Home / Romansa / KELAMBU MERAH JAMBU / Teguh Pendirian

Share

Teguh Pendirian

last update Last Updated: 2021-02-15 20:08:06

Deru angin dingin yang mengantarkan beku, membuatku tersadar, sudah sampai di belakang rumah. Serta merta pandanganku tertuju pada rumah boneka berpagar kayu merah jambu, rumah khas Belanda. Garasi sepeda yang terletak di samping kiri pintu pagar terlihat teduh dan hangat. Dinding kayunya yang bercat ungu muda, terlihat kontras dengan warna pagar. Kontras yang manis, menurutku.

Di samping garasi sepeda, aku memanfaatkan lahan kecil---sekitar tiga kali empat meter---sebagai taman bunga. Sebenarnya, aku nggak begitu suka bertaman atau berkebun. Tapi, hanya itu yang bisa kulakuan untuk mengisi waktu luang di rumah. Dari pada bengong alias blank, kan? Lebih baik diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.

Begitu semangatnya, sampai-sampai aku membeli dua rak bunga putar dan meletakkannya di ujung taman. Sebenarnya, itu tempat untuk meja barbecue. Tapi karena Kenzy nggak pernah mengadakan, aku menggantinya dengan rak putar. Dua-duanya dipenuhi dengan bunga mawar dan dan aster. Warnanya? Tebak dong, warna favoritku. Hihi.

Lihatlah, puluhan bunga tulip sudah mulai menguncup, berwarna-warni. Ada beberapa yang mulai merekah, berwarna merah dan oranye, indah. Nggak sulit kok, menanam dan merawatnya. Nggak berbeda jauh dengan bunga lily atau amarilis. Di rumah Papa, aku dan Mbah Mi banyak menanam bunga lily dan amarilis. Tapi bohong, hehe. Tentu saja, yang melakukannya dengan senang hati ya Mbah Mi. Aku sih penggembira saja. Hahahaha.

Kadang-kadang takjub pada diri sendiri, bisa ya, berjalan cepat dalam keadaan blank? Untung nggak tersesat sampai ke ... Oh my God, kok sudah jam dua saja, sih? Kenapa hari ini begitu cepat berlalu? Apa karena, enggg, karena ada sesuatu yang ingin kuhindari?  Biasanya begitu, jika ada sesuatu yang nggak kuinginkan, waktu seperti melesat. Berlaku sebaliknya, untuk hal-hal yang sangat kuinginkan.

Perlahan-lahan aku membuka pintu pagar sambil menghela napas panjang, berharap Kenzy belum pulang dari rumah Zio, sahabat dekatnya. Kalau belum, masih ada waktu untuk negosiasi. Sungguh, aku ill feel. Jangan-jangan---seperti yang dikatakan Elize---Kenzy sengaja menyusun rencana ini untuk menghancurkan komitmen kami?

Klik, klik, kriiit ...!

Deg-degan, aku membuka pintu rumah dan menutupnya kembali dengan menahan napas. Kalau dilihat dari jendela kamar yang gordennya tertutup rapat sih, dia masih di rumah Zio. Kamar Kenzy dapat terlihat jelas dari belakang rumah. Tadi aku sudah mengamatinya untuk mencari sebuah kepastian. Tapi, lebih baik aku berjaga-jaga mulai dari sekarang.

"Eh!" gumamku tanpa bisa kucegah karena ternyata, Kenzy sedang ada di dapur. Di meja, sedang membaca majalah, sepertinya. 

Kulihat ada segelas gagang limun dan sepiring kue kering kesukaannya, Speculaas. Oh, mungkin dia nggak jadi ke rumah Zio atau apa? Hei, masa sih, dia membatalkan janji dengannya hanya gara-gara rencana makan malam yang belum jelas itu? Nggak, ini pasti nggak seperti yang baru saja kupikirkan. 

"Hai, Kenzy!" sapaku, berusaha memecahkan kebekuan yang tadi tercipta olehku sendiri, "Sudah pulang?" 

Kenzy nggak mau bersusah payah mengalihkan pandangan dari majalah yang sedang dibacanya tapi dia menjawab seperti ini, "Zio yang ke sini. Baru saja pulang, dia." 

Ooohhh, auuuhhh! 

Sakit sekali rasanya, melihat kegigihan Kenzy soal acara makan malam itu. Oh my God, jadi Kenzy serius? Apakah ini mimpi? 

"Oooh, oke." sahutku berusaha untuk terlihat rileks seperti biasa sambil meletakkan tas kecil di meja baca makan tamu, "Kalau gitu aku ke kamar dulu, ya?" 

Sebenarnya, kalimat tanya seperti itu nggak pernah ada dalam kamus kehidupanku bersama Kenzy. Karena selama ini, kami hidup sendiri-sendiri di belakang layar. As you know lah dan layar itu adalah papaku dan papanya. Benar-benar sendiri-sendiri, tidak seperti pasangan suami isteri pada umumnya. Bagian sepesialnya adalah, kami tinggal di bawah atap yang sama.

Karena Kenzy diam, aku berjalan menuju wastafel dan mencuci tangan dengan sabun. Mengambil keranjang buah kecil di rak, meletakkan dua tangkai anggur hijau, satu buah apel merah, dua jeruk dan dua pisang ke dalamnya. Asyik mungkin ya, kalau membaca buku sambil makan buah, di kamar? Ummm, masih ada beberapa persiapkan yang harus kumatangkan sebelum tes masuk les bahasa pekan depan. Ingat kan, les bahasa Belanda tingkat terampil? 

"How is the dinner?" 

Pertanyaan Kenzy benar-benar menghentikan langkahku di depan pintu dapur yang berarti di belakangnya, "Kamu mau kan, Anya? Sekali ini saja!" 

'Sekali ini saja, benar kah?' tanyaku dalam hati, 'Ah, mustahil!' 

"Anyelir?"

"Ummm, ya, Kenzy?"

"Would you, please?" 

Jawaban itu sudah berada di ujung lidahku, namun begitu kelu untuk mengucapkannya. Terlebih ketika tiba-tiba Kenzy beranjak dari kursi kayu dan berdiri, memandangku. Lebih tepatnya, menyelam hingga ke dasar hatiku yang semakin kacau. Kenzy dan aku, sepasang suami isteri yang menikah hanya berdasarkan tuntutan keadaan. Kami terpaksa melakukan semua itu demi orangtua masing-masing, demi membahagiakan mereka bersama. Padahal, kami ... Jangankan rasa cinta, masih bisa akur dengannya saja, bagiku sudah luar biasa. Hellooo, any hody home? Dia, Kenzy Van Snoek itu umurnya enam belas tahun di atasku. Pantasnya, dia menjadi omku, kan? Sudah begitu, jelas, dunia kami bertolak belakang. Seperti langit dan laut. Dia, lautnya. Laut yang bergelombang pasang.

"Sorry Kenzy, I can't!" jawabku jujur lalu melanjutkan langkah menuju kamar, di lantai dua. 

Iya, tanpa mempedulikan bagaimana perasaan Kenzy,  tentu saja. Tanpa menunggu jawaban darinya karena bagiku itu tidak penting sama sekali. Tidak berpengaruh pada segala kebulatan tekadku. Semestinya Kenzy ingat, kami sudah sepakat untuk nggak terlalu dekat. Kami, di sini, hanyalah sebuah sandiwara.

"Anyelir, wait ...!"

Seru Kenzy mengejar langkahku yang sudah sampai di anak tanggak ke tiga, "Sorry ...!"

Aku mengulas senyum---meskipun kaku---dan menjawab, "It's allright, Kenzy!" 

Dalam detik-detik yang menebarkan kehangatan, Kenzy menatapku dengan perasaan bersalah. Tawa kecilnya terdengar sebagai pengurai keruwetan yang terjadi di antara kami. Keruwetan yang terencana dengan sempurna, haha. Jujur, di lubuk hati terdalam, aku menertawai diri sendiri. 

'Bagaimana mungkin, dalam sebuah pernikahan tidak tercipta sentuhan, pelukan ...?'

"Kita lucu ya, Anya?" tanya Kenzy sambil menaiki anak tangga, dua di bawahku, "Hahahaha, We're so funny, aren't We?"

Entah mengapa, aku ikut tertawa. Lepas begitu saja, seperti seekor anak ayam yang melihat pintu kandangnya terbuka lebar. 

"Kamu yang lucu," selorohku, sambil membenarkan letak tali tas yang melorot, "Kamu juga jahat, karena sudah menikahi anak kecil!" 

'Dua puluh tahun, masih tergolong kanak-kanak untuk menikah bukan? Hihi. Terutama jika yang menikahinya adalah remaja tua berumur hampir tiga puluh enam tahun. Hahahaha.' lanjutku dalam hati, sambil menyibakkan rambut ke samping. 

Jangan sebut Kenzy kalau nggak bisa mematahkan kata-kataku, meskipun sudah kubangun sekokoh baja. Lihatlah, dia malah mengatakan kalau aku lah yang nakal. Yeaaahhh, karena sudah menggoda hatinya untuk mau menerima tawaran papanya. 

What?

Oooh, my God!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Nyaaa Anyeliiirrr!

    De Swiiing!Entah bagaimana awalnya, aku nggak terlalu ingat, rasa-rasanya ada sesuatu yang aneh di ruang perawatan ini tapi nggak tahu, apa. Om Dirga masih berdiri sambil menyedekapkan tangan di bawah kaki Kenzy, sama seperti posisinya semula. Miss D sudah selesai melepaskan sonde dan sekarang Doctor, dibantu Nurse mulai melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangan sebelah kanan. Mereka melakukan transfusi darah dari sana. Sampai di sini aku memandang ke segala arah, mengingat keanehan yang sempat kurasakan tadi.Nothing is weird but I feel that!Kembali, aku memandangi wajah Kenzy yang kadang-kadang tertutup tangan Doctor atau Nurse karena pekerjaan mereka melepas ventilator belum selesai. Wajah yang kalau dalam keadaan sehat terlihat tampan dengan

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Good Bye, Kenzy!

    Di antara bayang-bayang Kenzy yang mengulum senyum manis dan segenggam kebahagiaan, aku menguatkan diri untuk tanda tangan. Meskipun air mata tak kunjung berhenti dan keringat dingin semakin deras mengalir, aku berusaha untuk menguatkan diri. Kuat, tegar untuk Kenzy. Demi suami tercinta sepanjang masa. Miss D dan Doctor menunggu dengan sabar di seberang meja. Tenang, Miss D mengusap-usap punggung tanganku, senyumnya terlihat tipis tapi tulus. Sementara Doctor duduk bersedekap tangan dengan raut wajah setegang robot lowbat.Sungguh, sampai detik ini, aku masih merasa jahat!Jahat, karena harus melalukan semua ini, meskipun itu demi kebaikan Kenzy. Cukup, cukup satu musim dia menjalani masa komanya. Nanti, besok jangan lagi. Aku sudah nggak sanggup lagi melihatnya seperti ini. Oooh, ooohhh, my God! Baru satu kali itu aku me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    The Final Decision

    "Kamu …?" aku mendelik menatapnya, "Ngapain kamu ke sini, keluar!"Betapa terkejutnya aku, saat Kenzy dengan tenang dan santainya masuk ke kamarku. Padahal, sebelum ijab qabul tadi sudah berjanji kalau nggak akan pernah menginjakkan kakinya di sini. Wuaaahhh, sepertinya dia meremehkan ya, kan?"Kenzy, keluar!" dengan amarah yang semakin membesar, aku menunjuk ke arah pintu, "Keluar, Kenzy!"Tap, tap, tap!Terdengar langkah kaki Papa menuju ke sini, membuat kami sama-sama terkejut. Mungkin Kenzy pun bingung harus bagaimana, jadi dia mendekat padaku, sedekat-dekatnya. Tentu saja, itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan saat Papa sudah benar-benar muncul di depan pintu, Kenzy me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Waiting For Kenzy's Smile

    Miss D terperangah, menatapku dengan karakter kucing yang dilanda konflik besar, antara harus mencuri ikan di atas meja atau menahan lapar sampai diberi makan oleh majikannya. Tapi aku tak peduli lagi, tentu saja. Apa yang harus kupedulikan? Itu, ventilator, sonde, jarum infus yang melekat di tubuh Kenzy sudah tak berguna lagi kan? Sudah nggak ada fungsinya lagi, kan? Untuk apa dilanjutkan? Hanya menambah kedalaman luka saja!"Please, do that now, Miss D?" aiu meratap-ratap, memohon dengan segala perasaan yang merasuki diri, "For Kenzy, For me …!"Dalam detik-detik yang berdetak begitu cepat, seolah-oleh roda mobil yang melaju cepat ke sebuah tempat di lereng bukit, kami saling berpandangan dengan mulut ternganga. Aku, napasku memburu, selayaknya seorang prajurit yang berhadapan dengan seseorang yang sangat penting untuk

  • KELAMBU MERAH JAMBU    In Peace and Love

    Papa meraih pergelangan tanganku, menahannya dengan sedikit tekanan yang menyakitkan, tentu saja. Hal yang belum pernah Papa lakukan selama aku menjadi anak pungutnya. Well, aku yakin, seluruh dunia juga tahu, selembut dan semanis apa Papa memperlakukan aku selama ini. Ah, lebih lembut dari butiran salju. Lebih manis dari es krim susu vanilla. Jadi, kalau sampai Papa melakukan itu, berarti ada sesuatu yang bersifat penting dan genting.What is that?I don't know!Yeaaahhh, only he knows, of course!"Anyelir!" Papa memanggil dengan suara bergetar yang aku nggak tahu kenapa, nggak ingin tahu juga, "Kamu, nggak mau ikut nganterin Papa ke bandara, besok pagi?"Finallly H

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Luka di Atas Luka

    Hanya bisa bernapas dan memandang ke arah mama Sophia dengan mata yang semakin memburam oleh air mata. Aku merasa benar-benar terjepit sekarang. Terjepit di antara dua bilah pedang yang berkilau tajam plus haus darah. Oooh, ooohhh, my God! Kenzy masih koma, bahkan harapan hidupnya semakin menipis. Bisa dikatakan habis, malah. Sudah begitu, seolah-olah itu belum cukup untuk meluluh lantakkan seluruh hati dan perasaan yang terkandung di dalamnya, Papa menyingkap tabir rahasia tentang hidupku yang sesungguhnya.Jahat. Jahat. Jahat.Apa, apa yang bisa kuharapkan sekarang?Apa masih ada harapan?Papa menjadikan aku Musim Semi, Little Princess dan Anyelir Nuansa Asmara hanya untuk dijadikan pengisi kotak hadiah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status