Semua Bab KELAMBU MERAH JAMBU : Bab 141 - Bab 150
169 Bab
Tetap Tenang dan Kenakan Sabuk Pengaman!
Mungkin ini yang disebut dengan keberuntungan tapi aku kurang yakin. Kenzy mengeluarkan smartphone, membuka gallery dan menunjukkan beberapa foto Kinanti. Tenang dan santai, dia menceritakan perihal kapan dan dimana foto-foto itu diambil. Foto pertama, di Bali, dalam acara liburan keluarga. Jadi keluarga mereka sama-sama berlibur ke sana dan sewaktu foto ini diambil, Kinanti mengajak Kenzy jalan-jalan ke pasar Sukowati. Nah, dia ingin sekali berpose di depan pintu masuk, jadi Kenzy menurutinya. Foto ke dua, di pantai Sanur. Kinanti berdiri menghadap ke laut sambil merentangkan kedua tangannya. Pose yang cantik, menurutku karena di sana dia terlihat lebih rileks dan menikmati. Berbeda dengan pose yang di depan pintu masuk pasar Sukowati tadi, senyumnya terkesan kaku. Foto ke tiga, di Besakih. Kinanti duduk di bangku kayu, menyedekapkan kedua tangan dan tersenyum lebar. Cantik, anggun dengan binar mata yang indah. Menu
Baca selengkapnya
Hellooo Rumah Boneka!
Hellooo, Rumah Boneka! Akhirnya, sampai juga di rumah dengan selamat. Sehat, tak kurang satu apapun juga kecuali penampilan yang kusut masai dan ya, yaaahhh, you can imagine lah bagaimana kami setelah menjalani penerbangan selama delapan belas jam! Belum lagi, perjalanan darat dari rumah Sosrowijayan ke Adi Sucipto International Airport dan dari Schiepol Airport, Amsterdam ke Sleedorn Tuin. Termasuk waktu transit di Jakarta dan Bangkok. Total, berapa jam? Aku nggak terlalu ingat tapi yang jelas sekarang ini aku sakit, demam. Oooh, mungkin setelah ini aku trauma naik pesawat. Ah! Bisa jadi, phobiaku akan bertambah banyak setelah phobia lift, kegelapan, ketinggian dan kupu-kupu. Apakah itu? Plane Phobia. 
Baca selengkapnya
Please Tell Me Honestly!
"Kenzy!" aku berseru setengah menjerit memanggilnya, kesabaranku sudah di ambang batas sekarang dan nyaris ke luar, melompat menyerangnya, "Jawab aku Kenzy, apa yang kalian bicarakan? Apa yang sebenarnya terjadi di belakangku, ha?"Nanar dan semakin menggigil, aku menatap Kenzy. Merayapi tubuhnya, inci demi inci. Terbayang kembali dalam benakku, bagaimana mereka berbicara saat video call malam itu, sungguh misterius. Bagaimana isi chat Papa … Sikap mereka selama kami di Yogyakarta pun aneh. Dekat, klik tapi juga aneh. Banyak gesture yang nggak kupahami di antara mereka. Papa menggedikkan bahu, Kenzy ikut juga. Kenzy mengernyitkan dahi, Papa ikut juga atau sama-sama membesarkan pupil mata. Aneh nggak, sih? Padahal kami hanya tergabung dalam sebuah obrolan santai, lho. Ya ampuuun! Memangnya apa saja sih yang kami obrolkan? Paling
Baca selengkapnya
Keteguhan Hati Kenzy
Haaa, whaaat? Sampai aku terbangun jam sembilan keesokan paginya dan langsung memeriksa chat room kami, Papa masih belum membaca chat-ku padahal delivered. Dalam hitungan detik, demi melihat kenyataan yang semenyakitkan itu, aku meradang. Mengerang, menggeliat kuat-kuat lalu menyisir rambut dengan kasar. Menguncir ekor kuda dengan karet gelang berwarna oranye dan melangkah lebar-lebar menuju kamar mandi. Sesuatu yang sangat jarang terjadi dalam hidupku, bisa dikatakan langka, malah. Selama ini aku belum pernah bersikap segusar itu oleh karena apapun yang dilakukan Papa, sungguh. Ummm, kenapa sih, aku justru sering tersakiti oleh Papa, sosok yang sangat sangat sangaaat berarti di seluruh planet? Padahal, yaaa, padahal setahuku … You know lah, bagaimana aku terhadap Papa. Sampai-sampai terjebak dalam pernikahan di atas kert
Baca selengkapnya
A Little Piece of Kenzy
Siiirrr dug, dug, duuuggg! Miss D sudah menungguku di ruang kerjanya begitu aku sampai di rumah sakit. Raut wajahnya melambangkan keseriusan tingkat langit ke tujuh, begitu aku menatapmya dengan air mata darah yang berlinang-linang. Ups, sorry, mungkin aku berlebihan tapi bagaimana nggak kalau ternyata Kenzy si Batu Karang sekaligus Manusia itu ternyata sakit? Huaaa, ooohhh, my God! Aku benar-benar nggak menyangka. Kenzy yang usil, jahil dan ya, yaaahhh kadang-kadang menyebalkan itu ternyata sakit. Sakit apa? Belum tahu, Miss D nggak menjelaskan di chat room tadi dan itulah kenapa aku menemuinya di sini. Sederhananya, untuk mencari tahu, penyakit apa yang telah dengan kejamnya bersarang di tubuh Kenzy. By tye way ta
Baca selengkapnya
Please Don't Go Any Where
Oh God, time flies so fast!Mau nggak mau, suka nggak suka itulah kenyataan yang ada.  Sudah tiga bulan ini Kenzy sakit. Stadium dua, Liver Cancer. Sejujur-jujurnya kukatakan, nggak punya target lain lagi sekarang, kecuali menjaga dan merawat Kenzy sampai sembuh. Termasuk, bekerja di DE SUPER ICE CREAM. Aku sudah berhenti, bahkan sejak baru tahu kalau ternyata ada cancer cells yang menggerogoti tubuh Kenzy. Sebenarnya, Emma masih ingin mempertahankanku dengan memberikan pekerjaan yang lebih ringan dari pada telephone operator tapi aku menolak. Dengan sehalus mungkin, tentu saja agar tak menyakiti atau menyinggung perasaannya. Well, selama tiga bulan bekerja di sana, bukan hanya sekadar fee yang kudapatkan, melainkan persahabatan. DE SUPER ICE CREAM sungguh keluarga yang ramah, hangat dan membahagiakan bagiku. 
Baca selengkapnya
The Autumn Dinner
Untuk menyambut musim gugur kali ini---musim gugur ke dua kami di Netherlands---aku memutuskan untuk mengadakan weekend dinner bersama para tetangga. Jadi, hari ini aku sibuk menulis undangan dan menyebarkannya dari rumah ke rumah. Well, meskipun ini jaman internet---bisa saja membuat E-Inviting Card yang bisa sampai hanya dalam hitungan detik--tapi menurutku kurang sopan. Ya ampuuun!  Kami kan tetangga, nggak sampai berjalan sejauh ratusan meter untuk mencapai rumah mereka. Ya, yaaahhh, kecuali rumah Elize, sih. Itu pun hanya sekitar dua ratus meter. So, this is the inviting card that I wrote happily lovely! Dear ………………We lovely to invite yo
Baca selengkapnya
Love Love Love
Nggak hanya para tetangga, aku juga mengundang keluarga besar DE SUPER ICE CREAM untuk datang ke acara weekend dinner. Tentu saja, Emma and Friends dengan senang hati menerima undanganku. Bahkan, Tosca bersedia menyumbangkan tenaga untuk menjadi chef. Hehehehe. Bukan hanya itu, dengan senang hati, Emma akan membawakan kami es krim yang super duper yummy. Es krim andalan di kedai es krimnya. Es krim varian apakah itu? Cokelat almond, strawberry dan pisang. Kalau di daftar menu sih, tulisannya menjadi seperti ini: CASBANANA. Uwaaauuu nggak sih, kalau begitu? Jujur, aku tersanjung kuadrat.OK!Sepulang dari DE SUPER ICE CREAM untuk mengantarkan kartu undangan itu tadi, aku sekalian pergi berbelanja di kopermolen. Kenzy minta dibuatkan kacang
Baca selengkapnya
The Romantic Marriage Anniversary
Kenzy nakal! Coba bayangkan, sempat-sempatnya dia menyentuhkan love kiss ke pipi kananku, sewaktu aku membantunya berjalan menuruni anak tangga. Ah, semoga Om Dirga nggak melihatnya. Bukan apa-apa. Malu, kan? Hehehehe. Ya, yaaahhh, bisa jadi malah senang sih, karena akhirnya keponakannya ini bisa  hidup rukun, damai dan bahagia. Yeaaahhh, meskipun sedang dalam ujian berat dari Tuhan, sih. Ummm, nggak ada yang nggak mungkin kan, bagi Tuhan? Kalau Dia kehendaki Kenzy sembuh dalam sekejap mata, niscaya itulah yang akan terjadi. Satu yang pasti, Tuhan nggak akan membebankan apapun pada kami, kecuali kami sanggup memikulnya. Iya, kan? "Iiihhh, Kenzy!" aku berbisik lirih dalam rangka protes, "Malu tahu, ada Om Dirga?" bisikku l
Baca selengkapnya
A Mysterious Husband
"Breech, ooohhh, my God … Aaaakkk … Breech!" Tante Bethanny menjerit-jerit tertahan di sela-sela kontraksi yang mendorongnya untuk mengejan tapi aku nggak tahu artinya apa sehingga berlari ke luar kamar, memanggil Om Dirga. Nora tidur di stroller jadi Om Dirga bisa segera mengikuti aku, "Ada apa, Anyelir? Auuuhhh, Nora rewel sekali!" "Tante Bethanny, ummm, breech …?" sahutku dengan kepanikan yang semakin memuncak, "Breech,  apa itu, Om?"Tanpa berkata-kata, Om Dirga berlari ke kamar, napasnya terdengar memburu yang kuterjemahkan dengan panik kuadrat. Meskipun begitu, aku menyempatkan diri melambai-lambaikan tangan pada Kenzy dan men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status