Semua Bab DESTINY ( INDONESIA ): Bab 21 - Bab 30
32 Bab
21 - Stay With Me
Triliuner tampan yang hanya mengenakan celana pendek tanpa pakaian menutupi tubuh bagian atasnya itu, menjatuhkan tubuh Zeline ke atas ranjang king size yang berada di dalam kamarnya.Tubuh Zeline sontak kaku, pikiran buruk dan ketakutan-ketakutannya segera muncul. Bulir-bulir peluh membasahi dahi membuat Ricard tersentak kaget melihatnya.Pria itu menyadari jika fobia Zeline mulai timbul. Ia segera menegakkan tubuhnya, sedikit memberi jarak antara dirinya dan Zeline. Wanita itu memejamkan mata dengan tubuh gemetaran."Honey, it's okay. Aku tidak akan melakukan apa pun."Ricard mengelap peluh yang membasahi sekujur wajah kekasihnya. Sungguh, ia tidak berniat apa pun dan melakukan apa pun. Ia hanya becanda, tapi ia tidak tahu jika akibatnya akan sefatal ini. Ini pertama kali bagi Ricard melihat bahkan membuktikan jika ucapan Zeline mengenai genophobia  yang wanita itu derita bukan sekedar alasan Zeline untuk menolak ajakanny
Baca selengkapnya
22 - Pertemuan Tak Terduga
Zeline memakan sarapannya dengan penuh perjuangan. Bagaimana tidak, Ricard telah terlebih dahulu menyelesaikan sarapannya dan memilih untuk berolahraga. Peluh yang Zeline hasilkan bukan lagi karena fobianya melainkan kegemasannya ingin membelai otot dada dan perut Ricard yang begitu menggoda.Konsentrasi Zeline terpecah belah, padahal Ricard sama sekali tidak menggodanya. Pria itu hanya fokus melakukan olahraga dan gym. Setelah itu, Ricard membuka gorden yang ternyata dibalik gorden itu ada sebuah kolam renang pribadi.'Jangan bilang dia akan berenang di sana,' batin Zeline ketika melihat pria itu berjalan pelan menuju kolam renang di penthouse miliknya.Tiba-tiba, ponsel Zeline berdering dan nama Papa nya tertera di layar."Yes, Papa," sapa Zeline."Papa baru membaca chat yang kau kirimkan, Nak. Kau sudah sampai di New York,""Yes, Papa."Konsentrasi dan fokus Zeline dala
Baca selengkapnya
23 - Kejutan Kesekian
Semalam merupakan malam yang paling indah sepanjang Fini melakukan kegiatan olahraga malamnya dengan pria asing. Sepulang dari kelab ternama untuk menghabiskan malamnya dengan mencoba bergoyang-goyang di tengah hingar bingar suara musik, ia bertemu dengan seorang pria hot dimatanya.Mereka berdua sepakat untuk melakukan nananina di kamar hotel yang ditempati Fini. Meskipun pria itu sempat bernegosiasi untuk mengajaknya melakukan di tempat lain, Fini menolak dengan halus.Fini tidak ingin terbangun di tempat asing yang menyulitkan ia pulang ke hotelnya, apalagi biasanya pria di negara asing seperti ini senang bermain kasar. Meskipun dirinya dipenuhi oleh kabut gairah, tapi otak Fini masih cukup baik dalam memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi.Ia tidak ingin pulang ke hotel hanya dengan menggunakan handuk karena pakaiannya hancur tak berbentuk akibat robekan kasar yang dilakukan pasangan kencannya. Pemikiran yang jarang sekali terpikirkan
Baca selengkapnya
24 - Meminta Restu
Semua kembali makan dengan hikmat dan bijaksana. Sampai pada akhirnya ucapan Ricard membuat semua orang di sana tersedak."Apa boleh aku menikahi Zeline minggu depan?" Pertanyaan polos dan santai dilontarkan Ricard pada kedua orangtua ZelineTernyata lagi-lagi kejutan datang menghampiri mereka terutama untuk Zeline.'Crazy' batin ZelineSemuanya segera menegak air minum untuk membantu menormalkan pencernaan mereka kembali. Zeline mendelikkan matanya ke Ricard, tapi pria itu mengabaikannya.Papa Zeline menatap lekat wajah Ricard, begitu pun pria itu. Keduanya saling bersitatap, baik Mama, Zeline, Zacco dan Cindy tidak ada yang berani menginterupsi keduanya."Kau mau menikahi Zeline minggu depan?" tanya Jacobs, Papa Zeline.Ricard mengangguk mantap tanpa melepas pandangan-nya pada Jacobs."Tidak semudah itu anak muda." Jawaban Jacobs membuat semua orang di sana tercengang termasuk Ricard."Meskipun kau kaya raya d
Baca selengkapnya
25 - Hari Penuh Masalah
Zeline dan Ricard sampai di Restoran tempat mereka membuat janji temu dengan para sahabat Zeline. Keduanya melangkah masuk ke dalam resto dengan diiringi tatapan iri dari para pengunjung lainnya. Terang saja, di New York Ricard begitu terkenal, ia bahkan setara dengan artis hollywood ketenarannya. Hanya saja, orang-orang tidak menggila jika bertemu di tengah jalan, memaksa meminta foto atau kontak fisik lainnya.Ricard mengeratkan pelukannya di pinggang Zeline. Wajah datarnya sama sekali tidak menyeramkan, bahkan terlihat menggemaskan. Entah mengapa, kali ini Ricard merasa begitu bangga berjalan di samping wanita yang kini menjadi kekasihnya.Jika dahulu ia selalu menolak bahkan memilih tempat privat agar tidak begitu dilihat bahkan diketahui masyarakat umum, berbeda dengan saat ini. Mungkin karena kali ini, kekasihnya adalah pilihan hatinya sendiri. Tidak melalui perjodohan konyol seperti sebelum-sebelumnya.Sedangkan Zeline memilih tak acuh terhadap tatapan ya
Baca selengkapnya
26 - Hampir Saja
Mesya berjalan mendekati pasangan kekasih yang tengah dimabuk cinta, tapi tetap bisa mengontrol diri mereka. Siapa lagi jika bukan Zeline dan Ricard. Mesya kini mengubah panggilannya mengikuti semua orang memanggil Fello dengan nama Ricard."Terima kasih banyak untuk semua hal yang kau sudah berikan pada kami selama di sini," ucap Mesya tulus."Hanya hal kecil yang bisa kuberikan pada kalian semua," kata Ricard merendah."Sesungguhnya, aku tidak ingin pulang. Aku ingin menetap dan selamanya berada di New York bersama dengan fasilitas-fasilitas mewah darimu. Tapi tentu saja itu hanya halusinasiku semata. Aku dan Pradipta memiliki kehidupan di Jakarta. Menyebalkan sekali." Curhat Mesya."Jadi, kau merasa terpaksa untuk pulang ke Jakarta?" tanya Zeline."Iya! Bayangkan saja, aku di sini seperti ratu. Kemana-mana pergi naik mobil mewah seharga 4 milyar lebih, jika di Jakarta aku akan kembali memakai Mini cooper milikku.""Dasar wanita gila!"
Baca selengkapnya
27 - Long Distance Relationship
Setelah baca part ini, please jangan caci maki Shin yah! Shin hanya sedikit memberikan kejutan hangat menuju ending cerita ini  *****    Kini Zeline sudah berada di John F Kennedy International Airport. Ia sudah meminta Ricard tidak memaksanya untuk pulang ke Indonesia dengan menggunakan jet pribadinya. Zeline ingin menjadi manusia normal pada umumnya yang naik pesawat komersil. Meskipun tiket yang dipegangnya adalah tiket first class. Ricard tidak membiarkan kekasihnya pulang dengan tiket kelas ekonomi.Fini menarik dua koper besar miliknya dan begitu terkejut ketika melihat deretan koper milik Zeline."Oh my God! Jangan bilang semua koper ini milikmu?" pekik Fini.Zeline memutar bola matanya malas lantas melirik Ricard yang berdiri sambil membentuk huruf V dengan jarinya."Hanya sebagian kecil dan Zeline sudah berisik memarahiku." Ricard memberitahu
Baca selengkapnya
28 - Penjelasan
Empat hari sebelum keberangkatan Zeline dan Fini ke New York! Aku mau bunuh diri! Tulis Fini di obrolan grup yang langsung dicecar berbagai pertanyaan oleh para sahabatnya, tak terkecuali Zeline. Wanita yang kini tengah sibuk mempersiapkan brand kosmetiknya, sehingga jarang berkumpul dan berbincang dengan para sahabatnya. Entah itu lewat ponsel atau secara langsung. Tulisan Fini tentu mampu memancing ketiga sahabatnya yang lain bergabung dalam obrolan di grup. Apa maksudmu? Jangan gila, Fini! Ini bukan April mop, candaanmu tidak lucu! Tidak mendapatkan sosis besar milik suami orang itu, apa membuatmu begitu frustasi. Klienku saat ini banyak bule tampan, kau bisa memilihnya Jangan mati bunuh diri, dosamu makin menumpuk.
Baca selengkapnya
29. Akhirnya
Fini duduk di sofa apartemen Steven. Wanita itu telah diberi izin untuk akses masuk. Sembari menunggu Steven pulang kerja, ia berinisiatif untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sekarang mulai mudah letih.Fini dipaksa Zeline untuk berbicara panjang lebar dengan Steven. Mencari jalan keluar terbaik dari hal yang sudah terlanjur terjadi ini. Semalam nyatanya, ia hanya diselimuti kekecewaan dan emosi sehingga tidak bisa berpikir jernih saat memberi tahu pada Steven. Belum ada kesepakatan apa pun mengenai janin yang ada dalam rahimnya. Entah itu akan dibuang atau dipertahankan.Dari tempat duduknya ia memandang luas kota New York yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit yang tidak begitu berbeda dengan Ibu kotanya sendiri, Jakarta. Fini mengelus perut ratanya dengan lembut. Ia merasa gamang untuk membuang benih hasil hubungan tanpa statusnya bersama Steven.Namun, ia sama sekali belum siap untuk memiliki anak. Biarpun orang lain mengatakannya kejam atau pembunuh s
Baca selengkapnya
30. Terciduk (Lagi)
Ricard terbangun lebih dulu saat bel penthousenya berbunyi. Ia meraba ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, ia melirik pukul berapa saat ini, 09.14 waktu setempat. Ia mengambil boxer yang tergeletak tak berdaya di lantai akibat kegiatan urut mengurutnya semalam. Sebelum berjalan membukakan pintu, pria itu menunduk dan mencium kening Zeline yang masih begitu nyenyak terlelap.Tidak biasanya penthouse-nya kedatangan tamu pagi-pagi seperti ini. Tidak ada orang lain yang sering bertamu ke sana, kecuali Steven dan beberapa asistennya untuk urusan pekerjaan.Ricard mengklik interkom yang ada, untuk melihat siapa yang datang sebelum ia membuka pintunya. Pria itu membelakangi kamera sehingga hanya terlihat punggungnya saja. Ricard tak mau ambil pusing, ia berpikir itu adalah Steven. Dengan santai dan tanpa berpikir yang tidak-tidak, Ricard menekan password dan membuka pintu penthousenya untuk mempersilakan masuk tamunya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status