All Chapters of Gadis Pengganti: Chapter 51 - Chapter 60
116 Chapters
Mas Sendiri Yang Ingin Pernikahan Ini Dirahasiakan
Cahaya sinar matahari pagi menyeruak masuk melalui celah kaca jendela menyilaukan mata lelaki yang masih bergelung dalam selimutnya. Dia mengerjapkan mata, menyesuaikan dengan cahaya itu. Hal pertama yang ia lihat saat membuka mata, adalah gadis belia yang masih terlelap. Wajah polos nan cantik itu meneduhkan hati. Entah mulai sejak kapan wajah itu mulai menjadi candu, yang membuatnya selalu ingin terus memandangi wajah itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas menampakkan sebuah senyum. Iris berwarna cokelatnya berdinar terus memandangi wajah itu. Ia mengusap anak rambut yang menghalangi kecantikannya, menyelipkan ke belakang telinga dengan lembut dan hati-hati agar tidak mengganggu tidur belia itu. Senyum itu pudar ketika melihat Kamea mengerjap, merasa terusik dengan sentuhan tangan Alif. Kesadaran gadis itu belum sepenuhnya terkumpul ketika iris hitamnya mendapati Alif yang tengah memandanginya. 
Read more
Pengakuan Alif Tentang Felysia
"Kenapa tiba-tiba kita harus pulang sekarang, bukannya lusa? Apa ada masalah?" Jujur saja Kamea merasa bingung dengan sikap Alif yang tiba-tiba saja mengajaknya pulang hari sore itu juga setelah menerima sebuah pesan dari seseorang. Padahal sebelumnya Alif berjanji akan memanfaatkan waktu liburan agar semakin menyenangkan. Gadis itu membereskan semua pakaiannya dan juga Alif ke dalam koper. Alif menghela napas panjang. Sebegitu senangnya mendapat kabar tentang Felysia hingga melupakan saat ini ada gadis yang seharusnya ia prioritaskan. Lelaki itu tak langsung menjawab, ia menatap lamat punggung mungil yang sedang duduk sambil memebereskan barang-barangnya. "Sanee," panggilnya. Belia itu memutar kepala untuk melihat ke arah Alif. "Ya?" Alif melangkah mendekati belia itu. Dia mendudukkan tubuhnya di samping Kamea. Iris matanya lamat menatap lekat netra berbinar gadis itu.&n
Read more
Aku Baik-baik Saja
Kamea kehilangan semangatnya. Sepanjang perjalanan dia bergelut dengan pikirannya sendiri memikirkan kangkah apa yang akan ia ambil sebagai jalan tengah untuk hubungannya dengan Alif. Hingga mereka tiba di rumah malam itu, kamea masih tak berminat untuk berceloteh seperti biasanya. Lelah, benar-benar lelah. Hati dan juga fisiknya. Sedari tadi Alif memerhatikan Kamea dalam diam. Ia menyadari sesuatu yang berbeda dari sikap gadis itu. Ia dapat menebak, semuanya bersangkutan dengan pengakuan yang baru saja ia katakan pada belia itu. Salahkah jika ia ingin jujur pada belia itu bahwa di hatinya sudah ada wanita lain. Meski akhir-akhir ini, ia merasakan perasaan aneh saat bersama Kamea. Rasa nyaman dan juga sesuatu yang sulit untuk dijabarkan. Namun tetap tak mengubah perasaannya untuk Felysia. "Sanee, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya ketika mereka baru saja memasuki kamar. Belia itu
Read more
Kedatangan Felysia
Kamea dan Alif sedang menikmati sarapan bersama. Menikmati masakan yang buat oleh bi Siti, asisten rumah tangganya yang baru beberapa hari ini kembali dari kampung halamannya. Tak ada yang memulai pembicaraan di antara keduanya. Suasana menjadi canggung setelah kejadian kemarin atas pengakuan Alif tentang kekasihnya. Alif tak tahu harus bersikap seperti bagaimana, begitupun dengan Kamea terhadap Alif. Alhasil sekarang mereka saling diam. "Kapan kamu masuk kuliah lagi?" Akhirnya Alif mengalah dan memulai berbicara dengan Kamea. Gadis belia yang sedari tadi hanya fokus dengan makanan di piringnya, dengan enggan mendongak untuk melihat Alif yang duduk di kursi di hadapannya hanya terpisah oleh meja makan. "Minggu depan. Papa mengambilkan cuti satu minggu untukku," sahutnya dengan nada yang kurang bersemangat. Ia masih memiliki waktu cuti tiga hari lagi. Dan selama itu akan Kamea hab
Read more
Penjelasan Felysia
Sebenarnya Alif ingin menyusul Kamea ke kamar. Ingin memastikan gadis itu baik-baik saja setelah melihat Felysia. Namun niatnya urung karena Felysia mengatakan ingin berbicara berdua dengannya. Wanita itu terus memaksa Alif hingga lelaki itu tak memiliki pilihan lain selain ikut bersamanya. Lagi pula ia juga ingin bertanya banyak hal kepada Felysia, juga ingin mendengar alasan mengapa wanita itu meninggalkannya. Dari dapur, Bi Siti yang baru saja pulang dari pasar terus memperhatikan interaksi Alif dengan Felysia. Terbersit di pikirannya mengingat tentang perasaan Kamea saat ini melihat suaminya pergi bersama mantan kekasihnya. "Kenpa Den Alif malah pergi bersama non Faly? Kasihan non Kamea, pasti dia sangat sedih sekarang," gumam Bi Siti selepas kepergian Alif dan Felysia. Alif menghentikan mobilnya di sebuah taman kota. Ia terlebih dulu ke luar dari mobilnya menuju kursi taman yang berada tepat di
Read more
Kamu Menipuku?
Kamea membereskan beberapa pakaian memasukannya ke dalam tas. Ia akan pulang ke Bandung untuk menenangkan diri sebelum masa cuti kuliahnya habis. Lagi pula tak ada aktivitas yang bisa ia kerjakan di rumah, itu hanya akan menambah jenuh pikirannya. Gadis itu berkali-kali menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dadanya masih terasa sesak saat ini. Tadi begitu ia ke luar dari kamar, ia sudah tidak menemukan keberadaan Alif di sana. Ia tidak tahu suaminya itu akan pergi ke mana bersama kekasihnya. Ia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Gadis itu tak menemukan chat dari Alif, yang ada hanya chat dari Abimanyu, Olivia dan grup kelas. Hatinya sedikit kecewa. [Mas Alif di mana? Aku mau izin pulang ke Bandung hari ini. Mumpung masih siang dan masih ada waktu cuti kuliah. Boleh, ya?] Kamea mengirimkan pesan itu kepada Alif. Gadis itu duduk di tepi samping tempat tidur sambil mencengkram k
Read more
Sebuah Tanda
"Sanee, apa kamu baik-baik saja?" Alif mencekal lenagan tangan Kamea saat gadis itu hendak pergi hingga mengharuskannya berbalik mengadap ke arah Alif kembali. Belia itu menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Iris berwarna hitam meneduhkan itu menatap lekat wajah Alif yang juga sedang membalas tatapannya. Cukup lama mereka hanya diam seolah sedang menyalurkan pesan lewat sorot mata mereka. "Mas lihatnya bagaimana?" Bukan menjawab, Kamea malah balik bertanya kepada lelaki itu. Ia masih menatap Alif lekat. Ada sedikit harapan agar lelaki itu sedikit dsaja mengertikan perasaannya saat ini. "Aku baik-baik saja," sambungnya lagi seraya memperlihatkan senyum termanisnya. Kalimat itu tentu saja sangat berbanding terbalik dengan hatinya yang sedari tadi menahan sakit. "Aku berangkat dulu, busnya sudah datang." Gadis itu mengulurkan tangan untuk menyalami tangan Alif sebelum
Read more
Ingin Tinggal Lebih Lama
Sejak Alif memasuki rumah, ia tak mendapatkan sambutan seperti biasanya. Tak ada sunyum manis pengobat rasa lelahnya. Juga tak terdengar suara tawa dan rengekan manja dari belia itu seperti hari-hari lalu. Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari saku celana untuk melihat notifikasi diponselnya. Ternyata ia ia melewatkan panggilan tak terjawab dari Felysia. Wanita itu juga mengiriminya banyak chat yang isinya menanyakan tentang keberadaannya saat ini dan sedang melakukan aktivitas apa. Ia baru mengetikan beberapa kata untuk membalas chat dari Felysia, tetapi ponselnya lebih dulu berdering. "Halo, Fely. Aku baru saja akan membalas pesanmu," sapa Alif. Ya, yang menghubunginya saat ini ialah Felysia. 'Oh, ya? Kamu sedang apa sekarang? Aku kangen sama kamu,' Rengekan itu, masih terdengar sama seperti dulu. Hanya, rasa di dalamnya yang berbeda. Hati itu tak sesemangat dulu. Ketika mendenga
Read more
Merindukanmu
"Ayah, Bunda, Kamea datang berkunjung untuk melihat kalian. Kamea kangen sama kalian." Gadis itu berjongkok di antara dua gundukan tanah merah yang saling berdekatan. Sendu iris matanya menatap kedua batu nisan bertuliskan nama orangtuanya. Belia itu menaburkan bunga yang sebelumnya ia beli di jalan saat hendak pergi berziarah. Dia juga menyiramkan air mawar di atas gundukan tanah merah itu. Beberapa saat kemudian Kamea menghela napas berat yang menyesakkan, sebelum akhirnya mengangkat kedua telapak tangan dan mulai menggumamkan doa. Khusyuk gadis itu melafalkan doanya agar tersampaikan kepada mendiang kedua orangtuanya. "Ayah, Bunda. Kalian jangan mencemaskanku di sini. Walau Kamea tinggal sendirian selepas kalian pergi, Kamea baik-baik saja," gumamnya. Setetes cairan bening terjatuh dari pelupuk matanya. Belia itu menghela napas sambil terkekeh pelan, kemudian mengusap cairan bening itu dari wajahn
Read more
Rasa Yang Berbeda
Dua pasang mata itu serentak melihat ke arah pintu ketika seseorang mengetuknya dari luar. Seoarang wanita berparas anggun masuk ke dalam, menyapa kedua lelaki yang tak asing baginya dengan senyum ramah. "Felysia," gumam Alif. "Hai, Fely," sapa Doni kepada Felysia. Wanita itu membalas senyum lelaki yang tak lain juga sahabatnya. "Hai, Doni," balasnya. Kemudian ia beralih menatap wajah Alif yang terlihat kusut. Ia berpikir mungkin beban pekerjaan Alif terlalu banyak hingga membuatnya lelah. "Kamu membawa apa?" Doni melihat sebuah wadah yang dibawa oleh Felysia. Wanita itu langsung mengangkat rantang berisi makanan itu ke atas. "Ini, tadi aku masak untuk makan siang Reval. Kalau kamu mau, kalian bisa makan bersama. Aku sengaja memasak banyak." Felysia berjalan mendekati meja, menyimpan rantang yang dibawanya, kemudian membuka satu persatu memperlihatkan makanan yang terlihat menggi
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status