Semua Bab Can is mine: Bab 31 - Bab 40
111 Bab
Serasa damai
Decakan serta geraman berkali-kali Adinda lakukan saat panggilannya di tutup sepihak."Sial, kenapa dia susah sekali di dapatkan!" kembali Adinda menggeram kesal. Bahkan kini tangannya telah meremas kuat ponsel yang ia genggam."Loh dok, kenapa?" tanya salah seorang suster yang tak sengaja melewatinya dan melihat tingkah Adinda yang menakutkan."Gak!" jawab Adinda ketus."Oh," ucap suster tersebut kembali berjalan melewatinya.Adinda pun menggeleng, segera pergi menuju ruangan Haris. Berharap ia mendapatkan informasi lebih jauh dari Haris sang sahabat pria yang dicintainya.Tangan Adinda menggantung di udara kala ia ingin mengetuk pintu ruangan Haris."Ketuk gak ya?" gumam Adinda bertanya pada dirinya sendiri.Clek ...Baru saja tangan adinda hendak mengetuk, tiba-tiba saja pintu sudah terbuka menampakan sosok Haris yang menatapnya dengan kening mengerut bingung."Eh pak," ujar Dinda kikuk. Tangannya segera ia turun
Baca selengkapnya
Meminta maaf?
\Memaafkan itu memang hal mulia, tetapi jauh lebih mulia jika kamu melakukan keduanya. Memaafkan serta meminta maaf duluan pada dia yang menganggapmu salah meski yang terjadi sebenarnya dialah yang salah itu jauh lebih baik!🍃🍃🍃Duduk terdiam dibawah guyuran sower sepagi ini bukanlah inginnya, namun keadaan yang memaksa ia duduk berlama-lama di kamar mandi.Rasa kesal yang menjalar tiada bisa ia bendung, bahkan isak tangis ini tak kunjung mereda malah semakin terisak kuat."Bodoh kamu Ayana, mengapa bisa tidur bersamanya" rintih Ayana. Kedua tangannya menyibakkan rambut yang sudah teramat basah itu kebelakang."Arghh, kenapa ini bisa terjadi? Sial!" umpat Ayana begitu kesal. Setelah dirasa tubuhnya menggigil ia memutuskan untuk mematikan kran sower tersebut.Sementara di balik pintu kamar mandi, Candra nampak begitu cemas.Beberapa kali ia berjalan mondar-mandir di depan pintu tersebut."Ya saya bisa jelasin, kamu salah paham!
Baca selengkapnya
Gue ingin kita baikan
Seperti biasa suasana kantin kampus begitu ramai, dengan tergesa Ayana menghampiri para sahabatnya yang tengah asik menyantap sarapan paginya.Ya, begitulah aktivitas para sahabatnya sedari dulu. Jika tidak ada kelas pagi, mereka akan menyempatkan untuk kumpul di kantin yang dimana salah satu warungnya milik orang tua Asep."Gimana tugas lo?" tanya Asep ketika menyadari jika Ayana baru saja sampai dan tengah berdiri setengah menunduk disampingnya. Napasnya terdengar tak beraturan, bak seperti habis berlarian.Ayana mendongak, berusaha mengatur napasnya. "A plus" bangganya dengan menunjukan deretan gigi rapinya.Prok ... Prok ...Semua sahabatnya bertepuk tangan dengan bangga, tak terkecuali Tika. Ia nampak begitu cemberut sejak kedatangan Ayana."Keren, pertama kalinya dalam sejarah. Seorang Ayana putri kencana sari diningrat mampu mendapatkan nilai sempurna tanpa bantuan kita" puji Guntur dengan segala kelebaiannya.Riuh tawa membaha
Baca selengkapnya
Ketakutan Ayana
Isakan tangis terdengar begitu nyaring saat Candra baru memasuki rumah malam ini, kedua bola matanya menelisik kesana-kemari mencari sumber suara.Candra menggeleng, mendapati pintu kamar Ayana yang setengah terbuka dengan suara tangisan yang begitu nyaring.Tas kerjanya mulai ia letakan di kursi ruang tamu, dirinya kini tengah terduduk sembari menatap foto pernikahannya yang sengaja ia pajang di dinding ruang tamu untuk jaga-jaga kalau seandainya keluarga mereka ada yang berkunjung.Pandangan netranya kini telah mengabur, bayangan-bayangan penderitaan yang Ayana rasakan kini semakin menghantui pikirannya. Sejak Ayana ia nikahi, ia sering kali mendengar bahkan melihatnya menangis sesenggukan seperti malam ini seakan sisi lain dari seorang preman kampus itu telah ia temukan.Dibalik kesangarannya, ternyata Ayana begitu menyimpan banyak kerapuhan dalam hidupnya. "Apa keputusanku menikahinya adalah hal yang salah?" tanya Candra dalam hati pada d
Baca selengkapnya
Rasa sakit
"Aaaaaa!" teriak Tika sekencang mungkin, melepaskan semua kesakitan yang dirasa saat ini mengingat pengakuan Bisma selalu saja berputar-putar dalam otaknya. Riuhnya angin malam begitu menambah suasana menjadi kian lirih. Kini ia benar-benar sendirian, tak ada lagi yang peduli padanya. Pria yang selama ini ia cintai dan kagumi bahkan malah memberi kejujuran yang teramat pahit.Tak peduli dengan dinginnya angin malam, Tika terus-terusan berjalan menuju bibir pantai untuk sekedar menumpahkan segala kekesalannya malam ini. "Tuhan kenapa kau beri hidup yang tak adil?" tanyanya lirih. Celana selututnya bahkan kini telah basah kuyup, kuku jari jempolnya bahkan telah melukai beberapa lengannya. Bak seorang psycopat, Tika melukai dirinya sendiri dengan benda-benda tajam seadanya kala ia merasakan kekesalan pada seseorang yang teramat. "Aaaaaa! Gue membencinya!" teriak Tika. Air matanya kini kian mengalir deras di pipinya. Perlahan-la
Baca selengkapnya
Kebahagiaan tak melulu tentang kaya
Nyatanya bahagia tak melulu harus kaya!***"Papah ini kenapa sih gak bisa ngertiin mamah?!""Hah, Papah? Yang ada tuh mamah yang gak bisa ngertiin papah!""Apa? Mamah ini kerja juga buat bantu keluarga""Papah juga masih mampu mah!""Iya memang mampu, mampu buat cari istri baru""MAH!""Aku Minta Cerai!"Prankkkk ...Terdengar suara keributan serta barang pecah dari dalam rumah ketika Marteen hendak membuka pintu utama, isakan tangis pun terdengar begitu tersedu sedu."Mereka berantem lagi," gumam Marteen dengan menghela napas berat.Setiap malam Marteen selalu saja mendengar pertengkaran kedua orangtuanya yang baru saja pulang kerja, ada aja hal yang di ributkan. Entah itu tentang harta,keluarga, bahkan kecurigaan satu sama lain. Itulah yang membuat Marteen tak betah tinggal dirumah.Kedua orang tuanya selalu saja pulang larut malam demi menyelesaikan pekerjaan bisnisnya masing-masing padahal ke
Baca selengkapnya
Diam-diam
GJam dinding sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, kaki jenjang milik Ayana pun kini berjalan dengan sangat hati-hati berharap tak mengganggu istirahatnya Candra malam ini.Dengan sangat hati-hatinya ia membuka pintu untuk keluar malam ini, meski terlambat ia harap perayaan syukuran ulang tahun Marteen masih berlangsung.Buru-burulah ia keluar rumah, mendorong sepeda motor dengan pelan-pelan hingga keluar gerbang.Senyum penuh kemenangan pun kini terpancar dari raut wajahnya ketika dirinya telah menjauh dari rumah yang sederhana itu.Ada rasa bangga tersendiri dalam dirinya kala ia berhasil keluar malam dari rumah Candra, pasalnya semenjak ia tinggal disana ia tidak pernah lagi ikut tongkrongan malam bersama para sahabatnya. Aturan yang Candra buat, mau tidak mau harus ia turuti jika tidak? Hukumannya akan lebih berat dari yang ayahnya kasih. Ya, sesuai surat perjanjian yang mereka tulis masing-masing dulu.Hembusan napas lega pun
Baca selengkapnya
Berusaha mendekati
Tok ... Tok ... Tok ...Suara dibalik pintu mengalihkan perhatian Candra yang tengah fokus menatap layar laptopnya.Penasaran, akhirnya ia membiarkan laptop tersebut dan berjalan mendekati pintu, lalu membukanya."Pagi," sapa seseorang di ambang pintu dengan kegirangan.Dengan malas Candra menutup pintunya kembali, tak memberi celah pada seseorang yang tengah berdiri menyapanya barusan."Hey! pak saya datang membawa bekal untuk bapak. Cobalah, buka dulu sebentar!" teriak kembali seseorang yang masih berdiri di depan pintu ruangan Candra dengan penuh bahagia."Siapa?" kata pertama yang Candra lontarkan kala membukakan pintu kembali. "Saya boleh masukkan? Nih pagi ini saya bawa bekal spesial untuk bapak," ujar Adinda melenggang masuk keruangan Candra tanpa dipersilahkan terlebih dulu."Saya bawa nasi goreng spesial dan salad sehat buat bapak," ucap Adinda meletakan bekal yang ia bawa di meja Candra."Kamu yang
Baca selengkapnya
Menghindar
Sejak kejadian kesalah pahaman itu, beberapa hari ini Ayana tak berani bertemu Candra barang sedetik saja pun. Ia sungguh merasa malu akan pemikirannya sendiri kala itu yang menganggap jika Candra telah merenggut mahkotanya dan berhasil membuatnya hamil, tapi nyatanya? Candra tidak pernah berbuat apa pun padanya, hanya tidur memeluk. Itu juga Ayana yang minta saat mengigau. Memalukan!Seperti hari ini, Ayana bangun begitu pagi bahkan mendahului ayam berkokok. Dari mulai bersih-bersih hingga mencuci Ayana kerjakan begitu terburu-buru sebelum Candra bangun.Beruntung, rumah yang mereka tempati tak begitu luas, cucian tak begitu banyak hingga membuat Ayana bisa lebih cepat mengerjakannya."Akhirnya beres juga," ujar Ayana setelah memeras pakaian terakhirnya yang ia bersihkan tepat saat jarum jam menunjukkan pukul empat pagi."Jir, rasa malu yang membawa hikmah ini. Tumben-tumbenan gue rajin gini, jam empat udah beres semuanya" gumamnya membawa seember pakaia
Baca selengkapnya
Membujuk
"Assalamualaikum!" sengajanya Candra mengucap salam dengan teriakan, berharap Ayana terganggu dengan kedatangannya pagi ini.Derap langkahnya, sengaja ia hentakan. Mencuri-curi perhatian sepagi ini ialah salah satu misinya agar Ayana dapat kembali menemui dan mengomelinya seperti biasa."Assalamuaikum!" Candra kembali berteriak. Kedua bola matanya menelisik setiap sudut rumah, mencari keberadaan Ayana yang tak kunjung ia temukan sepagi ini.Sengaja ia pulang lebih lambat dari mesjid demi membeli bubur ayam untuk mereka sarapan pagi ini."Ck. Dosa banget tuh cewek, orang ada yang ucap salam tuh dijawab kek bukan didiemin kaya gini" gerutu Candra meletakan kantong plastik yang berisi dua bungkus bubur ayam masih panas yang ia beli bela-belain kerumah tukang bubur tersebutnya langsung. "Aya!" teriak Candra ketika tak menemukan Ayana disudut mana pun."Tidur lagi kali ya?" tebaknya sembari berjalan menuju kamar Ayana.Tok ... Tok ..
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status