All Chapters of SKANDAL SANG PENGUASA: Chapter 21 - Chapter 30
235 Chapters
Bab 21. Julie Patah Hati
"Tidak apa-apa, Nona." Julie menarik sudut bibirnya ke atas. "Sebenarnya saya sedang patah hati," ucapnya malu-malu sambil menunduk."Astaga! Apa kamu perlu teman untuk berbagi? Aku siap menjadi pendengarmu." Jessi merasa khawatir dengan sekretarisnya.Wanita cantik itu menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Ia mendongak menatap sang boss yang ada dalam gendongan laki-laki yang dicintainya."Saya tidak apa-apa, Nona. Saya akan menyibukkan diri dengan bekerja untuk melupakannya. Saya tidak akan jatuh cinta lagi. Saya hanya akan bekerja dan bekerja!" ucap Julie dengan semangat.Jessi mengacungkan jempolnya kepada Julie. "Itu bagus. Sebaiknya jangan menjadi budak cinta, jika kita ingin sukses.""Siap, Nona!" balas Julie dengan tegas. "Kalau begitu saya bekerja dulu, Nona," ucapnya setelah membukakan pintu ruangan sang CEO. "Silakan!"Leon membawa bosnya masuk, lalu mendudukkannya di sofa. Ia merogoh salep yang ada di dalam kantung jas
Read more
Bab 22. Kegelisahan Jessi
“Ah ... tidak, Nona. Saya tidak ingin jatuh cinta lagi sebelum sukses. Untuk saat ini hati saya benar-benar tertutup.”'Saya patah hati karena cinta saya bertepuk sebelah tangan kepada Tuan Leon, Nona,' ucap Julie dalam hatinya.“Baiklah, aku mengerti.” Jessi mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Silakan kembali bekerja!”“Baik, Nona.” Julie segera keluar dari ruangan boss-nya.Jessi menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil menggoyang-goyangkan kursi kebesarannya setelah sang sekretaris keluar dari ruangannya. Wanita itu memijat batang hidungnya sambil memejamkan mata. “Kenapa aku bisa seceroboh itu, hingga kakiku terkilir,” gumamnya.Leon masuk ke dalam ruangan boss-nya. Ia berjalan pelan sambil memandang wajah cantik sang nona yang terlihat sangat kusut. “Silakan, Nona.” Pengawal itu menaruh kopi panas di meja kerja sang boss. Aroma kopi buata
Read more
Bab 23. Terpesona Pada Sang Rival
"Aku hanya bercanda Leon." Jessi tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, lalu kembali fokus pada layar komputernya. Setelah beberapa menit ia masih melihat Leon berdiri di depannya. Ia kembali memandang sang pengawal itu."Kenapa kamu masih berdiri di situ? Mulai detik ini sampai aku sembuh, kamu harus menggendongku, jadi kakimu harus diistirahatkan. Aku tidak mau terjatuh saat dalam gendonganmu. Sekarang duduklah!"Leon tampak berpikir, yang dikatakan boss-nya ada benarnya juga, jadi Leon menurut saja pada perintah sang nona."Baiklah, Nona, saya tunggu di luar.""Di sini saja. Aku tidak mau berteriak saat memerlukan bantuanmu. Kamu duduk saja di situ supaya aku tidak kesulitan jika memerlukan bantuanmu," titah Jessi sambil menunjuk sofa yang ada di ruangan itu."Baik, Nona." Leon segera menuju sofa. Ia sengaja duduk membelakangi boss-nya supaya  bisa menggunakan ponselnya.Ketika ia membuka ponselnya tampak ada pesan m
Read more
Bab 24. Si Pencemburu
Leon mendapat pukulan dari Jimmy setelah laki-laki itu menggendong kekasihnya. "Beraninya menyentuh kekasihku!" Jimmy kembali memukul Leon.Leon terhuyung dan hendak terjatuh, namun laki-laki jangkung itu bisa menyeimbangkan tubuhnya."Maafkan saya, Tuan. Saya hanya mengikuti perintah Nona Jessi." Walau sakit, Leon tetap menunduk hormat kepada Jimmy sebagai tanda minta maaf.Bisa saja ia membalas perbuatan teman kencan boss-nya, tapi Leon berusaha menahannya karena tidak ingin ada masalah nantinya."Jimmy ...!" Jessica berteriak saat melihat teman kencannya memukul Leon. "Sekarang keluarlah dan jangan pernah menemuiku lagi!" Jessi sangat kesal dengan Jimmy yang sangat pencemburu."Kamu lebih membela dirinya?" tanya Jimmy dengan penuh amarah sambil menunjuk Leon. Wajahnya sudah memerah karena emosi melihat kekasihnya digendong laki-laki lain di hadapannya. "Kamu membiarkan dia bersikap kurang ajar padamu. Dia hanya seorang pengawal, Jes
Read more
Bab 25. Debaran Hati Leon
'Semoga hanya sekedar gugup saja berada dekat wanita secantik Boss,' ucap Leon dalam hatinya sambil memejamkan mata.Ia tidak mau melihat wajah cantik itu karena khawatir terperdaya olehnya."Bibirmu berdarah, mungkin sedikit robek," ucap Jessi sambil melihat bibir pengawalnya."Tidak apa-apa, Nona. Ini tidak sakit." Leon membuka mata, lalu memegang tangan sang nona. "Biar saya saja Nona.""Kamu diamlah!" Jessi membersihkan luka di sudut bibir Leon dengan sangat hati-hati.Berada sedekat itu dengan wajah sang nona membuat dada Leon berdebar-debar tak karuan. 'Jangan sampai hati saya terperdaya,' batinnya sambil memandangi wajah sang nona.“Leon, maafkan aku,” ucap Jessi sambil mengoleskan salep anti biotik pada luka di bibir pengawalnya. “Kenapa Nona minta maaf? Ini sudah menjadi kewajinban saya.”“Kamu bukan sedang melindungiku, Leon.”“Tidak apa-apa, Nona. Tuan Jimmy sepe
Read more
Bab 26. Menjaga Hati
Leon tambah berdebar saat mendengar ucapan sang nona. ‘Dua bulan lagi bukan waktu yang sebentar untuk menjaga hati saya supaya tidak tertaut pada wanita sempurna seperti Nona Jessi karena itu bisa menggagalkan semua rencana yang telah saya susun,’ batin Leon. “Leon, kenapa kamu diam saja? Bagaimana rasanya, enak bukan?” Jessi menatap Leon yang sedang mengunyah makanannya dengan jarak yang sangat dekat. ‘Ternyata Leon sangat tampan, bahkan dia terlihat lebih menarik dari pada Jimmy dan Alan,’ gumamnya dalam hati. "Apanya yang enak, Nona?" tanya Leon yang belum fokus dengan pertanyaan sang nona."Tentu saja makanannya, memangnya apa lagi?" Jessi tampak tersenyum melihat wajah Leon yang terlihat polos.“Oh ...." Leon baru tersadar. "Makanan ini sangat enak, Nona. Terima kasih sudah memberi makanan seenak ini,’ ucap Leon setelah menelan makanannya dengan susah payah.Tidak seperti biasanya, ta
Read more
Bab 27. Rasa Yang Lebih
"Ucapanmu terdengar seperti seorang laki-laki yang sedang merayu kekasihnya,” ucap Jessi sambil tertawa pelan. “Benarkah?” tanya Leon malu-malu. “Kalau begitu saya bena-benar minta maaf atas kelancangan saya.” Kata-kata itu keluar dari mulutnya tanpa disadarinya. Entah kenapa ia berbicara seperti itu kepada Jessi. “Kamu terlalu banyak minta maaf, Leon.” Jessi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “Tolong, antarkan saya ke meja kerja, pekerjaan saya sudah memanggil-manggil sejak tadi.” “Baiklah, Nona.” Leon membopong wanita cantik itu dan membawanya ke meja kerja, lalu mendudukkannya di kursi kebesaran sang CEO. “Selamat bekerja, Nona.” “Terima kasih selalu menyemangatiku.” “Sama-sama, Nona.” Leon kembali duduk di sofa setelah sang nona kembali fokus pada pekerjaannya. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa sambil memijat batang hidungnya. Ia merasakan keanehan pada dirinya saat berada dekat dengan sang boss.
Read more
Bab 28. Kecurigaan Daniel
"Leon, bisakah kamu antar aku ke kamar mandi?" tanya Jessi setelah sang pengawal mendudukkannya di tempat tidur."Bisa, Nona," jawab Leon dengan cepat.Laki-laki tampan itu kembali membopong Jessica dan membawanya ke dalam kamar mandi. "Turunkan aku di sana saja!" titah Jessi sambil menunjuk sisi bathtub.Leon mengangguk dan membawanya ke tempat yang ditunjuk sang nona. "Ada lagi yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Leon setelah menurunkan Jessi."Tolong ambilkan handuk dan taruh di situ.""Baik." Leon segera melakukan apa yang diperintahkan oleh boss-nya."Terima kasih, Leon," ucap Jessi setelah pengawalnya mengambilkan apa yang diperintahkannya. "Aku mau berendam? Setengah jam lagi kamu ke sini!""Baik, Nona. Saya juga mau mandi dulu." Leon menutup pintu kamar mandi, lalu pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.Sebelum mandi, Leon menelpon asistennya. "Kirimkan obat untuk mengobati kaki yang terkilir!" titahnya
Read more
Bab 29. Mengkhawatirkan Musuh
“Maafkan saya, Nona. Saya tidak berhati-hati," ucap Leon setelah mengusap wajahnya.“Aku yang minta maaf, Leon karena tadi aku menumpahkan sabun dan lupa untuk bilang padamu,” ucap wanita yang masih berada di atas tubuh Leon.“Maaf, Nona.” Leon menurunkan Jessi dari tubuhnya, lalu ia bangun dari bathtub. Kemudian, membersihkan lantai terlebih dulu sebelum membantu sang nona.Setelah membersihkan lantai, Leon mengambilkan handuk yang baru untuk sang nona.Lalu, laki-laki yang masih basah kuyup itu membantu Jessi keluar dari bathtub, lalu memberikan handuk yang baru kepada sang nona. “Gantilah handuk anda, saya akan berbalik.”Laki-laki dengan rambut halus yang memenuhi rahang bawahnya itu membalikkan badannya membelakangi sang nona, kemudian mengulurkan tangannya ke belakang. “Peganglah tangan saya kalau anda tidak kuat berdiri, Nona.”“Terima kasih, Leon, aku masih bisa berdiri.&rdq
Read more
Bab 30. Kebodohan Jessi
"Kenapa Leon?" tanya Jessi saat Leon langsung menundukkan pandangan setelah melihatnya."Maafkan saya, Nona, kenapa anda hanya memakai baju seperti itu? Maaf kalau saya lancang." Leon memalingkan wajahnya dari sang nona. Ia tidak mau saudara kembarnya terusik karena melihat keseksian tubuh sang nona yang terlihat jelas karena wanita itu memakai pakaian yang transparan."Apa kamu tidak suka melihat aku memakai baju seperti ini? Aku sudah terbiasa memakai pakaian seperti ini jika hendak tidur. Tadi aku memakai jubah karena kedinginan.""Bukan seperti itu, Nona, tapi jika Tuan Alan atau Tuan Jimmy melihat saya berada di dalam kamar ini dan anda memakai pakaian seksi itu pasti mereka akan salah paham.""Di sini tidak ada Alan ataupun Jimmy, kamu tidak perlu khawatir," balas Jessi. "Kalau kamu tidak nyaman berada di sini, silakan kamu keluar saja, Leon, kakiku tidak apa-apa, besok juga sembuh.""Tidak, Nona. Maafkan saya." Leon segera memba
Read more
PREV
123456
...
24
DMCA.com Protection Status