Semua Bab Mercusuar: Bab 1 - Bab 10
58 Bab
Rindu
PRAAANG! “Dasar istri tidak tahu diri. PELACUR KAU!” Aku kecil berusaha keras menutup kedua lubang telinga yang menangkap kalimat makian tadi. Pekik hardikan itu sungguh-sungguh menyiksa. Walau sudah disumpal dengan lipatan bantal erat-erat, tetap saja suara kerasnya itu berhasil menerobos masuk. Dengan refleksnya, aku dorong kuat-kuat sumpalan bantal hingga daun telinga ini terasa sedikit sakit. Sampai kemudian aku yakin kalau suara-suara yang bernada penuh emosi itu tidak mengusik lagi di dalam gendang telinga. Diriku bahkan mendadak dibuat meringkuk di dalam selimut abu-abu yang katanya hadiah pemberian orang yang barusan mencela ibu tadi. “Suami bajingan. Pergi sana, sama perempuan peliharaanmu!”
Baca selengkapnya
Menyambut Kebebasan Baru
Ibu berhasil menidurkanku lagi di atas ranjang.Malam itu, aku pun akhirnya terlelap dengan satu pelukan hangat yang hadir di sekujur tubuh.Ya!Ibu memeluk erat seperti malam-malam yang lain. Tetapi kali itu, ada yang sedikit berbeda.Karena aku bisa merasakannya betul.Dalam napasnya yang mendayu-dayu naik dan turun, sesekali, ada isaknya yang masih saja muncul.Pikiranku selalu saja bertanya-tanya setiap kali isak itu terdengar.Apakah kesedihan ibu itu, karena ulah ayah, kenakalanku, atau akibat penyesalan karena sudah melahirkanku.Pikiran itu, selalu saja menghantui.
Baca selengkapnya
Perjalanan Pulang
“Ahh,” batinku tidak peduli.Ayah terus bergerak bahkan sempat menunduk hormat sejenak ke satu penjaga gerbang sekolah yang masih setia ada di sana.Namun aku, berjalan lurus tanpa perlu memikirkan pria yang mengenakan seragam monoton itu. Gayaku benar-benar seperti, jagoan.“Memang aku jagoan. Kamu tidak percaya? Lihat saja nanti, setelah kau mengenal Brian, Agus, Toha dan beberapa barang yang berhasil kami nikmati dari jerih payah kami. Intinya, kami, The Freak Doors bangga dengan semua hal yang kami perbuat,” ucap dalam hati.“Masuk!” titah ayah dengan dagunya. Dia lalu duduk di kursi pengemudi sambil menarik dan menutup pintu mobil tuanya yang sering mogok.Aku berjalan berputar di depa
Baca selengkapnya
Melepas Lelah
Memandang pohon yang ada di hadapanku, yang lingkar batangnya sudah besar jauh melebihi lingkar pinggang.Bibir ini pun entah mengapa tersenyum kecil ke arahnya. Ku pikir, hanya dialah saksi bisu yang sangat mengerti sejak ia dibiarkan tumbuh di atas tanah itu.Setelah membuang napas yang lelah, aku segera menegak. Dan mencoba berjalan penuh santai ke arah pagar garasi rumah, kemudian membuka bagiannya yang sudah ayah buka lebih dulu.“Assalamualaikum,” salam dari bibir ini ketika melangkahkan kaki kanan lebih dulu.Aku benar-benar menyadari apa yang dilakukan barusan. Itu adalah salah satu buah pengajaran ibu yang disampaikan berulang-ulang, bahkan sejak aku masih tinggal di rumah yang dulu.“Ah, rumah itu,
Baca selengkapnya
Kebahagiaan Semu
Adalah Agus dan Toha, anggota The Freak Doors yang lain. Mereka sudah menunggu kami di atas dipan panjang yang berhimpit dengan tembok belakang pertokoan itu.Aku melihat dengan bangga grafiti yang dibuat tepat di dinding yang dihimpit oleh dipan yang sedang mereka tumpu. Sebuah lambang tulisan yang tegas dan berani dengan sepasang sayap yang sedang membawanya terbang.“Brader!!! Kemana aja lo?” tanya Agus sambil berdiri mendekat dengan telapak tangan kanan yang diangkat.Tak lama, aku sambut telapak itu dan kami mulai memainkan gerakan-gerakan unik yang menjadi identitas kami, yang ditutup dengan gerakan saling meninju.“Aseeemm!!... Sabar Bray, jaga emosinya dong,” keluh Agus yang merasakan kalau tonjokanku terlalu keras dari biasanya.
Baca selengkapnya
Aksi Jalanan
Dalam keheningan yang kami isi dengan canda gurau yang khas sebagai obrolan anak jalanan, dan sesekali sambil menyanyikan beberapa lagu usang secara acapela, dimana aku, beberapa kali berdecak kagum ke sisi Brian, sosok teman yang memiliki suara yang lebih normal dikala bernyanyi dibandingkan kami semua, aku merasakan, kalau diri ini, adalah aku yang sebenarnya.Tak ada gundah, terlebih bayang-bayang dari bekas sekolah.“Ah, lupakan!” pinta batinku sambil mendendang lagu lawas andalan kami."Eh, gue baru inget,” ucap Agus sambil segera bangkit dari duduk malasnya.Kami semua melirik ke arahnya.“Apaan?”“Ada tempat nongkrong yang baru buka. Tadi
Baca selengkapnya
Begundal Lain
Srrrrrrrrrrtt….Satu suara seret tiba-tiba muncul di samping kiri. Sontak langsung aku melirik ke arah itu melalui kaca spion yang ternyata,“Gila lo!!!” ucapku segera dengan agak terkekeh.Disana, Brian baru saja membuat satu baretan panjang di satu mobil yang terparkir di sisi jalur kami.Aku pun memainkan ekor mata hingga melirik ke semua sisi untuk memastikan kalau ulah sintingnya tidak diketahui oleh siapapun.“Turun!” tukasku cepat sambil memutar anak kuncinya.Brian pun lekas melompat dari duduknya dengan satu dorongan yang dia berikan ke punggung sampai,“BANGSAAAT!! Sakiit,” rintihku
Baca selengkapnya
Kehancuran Kecil
Terlihat begitu senang ke arah mereka. Dan tak lama, Toha mengangkat tangannya ke meja kami..Aku baru mengetahui, kalau ternyata, untuk menghampiri mejaku ini, terpaksa Agus dan Toha harus melewati meja mereka.Semoga saja nanti semua berjalan dengan aman sentosa.Namun aku masih terus merasa cemas, kalau-kalau Agus dan Toha, atau bahkan mereka yang masih mencuri-curi tatap dengan kami, membuat kekacauan baru."Lihat saja kalau berani," gumamku.Aku menoleh ke sisi Brian yang ada di samping. Dia ternyata masih mengamati kemana dan bagaimana Agus dan Toha akan datang."Itu dua kunyuk udah tau belum ya?" tanyaku dengan wajah yang ditujukan ke dua sabahat yang lain.
Baca selengkapnya
Panggilan Resmi
Menjalar bersama derai angin yang menderu-deru di samping.Laju motor itu terus ku buat berlalu sejalan dengan garis putus-putus putih yang menghiasi bagian tengah aspal jalanan raya. Dan kubiarkan pula tubuh ini tersinari oleh lampu-lampu jalan yang seolah berlari mendekat lalu meninggalkan ke belakang.“Ah… Nikmatnya malam ini.” Bibirku mengukir senyum saat mengucapkan kalimat itu di dalam pikiran.“Bray… Pada mampus nggak tuh?” tanya bibir yang mendekati telinga.Aku tak menjawabnya, aku terus fokuskan dua bola mata ini untuk menatap rute yang sudah dimantapkan,“Pulang!” tegas batinku kemudian.Brian masih melekat di bahu kanan
Baca selengkapnya
Laporan yang Kesekian
Dengan sigap, ibu menangkap ayunan tangannya itu. “Sabar mas.” “Lama-lama aku lelah dengan dia bu. Ini adalah kesekian kalinya dia berurusan dengan pihak yang berwajib. Mungkin yang sebelum-sebelumnya hanya sebatas hansip atau penjaga sekolah, tapi kali ini…. Hebat benar kamu ya Man, sekarang sudah betul-betul naik level,” sindir ayah dalam keheningan. Ibu tidak menimpali kalimatnya kali ini. Termasuk dua sosok polisi yang mematung di hadapanku. "Bawa segera dia pak. Biar dia lekas belajar, bahwa menjadi manusia itu harus punya hati dan nurani. Harus bisa berguna. Minimal buat hidupnya sendiri." "Masss…." lirih ibu yang suaranya hampir terdengar menghilang. Wajahku terus terdiam sambil menunduk. Dan saat kertas panggilan itu ditarik oleh satu dari mereka, aku langsung mendongak. Ku perhatikan lagi dua wajah yang hadir dengan tegasnya itu. Sebenarnya aku ingin sekali melirik ke paras ibu yang terus menahan kesedihannya, tetapi h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status