All Chapters of VELIN-SEAN (INDONESIA): Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
10. SEMU DAN PERTIKAIAN
"Rasaku mendalam, meskipun kamu lerai dengan berbagai cara." –Sean Varza Nasution——VELIN mengerjap berkali-kali dari tidur nyenyaknya, lantaran bias cahaya mentari yang menyembul dari balik tirai jendela warna biru muda menusuk tepat pada netranya."Aish ...." Ia mengacak rambut kasar. Setahu dirinya, gorden itu telah  tertutup hingga tak mampu memberi celah pada bias mentari yang menggilai pagi.Lalu?"Hai, Sayang. Sudah siang, bangun dong."Belum sepenuhnya mata terbuka, suara bariton menyapa tepat pada rungu.Mata menajam sepenuhnya, mengarah pada lelaki yang masih berdiri di dekat jendela. Tangannya begitu lihai merapikan gorden menjadi lebih rapi dan satu padu.Ternyata!Velin spontan terduduk di ranjang. Meremas selimut kuat hingga membuat buku-buku jari memutih. Bagaimana bisa manusia yang memiliki kelainan jiwa itu bisa berada di kamarnya?"Bangun, Honey! Lo sudah melewatkan
Read more
11. BUKAN CINTA BIASA!
"Ketika takdir berputar pada satu poros, haruskah aku menyesalinya atau menghakiminya?"–Velin Ashakira ——MATA indah itu mengerjap pelan, dan sejurus kemudian terbuka lebar. Hal pertama yang disaksikan adalah langit-langit kamar serba putih dan bau obat-obatan yang menusuk indra penciuman.Rumah sakit! Itu yang terlintas di pikirannya.Seketika bulu kuduknya berdiri. Ia benci tempat yang selalu mengingatkan dirinya pada kenangan buruk.Dengan tergesa, dia melepaskan jarum infus dari pergelangan tangan."Aw ...." Sedikit memekik karena sakit dan setetes darah mengalir dari sana.Namun, Velin tidak peduli, memilih menyingkap selimut dan berjalan menuju pintu.Tangan sudah berada di kenop, bersiap membuka, tetapi terurungkan karena seseorang dari luar terlebih dahulu membuka pintu itu."Kamu sudah sadar? Kenapa infusnya dilepas?" Gafa melemparkan pertanyaan secara beruntun kepada Velin, membuat perempuan c
Read more
12. SISA KENANGAN
"Setiap benci yang tercipta, ada satu alasan yang mendalam." –Author ‘Velin-Sean’(Ayne Kim)——Velin kira semuanya akan baik-baik saja setelah ia melepas Gafa. Ia pikir semua akan setenang biasanya setelah menenggelamkan diri di kehidupan Sean. Nyatanya ia malah semakin terjebak dan mungkin akan merangkak untuk keluar dari sana, jika ia tak mati terendam oleh tumpukan lara.Siapa yang hendak Velin salahkan?Keputusan bodoh yang ia ambil saat emosi membuatnya tidak mampu bergerak sedikit pun. Kakinya seolah terantai besi yang panas. Dan semakin lama akan membekas, tanpa mampu ia hilangkan!Dan manusia bisa berubah menjadi iblis. Lalu, iblis yang terobsesi akan menjadi parasit yang menggerogoti makhluk lain.Ya, itulah Sean.Velin menyesal karena langkah yang ia ambil tidak tepat sama sekali. Imajinasinya telah dikalahkan oleh Realita."Gimana, Dok? Harus dirawat?" Sean melempar pertanyaan pada Dokter yang sedang memeriksa kondi
Read more
13. KENANGAN
“Ayah! Ibu! Selamatkan mereka! Aku mohon!”Sean mengelus pucuk kepala Velin lembut saat kekasihnya itu mengigau dalam tidur. Sean tahu, ada satu luka yang tak mampu diobati oleh siapa pun, bahkan dirinya sendiri.“Ayah!” Bulir air mata jatuh. Sean dengan sigap menghapus tanpa membuat pergerakan lebih yang mengganggu tidur perempuan yang telah mengalihkan dunianya itu.Kening Sean mengernyit saat jari-jari lentik Velin meremas selimut begitu kuat. Sean bertanya-tanya, apa mimpi yang sedang dialami Velin begitu mengerikan? Apa kehilangan yang dirasakan Velin seperti yang ia rasakan, dulu?“Vel.” Sean mengelus pipi lembut itu. Berharap sang pemimpi segera terbangun. Sean tidak ingin Velin melanjutkan mimpi buruk itu!Kehilangan adalah sesuatu yang menguras kinerja otak hingga membuat air mata tumpah.“Vel.” Sekali lagi, Sean membangunkan Velin. Tangannya kini menepuk pelan pipi mulus itu.Dan berhasil. Velin terbangun!“
Read more
14. Ramen dan Kenyataan
"Jika Tuhan membiarkanku kembali pada masa lalu, aku akan memilih tidak mengenalmu!"— Velin Ashakira—— Ketika Tuhan telah menempatkan takdir di titik terendah. Manusia hanya bisa menerima dan belajar untuk memperbaiki diri. Jika tidak sanggup bertahan, pilihan terburuk akan menjadi akhir dari semuanya. Namun, seburuk apa pun takdir, Tuhan tidak akan memorak-porandakan begitu saja hidup hambanya. Karena ada kalanya di balik tangis dan derita, ada sejuta tawa yang menunggu.Dan Velin selalu percaya, setiap langkah yang ia ambil, Tuhan selalu menyertainya. Tidak peduli jika itu bahkan mampu membuat dirinya dirundung pilu sepanjang masa.  ****  Velin mendorong pintu kaca swalayan, berlenggok-lenggok masuk. Tujuannya cuma satu, mencari ramen di deretan rak mi instan. “Wah!” Binar bahagia terlihat jelas di mata Velin saat deretan mi ramen tersusun rapi di rak. Rasa lapar mendadak menderanya, ramen itu seolah melamba
Read more
15. OBSESI
"Obsesiku itu kamu! Jika aku tak mampu memilikimu, sebaiknya dunia menelanmu." - Sean Varza Nasution ——Sean menendang guci mahal yang ada di ruang tamu, hingga menjadi pecahan-pecahan tidak berbentuk. Emosinya naik seketika lantaran terlalu kesal kepada lelaki yang sedang berdiri berkacak pinggang di depannya, dan merupakan papanya itu. Lelaki berumur 50 tahun itu, memaksa Sean untuk bekerja di perusahaan, membantu mengelola agar lebih maju lagi. Namun, Sean menolak. Ia tidak ingin waktunya bersama Velin terganggu. Jika bekerja, otomatis Velin akan menjadi prioritas kedua. Sean benci itu! Menyebalkan!Baginya, hidup itu ya ... Velin. Velin, Velin, Velin dan Velin, tidak ada yang lain."Papa hanya meminta waktumu sedikit saja, Sean," tukas Hardan dengan nada memelas. Dia menginginkan Sean dalam hal yang menyangkut perusahaan, ia ingin itu.Sean mendengkus. " Sedikit?
Read more
16. LOVE?
"Yang aku tahu cinta itu sesuatu yang harus di miliki!" — Sean Varza Nasution"Cinta yang kamu maksud itu lebih tepatnya petaka. Secara tak wajar! Dan, pada akhirnya ... aku mati tanpa air mata."— Velin Ashakira———Sean berjalan mengendap-endap, layaknya seorang mata-mata agen rahasia. Mengikuti target tanpa jejak, lalu mengintai dari jarak paling aman. Pakaian yang ia kenakan menyempurnakan segalanya. Semua serba berwarna hitam, mulai dari jaket kulit, celana jeans, masker  hingga kacamata.Satu-satunya yang berbeda warna adalah sepatu. Sean lebih memilih warna putih! "Sial!" Sean mengepalkan tangannya saat dua orang targetnya memasuki toko pakaian wanita dan saling bergandeng tangan. Velin dan Arga! Emosi Sean kembali memuncak.Sean memejam sesaat. Seandainya bukan di tempat umum, ia pasti mendatangi keduanya, dan menghajar Arga tanpa belas kasih sama sekali. "Ingin mati ternyata!" Seringai Sean begitu menakutkan. Sudah menj
Read more
17. KEGILAAN YANG HAKIKI
"Membencimu, seperti berada di antara dilema!"— Velin Ashakira——Lagu milik Judika ‘cinta karena cinta’ mengalun indah dari ponsel milik Sean yang terletak di sofa. Sedang pemiliknya sedang asyik menata makanan di atas meja sembari mengikuti alunan merdu itu. Sesekali ia menggoyangkan kakinya untuk menyempurnakan kebahagiaannya.Suaranya tidak terlalu buruk. Sean memiliki bakat menyanyi dan juga menari. Ia bisa saja menjadi penyanyi atau aktor berhubung wajahnya sangat mendukung untuk itu. Hanya saja, ia terlalu malas, bagi Sean menjadi pengangguran adalah langkah awal untuk mendapatkan Velin. Ya, Velin dan Velin. Hidupnya hanya untuk perempuan cantik itu.Prinsip hidup yang bodoh! "Selesai." Wajah semringah tercipta begitu saja setelah berhasil menciptakan menu makanan sederhana untuk makan malam. Tidak ada yang istimewa, hanya telur dadar atau orang kaya menyebutnya omelet ditambah nasi putih dan tidak lupa saus ekstra pedas.Tadinya,
Read more
18. LAKUKAN SESUATU
Tawamu adalah obat bagiku. Dan air matamu adalah racun yang membuatku mati dalam hitungan detik."—Sean Varza Nasution——Mobil yang dikendarai oleh Hafiz berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana, tempat praktik seorang dokter. Hafiz menoleh ke belakang di mana Sean terus memeluk Velin yang masih pingsan. “Kita sudah sampai?” Seira yang duduk di samping Hafiz bertanya lantaran mobil telah berhenti. Hafiz mengangguk. Namun, tatapannya masih fokus ke Sean. “Brother, sebaiknya kita segera masuk,” saran Hafiz. Kini giliran Sean yang mengangguk. Kemudian pintu belakang terbuka, pelakunya tentu saja Seira. Perempuan itu lebih dulu keluar dari mobil, tepatnya setelah Hafiz menjawab pertanyaannya tadi. Dengan pelan Sean keluar dari mobil sembari menggendong Velin layaknya di drama Korea, dibantu oleh Seira. Sedang Hafiz sudah lebih dulu jalan di depan. Hafiz mendorong pintu kaca, lalu menahan menggunakan punggungnya, membi
Read more
19. OBSESI LOVE?
"Kenangan itu secuil rindu yang tak ingin di tuju. Akan terkubur dalam lautan nestapa, menjadikannya buih yang hilang tanpa jejak."—Seira Virza Nasution—— "Pelecehan seksual," cicit Seira pelan. Sontak, Natasya dan Hafiz terdiam. Tidak ada pembicaraan dalam beberapa menit. Seira mengunci mulutnya rapat, meskipun netranya mulai berembun. Ada bulir-bulir kristal bening mendesak ingin keluar dari sana. Hafiz yang mengetahui perubahan mimik Seira, menggenggam erat tangan itu. Masih belum berani untuk mengeluarkan sepatah kata. Di otaknya, beberapa pertanyaan seperti menari-nari mendesak ingin segera dilontarkan. Mengingat situasi, Hafiz mengendalikan mulutnya untuk sementara. Lain halnya dengan Natasya. Dokter cantik itu menggigit ujung pulpennya. Ia masih mencari waktu yang tepat untuk kembali bertanya. Sumpah, ia sangat penasaran tentang apa yang dikatakan oleh Seira barusan. "Saat kami pulang dari makam Mama, tiga orang pr
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status