya menghadap punggung sofa. Gadis itu menganggap suara Stevan barusan seperti angin lalu. "Kenap
Baca selengkapnya
Digoda-Menggoda
Hari masih gelap ketika Keyla membuka matanya dan tersusup rasa kecewa ketika sadar bahwa semalaman Stevan tak kembali ke kamar itu.Sebegituingin kah pria itu menghindariku? Batin Keyla gemas.Dengan malas Keyla menyibakkan selimut dan berjalan keluar kamar. Ia penasaran di mana pria itu. Di dapur tidak ada. Saat membuka ruang kerja Stevan, dia juga tidak ada di sana. Ruangan itu tak menampakkan tanda-tanda tunangannya ada di sana. Dengan langkah cepat, Keyla menuju tempat gym namun dia juga tidak ada. Saking kesalnya, Keyla mencoba membuka pintu di samping tempat gym karena lampunya menyala. Ruang musik.Dilihatnya Stevan tengah terbaring di sofa warna hitam dengan dada bidang yang terpampang tanpa penutup. Ketika ia mendekat, sayup-sayup Keyla mendengar suara dengkuran Stevan. Wajahnya begitu tenang, bibirnya yang tipis nampak berkilauan, manis dan menggoda.Gadis itu akhirnya memutuskan untuk membungkuk, memanda
Baca selengkapnya
Perempuan Itu Bernama Anna .....
"Apa makanan kesukaanmu?" tanya Keyla ketika dia dan Stevan sedang makan siang bersama di dapur. Menjelang hari pernikahannya, Bibi mewanti-wanti agar Keyla tak keluar rumah. Pamali. Sebelum menikah, lebih baik di rumah untuk mempersiapkan hari pernikahan.   "Tidak ada," jawab Stevan singkat, padat dan jelas. Kini Keyla sudah tahu bahwa calon suaminya itu pendiam.  "Cobalah ini. Aku menambahkan sedikit lada cinta dan juga sesendok kasih sayang," balas Keyla lagi sambil menaruh beberapa sendok nasi goreng di piring Stevan. Pria itu pun langsung memakannya dengan lahap bersamaan dengan buncis rebus yang dicampur dengan saus tahini.  "Kamu menyukainya?" Keyla bertanya dengan penuh semangat dan mata yang berbinar. Dia ingin sekali Stevan memuji masakannya meski jika itu bukan seleranya.  Stevan meletakkan sendok ke atas piring yang berisikan rebusa
Baca selengkapnya
Malam Pertama
 "Jadi, kamu kabur dari rumah suamimu? Ckckck ... perempuan jaman sekarang, kalau lagi ribut sama suaminya langsung deh pergi dari rumah. Gak dibicarakan dulu," celoteh Mama dengan nada ringan dan suara cemprengnya. Untung saja Keyla sudah menyiapkan telinga untuk mendengarkan omelan Mama.       "Belum resmi jadi suami, Ma. Masih tunangan. Itu aja terpaksa!" jawab Keyla jengkel. Bibirnya monyong sampai lima senti.
Baca selengkapnya
Stay or Leave (Banyak Adegan Hot!)
"Good morning, my wife," ucap Stevan yang mengecup kening Keyla.  "Hmmm? Jam berapa sekarang?" tanya Keyla dengan nada suara yang masih mengantuk. Matanya terasa berat dan bengkak karena acara malam pertama mereka yang gagal. Meskipun begitu, Stevan sama sekali tidak kecewa. Dia bisa mengerti Keyla dan tak menyalahkan istrinya karena kehilangan keperawanannya sebelum mereka menikah. "Tujuh," balas Stevan menyingkirkan helaian rambut di kening Keyla dengan lembut. Dan tanpa sadar, Keyla mendekatkan bibirnya pada bibir Stevan yang kemerahan.  "Aku malu sekali. Seharusnya aku bangun lebih pagi daripada kamu." "Mandilah. Setelah itu kita sarapan." Stevan berkata kemudian berniat beranjak dari ranjang.  "Tunggu!" Keyla memegangi tangan lelaki itu yang terasa dingin dan Keyla bisa merasakan otot-otot tangan Stevan yang kuat. "Kamu marah?" Sejenak lel
Baca selengkapnya
New Keyla, New Life
Langit begitu cerah hari ini. Kebiruan dan diiringi awan yang berarak mengikuti ke mana angin hendak berhembus. Quebec telah memasuki musim gugur. Dedaunan yang menguning mulai jatuh perlahan satu demi satu. Dan di sana, di bawah pohon yang daunnya pasrah tersapu angin ada Awan yang sedang bermain dengan kelinci putih kesayangannya.  "Tidak ikut bermain, Key?" James memberikan sekaleng minuman dingin padaku. Aku menggeleng dan pria itu hanya tersenyum. Kami duduk di anak tangga sambil melihat Awan yang berlari ke sana ke mari dengan teriakan-teriakan gembira. Suara cemprengnya seperti mentari di atas sana. Memberikan cahaya pada kegelapan. Menghangatkan jiwa-jiwa yang dingin serta kesepian.  "Apa kamu yakin tidak ingin pulang ke Indonesia, Key?" James memulai pembicaraan karena dari tadi kami hanya berdiam tanpa sepatah kata. Dan hal itu, sudah lumrah diantara kami. James yang tak.banyak bicara, dan aku yang telah k
Baca selengkapnya
Jangan Bicara Soal Hantu.
"Jadi berangkat ke Afrika, James?" tanyaku pada James.Kami sedang makan malam. Nasi goreng sayur kesukaan Awan. "Iya. Aku berangkat besok." James meneruskan mengunyah makanan di mulutnya sementara Awan langsung berhenti menyendoki nasi di piringnya."You can't go to any where, Papa!" protesnya lalu turun dari kursi dan mendekati Papanya dan memasang wajah melas. Matanya berkaca-kaca dan bersiap untuk meledakkan tangisnya.Sejak masih bayi, Awan memang sangat dekat dengan James. Meskipun ia bukan ayah biologisnya tetapi pria yang kini berusia 40 tahun itu mencintai Awan melebihi ayah kandungnya sendiri.Saat itu, ketika usia kehamilanku memasuki empat minggu dan tetangga menemukanku pingsan di halaman rumah, barulah aku tahu kalau ada jabang bayi di rahimku. "Selamat Key. Kamu sedang hamil," ujar Erika. Dia asli orang Indonesia yang memiliki suami orang Kanada. Erika sudah lama berte
Baca selengkapnya
perempuan yang Sempurna dan Orang dari Masa Lalu
"Apa Awan sudah tidur, Key?" bisik Erika agar tak membangunkan Awan yang sedang terlelap. "Iya. Dengarlah napasnya. Sangat tenang," balasku tak kalah pelan. Pangeran kecilku berada di tengah, sedangkan Erika di sebelah kiri dan aku sendiri di sebelah kanan dipan. Gara-gara cerita hantu kami tidak berani tidur sendiri di rumah. Itu sebabnya kami memutuskan untuk tidur bersama.  "Key, saat besok temanku datang, menginaplah di sini. Setidaknya sampai James pulang."  "Baiklah. Ini semua salahmu, Erika."  "Ya. Dan aku minta maaf. Kukira kamu pemberani."  "Itu hanya pikiranmu saja. Sebenarnya aku sangat penakut pada hal-hal seperti itu. Aku berharap James cepat-cepat pulang jadi aku tidak akan menyusahkanmu."  "Apakah pintu depan dan belakang sudah kukunci, Key?" Erika mulai terlihat panik.&nb
Baca selengkapnya
Suami dan Calon Suami
"Apakah dia sudah tidur?" tanya Stevan kaku.  "Ya. Dia kelelahan setelah bermain dan membantuku membersihkan rumah Bunny. Sekarang, pulanglah ke rumah Erika." Aku mengusir Stevan yang telah menemani Awan bermain dan membantu mengangkatnya yang tertidur di sofa.  "Apa kau mengusirku?" tanya Stevan lagi seperti enggan kembali ke rumah Erika. Terlihat sekali bahwa ada hal yang ingin dia katakan padaku.  "Tidak baik seorang laki-laki berada di rumah seorang perempuan bersuami yang suaminya sedang tidak ada di rumah!"  "Kita belum pernah bercerai."  Tak mau membangunkan Awan yang terlelap, aku mengajak Stevan untuk keluar kamar. "Pergilah. Aku tak mau Erika berpikir macam-macam," kataku sambil membuka pintu. Aku tak mau ia terlalu lama di sini. Hal itu hanya ingin membuatku marah atas apa yang terjadi di masa lalu. Aku b
Baca selengkapnya
Keputusan Keyla ....
"Dia pasti kelelahan." James mengusap dahi Awan yang sudah tertidur pulas. Setelah makan siang tadi ia bermain dengan Bunny di halaman belakang. "James ...." "Hmmmm?" "Aku ingin bicara." Kami pun berjalan keluar kamar agar tidak membangunkan Awan. "Apa kau mau teh?" tawarku ketika kami di dapur. Ia menggeleng. "Duduklah." James menepuk-nepuk kursi agar aku duduk di sebelahnya. "Apa yang ingin kau bicarakan?" lanjutnya lagi sambil menatap ke arahku yang terus menunduk. "Bicaralah, Key," ucapnya halus. Digenggamnya tanganku dengan hangat. "Steve ... aaad," jawabku terbata. Aku tak yakin apakah harus menceritakan hal yang sebenarnya padanya atau tidak. Ia lalu bangkit dari kursinya kemudian memelukku. Dan untuk bertama kalinya aku sedekat itu dengannya. Mendengar detak jantung serta hembusan napasnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status