WARNING 21+JANGAN BAPER, JANGAN EMOSI! TOKOHNYA EMANG NGESELIN MINTA DITABOK!--Velin yang merupakan seorang penjual bunga tidak pernah menyangka jika pertemuannya kembali dengan Sean di malam reuni SMA membawa petaka dalam hidupnya. Selama 5 tahun tanpa kabar, ternyata Sean tetap sama, seorang yang usil bahkan lebih dari itu. Sean gila! Penderitaan semakin menjadi, saat Sean mengklaim Velin sebagai miliknya. Bahkan Velin harus berurusan dengan nyawa setiap kali Sean berada di dekatnya. Sean bilang itu cinta. Namun, Velin bilang itu petaka!"Obsesiku itu kamu! Jika aku tak mampu memilikimu, sebaiknya dunia menelanmu." - Sean Varza NasutionLalu, alasan apa yang membuat Sean terobsesi pada Velin?
View MoreVELIN menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah kafe yang terletak sedikit terpojok karena terimpit dua bangunan tinggi. Hotel yang tingginya melebihi batas penglihatan seorang Velin, dan sebuah bangunan yang masih belum terlihat siap ditempati. Velin menarik napas mencoba menangkan diri karena terlalu gugup. Ia yakin, di dalam sana teman-teman seangkatan dengannya telah berkumpul dan mungkin bercerita tentang kesuksesan masing-masing setelah 5 tahun tidak bersua.
Jujur saja, Velin ragu untuk memasuki kafe yang
terlihat sepi itu. Ia ragu jika di dalam sana akan menjadi seseorang yang terasingkan karena hidupnya tidak memiliki perubahan selama 5 tahun. Dan juga ragu untuk bertemu dengan orang-orang yang dihindari semasa SMA dulu.
Semua mengacaukan otaknya yang terlalu kecil dan pas-pasan untuk berpikir. Seandainya saja otaknya itu bisa lebih genius, mungkin ia akan bekerja di sebuah perusahaan ternama, bukan menjadi pengantar bunga.
Apa lagi yang bisa dilakukan perempuan yang cuma tamat SMA? Pekerjaan di kota besar tidak menjamin sama sekali. Bahkan yang sudah memiliki ijazah sarjana saja bisa berakhir menjadi pengangguran. Lalu, bagaimana dengan dirinya yang hanya tamat SMA?
"Tidak berniat masuk?"
Velin menatap seorang perempuan yang berdiri tepat di sampingnya. Velin menarik napas sedikit kasar. Entah berapa lama ia melamun hingga tidak menyadari jika ada orang lain selain dirinya berdiri di depan kafe.
"Jika ragu, ayo pergi saja dari sini."
Velin mengernyitkan keningnya bingung. Perempuan cantik bak model itu mungkin sedang menyindirnya secara halus saat ini.
"Ada apa dengan wajahmu itu? Hah, aku juga ragu untuk masuk ke dalam sana. Kenangan saat masih SMA berputar terus di depan mataku."
Kalimat itu semakin membuat Velin berpikir lebih ekstra dari biasanya. Dan karena otaknya tidak bisa bekerja lebih, maka ia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan yang melayang tidak karuan di otaknya.
"Maaf, kamu siapa?" Entah keberanian apa yang mendera Velin hingga ia mampu mengeluarkan suara dari bibirnya yang sejak tadi terbungkam.
"Kamu tidak mengenalku?" Ada kekecewaan dari pertanyaan balik yang diucapkan sang lawan bicara.
Velin menggelengkan kepalanya.
"Natasya. Si cupu yang selalu memakai kacamata tebal. Berjerawat dan kutu buku."
Velin membungkam mulutnya. Natasya? Dia tidak percaya apa yang ia lihat. 5 tahun tanpa mendengar kabar dari masing-masing teman semasa SMA dulu membuat begitu banyak perubahan, salah satunya Natasya. Bagaimana bisa siswi yang dikenal nerd semasa SMA, berubah menjadi perempuan cantik bahkan layak untuk menjadi model.
Wajah itu begitu mulus tanpa ada bekas jerawat di sana. Bahkan terlalu sempurna untuk disebut sebagai manusia. Mungkin, lebih tepatnya saat ini Natasya seperti bidadari yang setiap wajahnya terpahat sempurna.
"Apa kamu melakukan operasi?" Velin memukul kepalanya karena pertanyaan bodohnya itu.
Natasya tersenyum menanggapi pertanyaan Velin. "Ya, kamu benar. Aku melakukan banyak perubahan di tubuhku. Aku tidak ingin menjadi bahan kejahilan lagi."
Lagi-lagi Velin mengangguk seperti orang bodoh. "Pantas saja, itu terlihat sangat sempurna." Velin menunjuk pada wajah Natasya. "Maaf," tambahnya lagi. Ia takut jika Natasya tersinggung dengan kalimat konyolnya.
"Tidak masalah. By the way, mau masuk atau cabut?"
Velin menatap Natasya dengan senyum percaya dirinya. "Kita sudah di sini bukan? Kenapa menyia-nyiakan waktu begitu saja."
"Kamu yakin?" Natasya bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.
"Ya. Setidaknya kita bisa membanggakan diri di dalam sana, meskipun harus menahan malu karena tidak mampu melakukan apa pun lebih dari yang sekarang ini."
Natasya mengangguk.
"Kamu benar."
Natasya berjalan dengan gontai dan disusul oleh Velin dari belakang. Bohong jika seorang Velin tidak gugup sama sekali, tetapi setidaknya, ia masih punya teman yang memiliki pemikiran seperti dirinya. Ya, Natasya tidak jauh beda darinya. Ragu karena beberapa alasan tertentu.
"Ah, lihat siapa yang datang!" Teriakan menggema dan itu datang dari lelaki yang memakai pakaian terlalu mencolok.
Velin bahkan hampir tertawa kencang saat menyaksikan penampilannya. Kemeja warna kuning dan dilapisi dengan jas berwarna hijau kotak-kotak. Dasi yang warna terlalu bertolak belakang. Bagaimana bisa dasi warna merah menjadi pelengkap kemeja warna kuning? Terlalu lebay.
"Maaf, kami sedikit terlambat." Natasya membungkuk memberi hormat sebelum duduk di tempat kosong, kemudian disusul oleh Velin.
"Wah, si ratu plastik ternyata." Kalimat menyakitkan itu keluar dari bibir seorang Tania. Velin ingat jelas wajah yang selalu terpoles bedak tebal itu. Apa bedanya operasi plastik dengan tambal bedak berlapis-lapis?
Velin melirik Natasya yang tersenyum ramah. Perempuan itu terlalu santai menanggapi hinaan kasar yang diutarakan oleh Tania.
"Terima kasih sudah menyambutku."
Keraguan inilah yang ternyata dialami oleh Natasya. Velin tidak yakin apakah ia bisa setenang Natasya jika nantinya mereka semua melempar pertanyaan-pertanyaan aneh.
"Ngomong-ngomong, apa kamu itu ... Velin?" Tania beralih kepada Velin.
Velin menelan ludahnya. Ia yakin kini gilirannya yang akan menjadi sasaran hinaan dari teman-teman seangkatan dirinya.
"Kamu tidak jauh beda dari dulu ya. Selalu terlihat menyedihkan."
Natasya memegang tangan Velin yang terletak di bawah meja. Menyalurkan kekuatan untuk bertahan dalam keadaan yang tampak kacau.
"Apa pekerjaanmu?" Velin mengalihkan atensinya kepada lelaki yang terlalu norak dalam berpakaian.
"Aku?" Velin menunjuk dirinya. "Aku, ah ... hanya pengantar bunga."
"Benar-benar menyedihkan?" Tania kembali mengucapkan kata-kata menyakitkan. "Kamu terlalu menderita."
"Siapa bilang kalau pengantar bunga itu menderita?"
Semua mata menatap ke arah pintu di mana seorang lelaki tampan berjalan ke arah mereka.
"Arga!" Tania selalu menjadi yang pertama menyadari siapa yang datang meskipun tidak bertemu sangat lama.
"Kapan balik dari Paris?" Tania menggeserkan kursi agar Arga duduk di sampingnya.
Velin menunduk menyadari jika Arga, lelaki yang ia hindari selama bertahun-tahun itu duduk di depannya.
"Seminggu yang lalu. Bagaimana kamu bisa tahu?" Arga tersenyum manis kepada Tania.
Tania terlihat sedikit malu. Wajah itu memerah. "Aku mengikuti akun Instagram-mu."
Natasya hampir memuntahkan minumannya saat nada suara Tania terdengar manja dan terkesan dibuat-buat menjadi seksi.
"Oh, begitu rupanya." Arga masih setia dengan senyumnya namun matanya bukan menatap Tania melain menatap Velin dengan penuh binar. "Hai, lama tidak bertemu."
Velin mengangkat wajahnya saat jemari-jemari mengacak rambutnya.
Matanya membulat sempurna. Mata Onix milik Arga begitu penuh binar membuat jantung Velin berdetak lebih cepat berkali lipat dari biasanya.
"Aku merindukanmu."
Bukan hanya Velin yang terkejut. Tania, Natasya dan yang lain yang turut bergabung dalam acara reuni dadakan itu terkejut bukan main. Bagaimana bisa seorang lelaki yang dulunya menolak Velin, tiba-tiba merindukan sosok itu?
"Kamu tidak merindukanku?"
Velin masih mematung dengan detak jantung yang masih sama.
"Aku menginginkanmu menjadi kekasihku."
What the hell?
Rasanya Velin ingin membentur kepalanya ke dinding untuk menyadarkan dirinya dari mimpi yang terlalu tiba-tiba itu.
"Tidak semudah itu. Lo harus melangkahi mayat gue dulu jika lo mau jadi pacar Velin."
Keterkejutan di kafe itu semakin menjadi saat kehadiran lelaki lain yang entah datang dari mana ikut bergabung.
"Lo tahu 'kan, gue juga suka sama cewek aneh ini."
Velin menatap wajah lelaki yang memegang tangannya dengan sempurna. Velin sangat tahu betul siapa lelaki yang menyebutnya aneh itu.
"Sean?"
Dan hanya senyum tipis yang terukir di bibir tebal nan seksi milik lelaki bernama Sean itu.
"Selamat datang di neraka." Bisikan itu terlalu pelan, layaknya desiran angin yang lewat begitu saja. Sean kembali, dan Velin akan kembali hidup dalam neraka yang dibuat oleh Sean sendiri.
"Jadi semua akan selesai seperti ini? Bahkan saat kita belum memulai sama sekali." Seira mencoba menahan tangisnya saat lelaki yang belakangan ini memorak-porandakan hatinya menghubunginya untuk pamit dari hidup Seira.Membuat kisah baru tanpa menyelesaikan kisah lama yang telah terbentuk. Seira tidak bisa memahami meskipun telah mencoba untuk mengerti. Ia tahu, Hafiz melakukan semua itu karena janji dan juga untuk melindungi banyak orang dari amukan seorang Sean. Namun, kenapa harus perasaannya yang dikorbankan?"Maaf. Ini mungkin menyakitkan, tetapi gue gak bisa mengingkari janji yang telah gue buat sendiri. Velin butuh bantuan." Suara di ujung telepon itu terdengar serak.Seira yakin, Hafiz juga terluka sama sepertinya. Lalu kenapa memilih jalan yang menyesakkan dada?"Apa lo mencintai gue?" Seira menggigit bibirnya. Demi Tuhan, jika ditanya apa ia rela, tentu jawabannya tidak. Bagaimana ia bisa rela jika perasaan yang berusaha ia sangkal selama ini muncul di pe
Hafiz menghela napas saat ponselnya yang ada di atas meja kayu berdering. Sekilas melirik dan mengusap wajahnya frustrasi lantaran yang menelepon adalah nomor yang sama sejak sejam yang lalu.Seira Varza Nasution, gadis remaja yang ia tinggalkan di Jakarta dengan luka menganga di hati.Hafiz menatap langit-langit rumahnya yang benar-benar jauh dari kata mewah. Kemudian memejamkan mata dan menggigit bibir bagian dalamnya untuk mereda rasa sesak yang beberapa hari ini terus menghantui.Cintanya!Ia telah melukai dengan sangat kejam. Tidak memberi sedikitpun kesempatan untuk tetap berada di samping. Padahal dalam sebuah jalinan kasih, jarak bukan sebuah penghalang jika saling mengerti satu sama lain. Namun, Hafiz meniadakan semuanya, tanpa kabar, tanpa jejak bahkan tanpa memberi kata yang tepat untuk perpisahan.Kenapa ia sekejam itu?Demi menepati janji. Demi menolong Velin dan Sean, ia mematahkan hati Seira. Ah, bukan
Takdir memang selalu bermain di antara insan yang bernapas. Entah itu takdir baik atau pun buruk semua berjalan beriring tanpa peduli apa seseorang sanggup untuk bertahan atau tidak sama sekali. Toh, hidup akan terus berjalan meskipun tersendat dan tertatih hingga mencapai pada tujuannya.Ya, begitu hidup. Begitulah takdir!Meskipun air mata terus mengalir bahkan berubah dari bening menjadi memerah, tidak akan ada yang bisa melepaskan siapa pun dari rencana yang Tuhan tentukan untuk manusia yang ia ciptakan dari kata kesempurnaan.Sejurus, jika dilihat dalam kaca mata awam, semua adalah kesalahan yang memilih jalan untuk terseret dalam kesesatan, tapi percayalah, tidak ada yang ingin hidup dalam ambang kehancuran di mana bayangan keresahan dan ketakutan mendiami sudut hati.Ah, semua sudah tertulis saat dalam kandungan, apa pun pilihan tidak akan berubah jalan tujuan yang sudah ditentukan. Begitu juga Velin yang sudah memilih jalan hidup
"Kepergiannya adalah kematianku!" -Sean Varza Nasution****Air mata itu menjadi satu-satunya cara untuk melepaskan semua beban di dada. Meskipun nyatanya akan tetap ada luka yang menganga bahkan menciptakan luka lama yang entah kapan sembuhnya. Seira tidak dapat memahami bagaimana Tuhan menciptakan jalan hidup seorang Sean yang begitu berantakan. Kadang kala gadis manis itu menyalahkan takdir karena membiarkan Sean merasakan yang namanya penderitaan kasat mata.Berawal dari meninggalnya sang mama adalah pembuka jalan untuk air mata dan segala yang berkaitan dengan kesesakan dada yang seolah tidak mampu terkendalikan. Meskipun Seira masih terlalu muda saat itu, tetapi ia mengerti bagaimana menderitanya seorang Sean, menangis dalam diam adalah bukti dari sesaknya jiwa seorang anak lelaki yang terlalu dekat dengan perempuan yang melahirkan mereka dengan penuh cinta.Penderitaan yang ditanggung semakin menjadi kala Sean mengalami pelecehan seksual. Astaga, hidup yang terlal
Tidak ada yang tahu bagaimana orang-orang suruhan Hardan bekerja mengurus tindakan kriminal yang Sean ciptakan, termasuk Hardan sendiri. Lelaki berumur itu hanya menerima hasil kerja tanpa diberitahu bagaimana proses yang anak buahnya lakukan. Dia menerima kabar beberapa jam yang lalu jika di vila tidak ada lagi jejak Sean tertinggal, bersih total! Seandainya polisi mengusut apa pun di sana, maka mereka akan kewalahan karena vila itu bersih seperti tidak pernah ada kejadian pembunuhan.Benar-benar luar biasa. Hardan tidak menyesal menyewa orang-orang seperti mereka.Lalu bagaimana dengan Arga? Apa masih hidup atau benar-benar sudah tidak bernyawa?Jika dipikirkan lagi bagaimana Sean menancapkan pisau di perut dan leher berulang kali, maka jawabannya sudah pasti meninggal di tempat. Lantas ke mana mayat lelaki tampan itu perginya? Tubuh penuh darah Arga telah dipindahkan ke mobil dan kemudian dibawa ke tempat jauh yang jaraknya dari vila menempuh waktu sela
Setelah Sean mematikan sambungan telepon secara sepihak, Hafiz segera berlari menuju kamar mandi sekedar untuk membasuh muka. Langsung mengambil kunci mobil beserta dompet yang ada di atas nakas tanpa mengganti pakaian. Ia masih mengenakan kaos warna putih berkerah V dan juga celana training warna hitam bekas tidur.āSandal gue mana?ā Hafiz seperti orang kebingungan mencari sandal jepitnya padahal ada di dekat kakinya.Setelah menemukan apa yang dicari, Hafiz berlari menuju garasi mobil. Ia harus cepat menyusul Sean sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Dari nada suara beserta kalimat Sean tadi di telepon, Hafiz yakin kali ini tidak ada kelonggaran yang akan diberikan oleh Sean. Ini seperti tendangan final dalam permainan bola, sungguh menegangkan.āSial, kenapa pake mogok segala!ā Hafiz memukul setir mobil karena mobil tidak kunjung menyala. āSaat genting gini malah berulah.ā Terpaksa Hafiz turun dari mobilnya. Satu-satunya cara adalah menghubungi Seira ag
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments