Semua Bab Mercusuar: Bab 11 - Bab 20
58 Bab
Rencana yang Lain
Sebuah tangan menahan dan menarik pundakku hingga tersentak. “Mau kemana?” ucapnya dengan suara yang amat berat. Dan aku amat sangat mengenalinya. “Dia mau ke ruang tahanan sendiri, Bos. Sudah hapal kan?” tanya petugas yang telah selesai meletakkan laporannya di dalam rak berkas. Aku memasang wajah yang datar ke kedua muka itu. Kemudian, seperti biasa, seseorang yang dia panggil dengan sebutan bos tadi merangkulku dengan santainya. “Biar gua yang anter. Sekalian ada yang mau gua obrolin sedikit.” “Oh… Siap Bos,” responnya dengan wajah yang tetiba semringah. Petugas itu lalu melengos seperti tidak terjadi apa-apa, dan aku amat me
Baca selengkapnya
Pengamatan yang Jeli
“Huuus… Jangan gaduh brader. Gua paling sebel kalo otak polos lu tau-tau muncul kayak barusan,” kesalnya ke arah lain, seolah dia tidak mendengar atau menangkap kesimpulanku tadi. “Mau pesan apa mas?” sapa ramah satu pelayan pria dengan kemeja putih lengan panjang bercelana hitam. Jari-jarinya yang halus sudah menggenggam erat pulpen yang ujungnya menekan di atas sebuah kertas nota kecil. Batang tinta itu pun sepertinya sudah siap untuk bergerak secepat kilat jika nanti bibir Brian atau bibirku mengucapkan kata atau kalimat pesanannya. Wajahnya nampak benar-benar terawat dengan baik. Tidak hanya bulu-bulu kumis dan jenggot tipisnya yang rapi, atau sapuan rambutnya yang benar-benar klimis manis. tetapi juga kulitnya yang begitu terlihat amat remaja. Bola matanya yang hitam mengkilap juga sesekali bermain ke arahku
Baca selengkapnya
Sepotong Tentang Brian
“Yup!” jawabku dengan penuh kemantapan sambil menghisap lagi batang rokok itu, sampai-sampai baranya menyala terang dan berlari mendekati jepitan dua jariku.“Mau lu kasih peran kayak apa mereka?”“Bukan mereka. Tapi dia.”“Dia?” bingung Brian di samping. Aku yakin, kalau barusan, keningnya pasti mengernyit karena perkataanku tadi.“Iya, dia, Atau tepatnya, Agus.”“Agus?”Aku mengangguk dalam keremangan jalanan.“Iya. Gua udah punya peran yang tepat buat dia. Juga buat teman kita yang satu lagi.”Brian tak b
Baca selengkapnya
Sebuah Petuah
“Anjriit!” Biji mataku hampir melompat! Aku sampai-sampai terkejut dan tersentak dalam jejak diamku barusan. Cepat-cepat aku berputar ke belakang untuk memastikan siapa sumber kalimat yang mengagetkan tadi. “Eh?” Netraku langsung menangkap kalau pria subur yang ada di depanku kini, dengan pakaian jas formal berwarna abu-abu layaknya para menteri, sedang berdiri dengan kedua tangan yang disisipkan ke dalam saku celananya yang masih licin dan rapi. Manik hitamnya pun mengamatiku dengan wajahnya yang terus bertanya-tanya. “Siapa yang ngimpi?” “Eh… anu om.” “Kamu ngimpi?”
Baca selengkapnya
Sasaran Baru
Pipiku seperti ditepuk pelan olehnya barusan. “apa om Marcel punya narasumber tentang kelanjutan studiku? Apa Brian sudah menceritakan kasus gua yang dikeluarkan lagi dari sekolah? Brengsek itu monyet, kalo beneran dia yang ngasih tau!” kesal batinku. “Ba--baik Om. Semua baik-baik saja,” jawabku kikuk. Om Marcel tidak memberikan respon yang lain, semuanya masih sama seperti saat dia mengajakku naik ke balkonnya. “Baguslah kalau begitu. Sampaikan salamku buat ayahmu ya. Oiya! Om dengar, dia sedang mengalami kesulitan.” “Kesulitan?” bingung batinku tiba-tiba. “Kesulitan apa ya Om? Ayah… Biasa-biasa saja.” “Oh… Ya sudah, jangan ter
Baca selengkapnya
Analisa Sementara
"Yoi.""Elu ngerti?"Seketika netraku terlontar ke muka Brian."Dikit. Tapi tenang. Semua bisa diatur.""Gua nggak mau ikut-ikutan kalau yang begituan. Sorry Bro," sambung Agus sambil mengangkat kedua tangannya yang menyerah."O.o.. Gua no comment. Gua nunggu kejelasannya aja. Kalau beresiko, gua ikut Agus," timpal Toha."Memang, barang antik apaan, Yan? Jam? Kalung?--""Arca!""Arca?" Heranku yang juga ditemani Agus dan Toha dengan wajah masing-masing yang ikutan bertanya-tanya."Yup! Arca Ganesha dari jaman Majapahit. Harganya bisa dapet dua M
Baca selengkapnya
Rencana Ayah Untukku
Aku langsung berlari dan mengabaikan bentakan itu.BRAKK!“IBU! Ibu kenapa?”Sosok yang terbaring dan membelakangiku langsung mengangkat tempurung kepalanya yang merebah di atas bantal.“Hhh…. Man? Kamu, tidak apa-apa?” Wajahnya terlihat amat pucat dengan bibir yang berwarna seperti tanah.Lekas-lekas aku menghampirinya dan duduk di samping ranjangnya.“Tidak apa-apa, Bu. Ibu tenang saja. Semua aman.”“Ayahmu--”“Alah, orang itu lebay. Kan Lukman barusan bilang, Bu. Lukman baik-baik saja. Ibu jangan terlalu khawatir. Lukman sudah
Baca selengkapnya
Bantuan Brian
Biji mataku langsung bergerak cepat sesaat untuk mencari rencana yang lainnya.“Gua harus mencari tahu dulu nih, itu genset butuh waktu berapa lama akan menyala otomatis setelah aliran listrik utamanya dipadamkan,” gumamku.Lalu, setelah mengumbar senyuman saat menerima uang kembalianku, pikiran yang lain pun lekas-lekas mengusulkan gambaran umum rencana alternatif lainnya.“Radit! Ke tempatnya dulu, terus, kontak Brian,” bisik benakku lagi.Aku kemudian mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pramusaji itu, sambil mengamat-ngamati lagi setiap sudut cafe itu.Tak berselang lama, setelah berhasil melangkah kira-kira dua puluh meter, aku pun menemukan kalau sisi lain cafe yang menjadi ujung dan bertemu de
Baca selengkapnya
Informasi yang Berharga
Radit dengan spontannya melompat dan memeluk tubuhku. Dekapannya benar-benar kuat, sampai-sampai aku dibuat sesak. “Eh..” Mataku langsung menangkap dua ekor kucing yang dengan liarnya tengah berlari dan menabrak kakinya, juga menabrak satu kaleng tempat sampah hingga isinya berantakan bersama suaranya yang gaduh. “Ma--Maaf, Mas,” kikuknya sambil melerai pelukan kedua lengannya dari tubuhku. Ku tatap terus wajah yang semakin malu dan gugup itu. “Tidak apa-apa kok.” “Elu.. eh… kamu… Aduh, ribet gua. Kita, elu gua aja ya. Nggak biasa gua kaku begitu." "Terserah Masnya."
Baca selengkapnya
Kunci yang Tertinggal
Sisa malam yang semakin kelam itu segera kuhabiskan di jalanan. Sampai pada akhirnya, satu kumis tebal yang setia menjaga pagar kediamanan rumah sahabat sejatiku, bersedia mempersilahkan aku untuk singgah ke pelataran parkirannya lagi. “Malam sekali, Den.” “Iya, Mang. Urusannya baru selesai,” lanjutku sambil meluruskan pijakan standar motor besar itu. “Brian dimana, Mang?” “Ada tuh. Tadi sih di kolam renang.” “Malam-malam berenang?” “Bukan, bakar sate?” “Sate?” “Ituuu… yang bakar daging gede-gede.” “Barbeque!”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status